Bab 3
Malam itu Charles tidak muncul lagi selama belajar mandiri dan Arelia segera pergi.
Charles telah menerima rekomendasi dari universitas ternama dan kudengar dia juga telah menerima tawaran dari universitas asing. Dia tidak harus menghadiri kelas, tetapi dia datang ke sekolah seperti biasa setiap hari dan akhirnya tidak jadi ke luar negeri. Semua orang tahu dia melakukannya demi Arelia.
Melihat kursi kosong keduanya, hatiku masih terasa perih.
Pikiranku kacau dan pusing karena mempelajari soal-soal itu. Malam hari saat pulang, suasana hatiku tidak begitu baik. Aku semakin kesal setelah melihat ayah dan ibu tiri sialan menghalangiku di ruang tamu.
Aku memejamkan mata dan ingin langsung naik ke atas.
Benny bertanya, "Valen, bagaimana dengan masalah yang kusuruh kamu untuk sampaikan pada Tuan Muda Charles?"
Aku mencibir, "Charles berutang padaku di kehidupan sebelumnya? Atas dasar apa dia menandatangani kontrak senilai 200 miliar denganmu cuma karena aku membicarakannya?"
Wajah Benny menjadi muram dan dia hampir kebakaran jenggot. Liana yang ada di samping menarik lengannya sambil tersenyum ramah, "Bukan itu maksud ayahmu. Dia ingin kamu membantu membangun hubungan dengan keluarga Yusan. Kudengar baru-baru ini kamu punya hubungan yang baik dengan Tuan Muda Charles, bagaimana kalau aku mengundangnya ke rumah untuk makan ...."
"Nggak bisa." Aku menolak dengan tegas, "Aku sudah mengganggunya selama ini dan dia membenciku. Kalian menyerah saja."
"Apa katamu!?"
"Valen, jangan buat ayahmu marah. Ayahmu bekerja keras cuma supaya kamu bisa hidup bergelimang harta. Kamu pasti nggak mau perusahaan bangkrut, 'kan?"
Aku hanya bisa mencibir, "Kuharap perusahaan akan bangkrut secepat mungkin."
Supaya kelak kamu tidak perlu terus menjual putrimu lagi demi bertahan hidup.
"Valen!"
Mengabaikan teriakan Benny di belakangku, aku berbalik dan kembali ke kamarku.
Setelah menutup pintu, aku mengeluarkan ponsel dan memeriksa tabunganku.
Saat masih SD, ibu kandungku mengetahui Benny dan sekretarisnya Liana memiliki seorang anak haram yang hanya setengah tahun lebih muda dariku.
Gugatan perceraian antara keduanya berlangsung selama satu tahun. Bu Kassie menerima sejumlah besar properti dan pergi ke luar negeri dengan penuh gaya. Dia langsung menemukan suami asing dan melahirkan sepasang anak kembar ras campuran.
Liana berhasil berkuasa dengan putri haramnya dan keluarga beranggotakan tiga orang bersatu kembali.
Aku adalah satu-satunya yang terus dilempar ke sana kemari seperti bola dan tidak diinginkan.
Akan tetapi, satu-satunya hal baik dari sepasang orang tua sampah ini adalah mereka cukup murah hati dengan uang saku. Menghitung angka nol di saldo membuatku merasa lega.
Benny tidak hanya sangat sukses dalam menjaga wanita simpanan, tetapi dia juga kacau di tempat kerja dan perilaku genitnya bahkan lebih cerdik.
Aku hanya mengejar Charles di kehidupanku sebelumnya, tetapi dia membuat orang luar mengira aku adalah calon pacar Charles dan memanfaatkan ini untuk mendekati Grup Yusan. Perusahaan kacau ini merana selama beberapa tahun.
Setelah itu, dia berinvestasi besar-besaran atas nama Pak Andreas sebagai ayah mertua. Setelah proyek tersebut merugi, dia memasang wajah penjilat untuk mencari Charles sebagai kambing hitam.
Meskipun Charles tidak mengatakan apa pun di depanku, aku sering diejek di depan kerabat Keluarga Yusan karena hal-hal buruk yang Benny lakukan. Aku menjadi semakin tidak bisa menegakkan kepala di hadapan Charles dan hubungan suami istri semakin kaku.
Dalam hidup ini, aku ingin menjauh dari Charles dan tidak lagi menjadi penghasil uang Benny.
Dua hari kemudian setelah ujian percobaan kedua selesai, sahabatku Cecilia mengundangku ke KTV.
"Akhirnya ujian selesai! Malam ini aku akan merayakan ulang tahunmu, ayo bersantai!" Cecilia membuka tabung kembang api dengan keras, "Selamat ulang tahun, Valen!"
Aku tidak bisa menahan tawa di tengah tali warna-warni di atas langit.
Aku dan Cecilia adalah teman masa kecil. Di kehidupanku sebelumnya, aku berjuang keras untuk masuk Universitas Hanra demi Charles, sementara Cecilia belajar dengan sangat giat. Akan tetapi setelah lulus kuliah, Cecilia mengambil alih bisnis keluarga setelah belajar di luar negeri dan setelah aku menikah, aku mengundurkan diri atas permintaan ibu Charles dan menjadi istri Charles.
Saat itu Cecilia masih memarahiku dengan penuh kebencian, "Bukankah kerja keras di SMA-mu sia-sia? Valen, kamu akan menyesalinya!"
Sebuah ungkapan yang menjadi pepatah.
Saat ini Cecilia berkata dengan misterius, "Aku telah menyiapkan kejutan untukmu."
Dia membuka pintu ruangan dan sekelompok teman sekelas berteriak, "Selamat ulang tahun, Valen!"
Saat aku menyeringai, orang lain masuk dari pintu.
Pemuda itu bertubuh tinggi dan tegap, juga terlihat berwibawa. Begitu dia masuk, ruangan yang dihias dengan norak itu menjadi anggun.
Charles?
Kok dia bisa datang?
Senyuman membeku di wajahku.
Di kehidupanku sebelumnya, aku baru saja gagal menyatakan cintaku dan terus memohon pada Charles untuk datang ke pesta ulang tahun. Akhirnya dia datang dengan tangan kosong dan seluruh tubuhnya dingin.
Meski begitu, aku begitu bersemangat hingga duduk di sampingnya sebagai gadis yang berulang tahun dan jantungku berdebar-debar sepanjang malam.
Akan tetapi, kali ini aku tidak mengundangnya.
Menghadapi sorot mata Charles yang gelap dan dingin, aku hanya bisa berpura-pura memalingkan muka seolah tidak ada yang terjadi dan memilih kursi yang berjarak dua meter darinya.
Cecilia menyikutku dengan panik, "Ada apa denganmu? Orangnya sudah diundang untukmu, ayo!"
Ternyata kamu pelakunya!
Aku menggertakkan gigi dan berkata, "Terima kasih banyak, pasti nggak mudah untuk bisa mengundang Charles!"
"Nggak, Charles sangat mudah untuk diundang. Dia setuju begitu aku mengatakannya."
"?"
Di kehidupanku sebelumnya, aku memohon padanya lama sekali sebelum dia menyerah. Mengapa di datang begitu Cecilia mengundangnya?
Melihat sikapku acuh tak acuh, Cecilia terkejut, "Nggak, apa kamu benar-benar akan menyerah? Kamu sangat menyukainya sebelumnya."
"..."
Aku terlalu malas untuk menjelaskan terlalu banyak, jadi aku berkata dengan asal-asalan, "Nggak ada pria nggak masalah. Yang pertama adalah Universitas Hanra, kesampingkan masalah percintaan!"
Lingkungan sekitar terlalu berisik, jadi aku juga bicara agak keras. Akan tetapi tidak kusangka setelah satu lagu selesai, ucapan ini bergema di seluruh ruangan seperti sumpah.
Ruangan tiba-tiba menjadi sunyi dan terasa agak dingin.
Orang-orang yang duduk di sekitar Charles melirik ke arah wajahnya dan merasakan hawa dingin menerpa leher mereka.
Aku memasang wajah biasa, tetapi aku sama sekali tidak berani menatap Charles. Aku mengetuk jari kakiku ke lantai dengan panik, "Itu, aku mau ke kamar mandi."
Aku melarikan diri.
Cecilia langsung menenangkan situasi, "Lagu siapa ini? Cepat nyanyikan."
Ruangan itu menjadi ramai dan hidup kembali. Muka Charles berubah masam, dia bangkit berdiri dan pergi.
Begitu Charles pergi, beberapa pemuda di sekitarnya langsung mengikutinya.
"Apakah Valen ini jual mahal? Mengundangnya kemari dan mengabaikannya, lalu masih melakukan hal ini."
"Kurasa nggak. Terakhir kali dia juga nggak menyatakan cinta pada Kak Charles. Mungkinkah dia sudah bertobat? Jangan-jangan dia sudah menyerah mengejar Kak Charles?"
"Menyerah begitu saja? Kulihat dia juga nggak begitu menyukai Kak Charles ...."
Fahmi yang berada di sebelah Charles langsung menyela, "Jangan membuat tebakan sembarangan!"
Tidakkah mereka melihat raut wajah Charles sudah begitu muram?
Fahmi adalah teman masa kecil Charles, jadi tentu saja dia tahu saat ini suasana hatinya sedang buruk.
Dia terbatuk, "Kalian juga tahu seberapa besar rasa suka Valen pada Charles. Dia telah mengejarnya selama dua tahun, sekarang nggak ada alasan untuk menyerah. Terakhir kali Charles menyuruhnya menunggu sampai setelahnya ujian masuk universitas. Sepertinya Valen takut gagal masuk Universitas Hanra dan terpisah dari Charles, jadi dia dengan berat hati fokus belajar."
Sekelompok pemuda menimpali, "Begitu rupanya!"
Melihat raut wajah Charles berubah dari suram menjadi cerah, Fahmi diam-diam menyeka keringatnya dan ingin tertawa.
Aku berlama-lama di kamar mandi sebelum keluar, takut Charles masih belum pergi saat aku kembali.
Akan tetapi mengingat sifatnya, mungkin dia sudah lama pergi dengan tidak sabar.
Aku berpikir begitu banyak. Akan tetapi begitu menengadahkan kepala, aku melihat seseorang yang aku kenal.
Ternyata dia belum pergi?