Bab 47
Nindi sedikit tertegun.
Cakra bilang, tangannya diciptakan bukan untuk memasak?
Padahal, Nindi pikir Cakra akan senang kalau dimasakkan olehnya.
Cakra berdiri tegas di depannya. Suaranya tenang. "Kamu nggak perlu melakukan semua ini untuk menyenangkanku."
Ada rasa sesak menyelip di dada Nindi. Semua ini awalnya hanya kebiasaan, sesuatu yang terjadi secara naluriah. Bagaimanapun, dia ingin membalas budi.
Namun, tampaknya Cakra menyadari semua itu.
"Baiklah, kalau begitu." Nindi menggaruk rambutnya, canggung.
"Bibi akan datang sebentar lagi buat masak."
Dia tak berniat memaksakan kehendak, tetapi diam-diam melirik Cakra. Ada rasa kagum yang sulit dia tutupi.
Cakra saat ini ... persis seperti pria yang pernah dia sukai diam-diam di kehidupan sebelumnya.
Sosok pria itu, dulu, pernah menyadarkan Nindi bahwa kakak-kakaknya tidak memperlakukannya dengan baik. Namun, dia enggan menerima kenyataan dan akhirnya, semua berujung tragis.
Sekarang ini, gaya bicara Cakra dan pria itu sangatlah mirip!
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda