Bab 314
Kakakku berkata, "Kamu ... kamu ... "
Dia mengucapkan kata "kamu" berulang kali, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Aku berkata dengan marah, "Kamu nggak ingin aku pulang, 'kan? Ayo, ngomong!"
Kakakku tercekat oleh ucapanku dan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
Dia menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal dan berkata, "Kamu nggak boleh pulang. Di rumah ... Sudahlah, pokoknya kamu nggak boleh pulang."
Aku menangis lagi.
Sudah lama aku mengenal kakakku, tetapi dia tidak pernah menyuruhku untuk tinggal di rumah, makanya aku juga tidak berani mengungkitnya.
Jadi, aku tinggal di rumah Rafael seperti anak yatim yang tak punya tempat tinggal.
Saat melihatku menangis, kakakku panik dan bingung. Dia berseru, "Jangan nangis, Vanesa! Jangan nangis. Aku bukan nggak mau kamu pulang, hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat. Kamu ... kamu memang benar-benar ... "
Dia mulai mencari tisu, lalu memberikannya padaku.
Aku tidak menghiraukannya dan hanya terus menangis.
Kakakku makin panik. Dia pun be
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda