Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

"Kalau bukan begitu, kenapa kamu menuduhku?" "Aku nggak menuduhmu." Nana menggigit bibir merahnya, matanya penuh ketegangan. "Aku hanya menyatakan fakta. Kamu ini, masih berani mencoba mendekatinya ... " "Leo?" Olivia memotong dengan tenang. "Kami sudah bercerai. Aku nggak akan mendekatinya lagi." "Siapa tahu apa rencanamu sebenarnya?" Nana menatapnya tajam. "Aku peringatkan sekali lagi, lebih baik kamu menjauh darinya!" Olivia merasa tidak ada gunanya melanjutkan. Dia berbalik, siap pergi, tetapi Nana tidak berhenti. "Olivia, jangan pasang muka sok mulia begitu! Walaupun kamu nggak rela, kamu tetap harus menyerah. Leo bukan lagi milikmu," ujar Nana. "Aku nggak nggak rela. Percaya atau nggak, aku sudah bercerai darinya dan nggak akan mengganggunya lagi." Olivia tersenyum tipis dan melanjutkan, "Nana, kamu nggak perlu repot-repot mengirim foto dan video mesra kalian berdua. Itu nggak ada artinya bagiku." Nana mendengus. "Kamu pikir aku akan percaya begitu saja? Kalau kamu benar-benar tulus, buktikan! Pergilah dari sini, tinggalkan Kota Atheria selamanya!" Apa Nana merasa terancam dengan keberadaan Olivia sampai memintanya pindah kota? Kenapa harus Olivia yang pindah? Kenapa tidak dia? Nana melanjutkan dengan suara penuh percaya diri. "Aku akan segera menikah dengan Leo. Kami akan punya anak bersama. Kamu nggak akan sanggup melihat itu, 'kan?" Menikah dan punya anak ... Kata-kata itu membangkitkan kenangan yang tidak menyenangkan di benak Olivia. Dia mengatupkan bibirnya sebelum akhirnya berkata pelan, "Menikah, mungkin. Tapi anak? Kamu yakin?" Nana memandangnya dengan pandangan penuh keraguan. "Maksudmu apa?" Olivia tersenyum samar. "Sebaiknya kamu ajak Leo periksa ke dokter dulu. Pastikan dia benar-benar bisa punya anak." Jangan salahkan Olivia. Ini semua karena Nana yang memaksanya mengeluarkan kata-kata seperti itu. Nana membeku, ekspresinya campur aduk. Olivia melanjutkan, nadanya hampir terdengar seperti nasihat tulus. "Kamu tahu, aku sangat terburu-buru bercerai karena hidup dengan pria yang 'nggak bisa' itu ... yah, nggak menyenangkan." Selesai bicara, dia tidak menunggu respons Nana. Dengan langkah santai, dia meninggalkan tempat itu, meninggalkan Nana terdiam di lorong. "Jadi, kamu bilang pada Nana kalau Leo 'nggak bisa'? Tunggu, maksudmu dia benar-benar nggak bisa?" Lina hampir tersedak ketika mendengar cerita Olivia malam itu di apartemen. Dia melontarkan semua isi hatinya yang tidak nyaman pada sahabatnya. Melihat Olivia hanya diam, Lina melanjutkan," Bukan, kalian nggak punya anak karena Leo 'nggak bisa'?" Olivia memijat pelipisnya, terlihat kesal. "Lina, fokusmu salah ... " Sekarang dia agak menyesal dengan ucapannya tadi. Jika sampai Leo tahu ... Namun, penyesalan selalu datang terlambat. Lina tidak menyerah. "Tapi serius, itu benar atau nggak?" Olivia mendesah panjang. "Aku nggak tahu. Mungkin Nana adalah pengecualian. Mungkin mereka akan segera punya anak ... " Dia berhenti bicara tiba-tiba. Perutnya terasa mual, dan dia buru-buru ke kamar mandi. "Oliv, kamu kenapa?" Lina mengejarnya dengan cemas. Setelah muntah beberapa menit, Olivia keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat seperti kertas. Dia melihat bayangannya di cermin, bibirnya nyaris tidak berdarah, dan tubuhnya terasa lemas. "Aku nggak apa-apa. Mungkin karena aku belum makan malam," katanya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Lina terdiam sejenak, lalu bertanya dengan hati-hati, "Oliv, kapan terakhir kali kamu datang bulan?" Olivia membeku. Pertanyaan itu menggantung di udara, membawa kesadaran yang tiba-tiba. Siklusnya memang tidak teratur, dia tidak pernah benar-benar memperhatikannya. Selama pernikahan mereka, Leo selalu memastikan mereka menggunakan pelindung. Dia bahkan melarang Olivia mengonsumsi pil karena khawatir efek sampingnya, mengingat tubuh Olivia yang lemah. Lina menatapnya serius. "Oliv, besok pergi periksa ke rumah sakit."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.