Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 88

Tiba-tiba, ada yang mengulurkan sebotol susu dari belakang. Aku langsung menggeleng karena perutku memang agak mual. "Aku nggak mau minum susu. Perutku nggak enak." Setelah beberapa saat, sehelai handuk hangat disodorkan. Dengan lemas, aku mengambilnya, lalu menengadah dan menutupkannya ke kening dan mataku. Uap hangat perlahan membuat saraf-sarafku yang tegang menjadi rileks dan akhirnya aku pun bisa menghela napas lega. "Terima kasih, Caroline," ucapku, sedikit terharu dengan perhatiannya. "Kalau nggak ada kamu yang menemaniku, aku pasti sudah hancur. Aku akan selalu mengingatmu sebagai sahabat terbaikku. Kenapa aku dulu bisa sebodoh itu menyukai Albert?" "Apa amnesia ini karena Tuhan juga tidak tahan melihatku?" Suaraku perlahan melemah. "Mungkin ini cara Tuhan agar kamu bisa memulai dari awal lagi." Suara bariton yang menenangkan terdengar dari belakangku. Saking kagetnya, aku buru-buru menoleh dan ... krak ... leherku terkilir. Sambil menahan sakit, aku mengangkat handuk yang menu

Klik untuk menyalin tautan

Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik

Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.