Bab 134
Dia memperhatikan ekspresinya yang lembut, dan perasaan getir muncul di hatinya.
Nindi menundukkan kepala dengan gugup, "Kakakku di bawah, katanya ingin bicara."
"Dia menyuruhmu turun, dan kamu nurut begitu saja?"
Cakra mengerutkan alis. "Dia pasti cuma mau membicarakan soal final besok dan memohon padamu."
"Aku rasa juga begitu."
"Kalau begitu, kamu nggak perlu turun."
Nada bicaranya sangat otoriter, seperti memberi perintah.
Nindi tiba-tiba merasa ada keinginan untuk melawan. Dia menggigit bibirnya. "Aku akan pergi sebentar saja, kamu lanjutkan pekerjaanmu."
Setelah itu, dia langsung menutup pintu apartemen.
Cakra memandangi pintu yang tertutup, lalu menatapnya cukup lama. Dia mengusap pelipisnya.
Apa dia sedang ngambek padanya?
Dia berbalik ke balkon, yang kebetulan menghadap pintu depan apartemen. Pria yang berdiri di samping mobil di luar sana memang Leo.
Dia menopang satu tangan di pagar balkon, matanya yang tajam tertuju ke arah pintu depan.
Tak lama kemudian, Nindi muncul di pa
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda