Bab 482
Aku mengangguk.
Namun, Alken masih belum tenang. "Ingat, apa pun yang terjadi, jangan pernah menyetujuinya."
Aku hanya bisa mengiyakan dengan pasrah. "Baik, aku nggak akan menyetujui apa pun darinya."
Baru setelah itu Alken terlihat lebih tenang.
Alken berkata kepadaku, "Kakak ipar, pergilah berlibur bersama kakakku. Soal Pak Revan, biar aku yang bicara dengannya. Dengan identitasku, setidaknya dia akan mempertimbangkannya."
Meskipun aku menyetujuinya, di dalam hati aku sangat ragu.
Aku tahu betul bagaimana Pak Revan. Orang seperti dia tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya. Bagaimana mungkin dia akan takut pada Alken?
Setelah Alken pergi, aku kembali ke rumah untuk beristirahat.
Ketika bangun dari tidur, aku merasa haus. Perlahan aku keluar dari kamar untuk mencari air minum.
Namun, pandanganku terhenti ketika melihat bunga iris yang tertancap di vas di ruang tamu.
Aku tertegun. Aku mengusap mataku, berpikir bahwa mungkin aku masih bermimpi.
Bibi Atik yang mendengar suara dari
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda