Bab 177
Aku dengan hati-hati memecah keheningan, "Kami mau makan sushi ... di ... "
Aku menyebutkan sebuah nama tempat.
Rafael dengan dingin berkata, "Sushi? Apa sushi seenak itu?"
Aku terdiam.
Satu detik kemudian, suara Rafael terdengar lagi tanpa sedikit pun kehangatan, "Sampai jumpa dalam dua puluh menit. Alken, lebih baik kamu bersikap baik."
Telepon pun terputus.
Di dalam mobil, suasana menjadi aneh.
Alken menyetir dengan senyum aneh. Ekspresinya tidak jelas apakah dia sedang marah atau senang.
Aku dengan hati-hati mencoba berkata, "Mungkin kakakmu sedang dalam suasana hati yang buruk hari ini."
Alken memutar setir sambil tertawa ringan. Dia berkata, "Dia? Kalau dia punya suasana hati yang buruk, itu aneh namanya."
Aku bertanya, "Kenapa?"
Alken bersiul pelan, lalu menjawab, "Setiap hari dia nggak menunjukkan emosi apa-apa. Aku sering bilang kalau dia itu robot yang hanya bisa menghasilkan uang."
Robot?
Aku terdiam.
Sepertinya kedua saudara ini tidak punya kesan yang baik antara satu sama
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda