Bab 1
Malam yang gelap gulita.
Di keheningan ini, bibir Charles yang panas itu mencium leherku, lalu dia memelukku dengan erat. Namun, dalam hatiku merasa sedih, juga senang.
Karena efek mabuk, kita berdua penuh gairah, gerakan Charles juga makin tergesa-gesa.
Saat aku sudah terangsang, aku bergumam namanya, "Charles ...."
Ting.
Suara ponsel yang nyaring menghancurkan suasana mesra ini.
Aku dan Charles menoleh bersamaan, lalu melihat nama yang ada di layar ponsel.
Arelia.
Aku langsung merasa panik dan sesak.
Di dalam kegelapan ini, aku tidak bisa melihat jelas ekspresi Charles, tapi bisa merasakan kalau dia tidak akan melanjutkan hubungan ini.
Entah keberanian dari mana, aku menengadahkan kepala untuk menciumnya.
Charles langsung menghindar untuk mengambil ponselnya.
Terdengar suara menawan dari ponsel itu, "Charles."
Detik berikutnya, Charles yang tidak sempat membuka lampu langsung berjalan ke depan jendela untuk mengangkat telepon.
Di bawah cahaya bulan, aku melihat ekspresi lembut di wajahnya, itulah adalah ekspresi yang tak pernah kulihat.
Rasa cinta di wajahnya terlihat jelas, ekspresi itu membuat hatiku merasa sedih, kecewa, bahkan gagal.
Akhirnya, Charles selesai menelepon.
Plak!
Lampu yang silau dibuka, Charles mengerutkan dahinya dengan ekspresi dingin. "Apa tadi siang kamu yang angkat telepon Arelia?"
Meski dia sedang tanya, nada bicaranya sangat meyakinkan kalau tadi siang aku yang mengangkat telepon.
Aku terdiam sejenak, baru tersenyum pahit. "Iya. Aku nggak hanya mengangkat teleponnya, bahkan menghapus riwayat teleponnya. Lalu sengaja membuatmu mabuk, hanya karena nggak ingin dia tahu kamu sudah pulang."
Setelah mendengar aku mengakui semuanya, tatapan Charles terlihat marah.
Ekspresinya terlihat masam, sepertinya sudah malah menghiraukanku. Dia hanya mengambil bajunya dan hendak keluar.
"Charles!" Aku memegang erat sprei untuk menahan air mata. "Apa kamu harus di hari pernikahan kita bertemu dengan mantan pacarmu?"
Charles berhenti melangkah dan menjawab dengan dingin, "Arelia mencariku karena ada masalah penting. Valen, masalah hari ini, aku nggak keberatan, tapi nggak boleh terulang lagi."
Arelia butuh dia, apa aku tidak membutuhkannya?
Tubuhku agak gemetar, aku bagai pejudi yang sudah kecewa. "Kalau kamu pergi dari sini, kita akan cerai."
Wajah Charles menjadi masam, seperti tidak tahan lagi. "Terserah kamu."
Pintu ditutup dengan kuat.
Aku tiba-tiba melepaskan genggaman eratku, lalu berbaring di kasur dengan tak berdaya dan menangis.
Pernikahan yang kuminta ini, akhirnya berakhir.
Melihat foto pernikahan di dinding, aku merasa sakit hati dan tidak bisa berdiam di kamar ini lagi.
Aku mengendarai mobil dengan kecewa, bahkan putar-putar di jalan tanpa tujuan.
Entah bagaimana aku mengendarai sampai sekolah SMA aku dan Charles.
Masih digantung foto tamatan kelas terbaik di papan pengumuman. Saat itu aku berusaha keras berdiri di samping Charles, tapi saat foto mau dipotret, tatapan Charles menatap ke arah seorang wanita.
Ternyata foto itu sudah menentukan hasilnya.
Sejak SMA aku sudah suka Charles.
Dulu dia adalah siswa terpintar dan terganteng di sekolah, ditambah dia punya keluarga yang baik, jadi selalu ada aura orang yang tak bisa dikalahkan.
Demi mendekatinya, aku susah payah mencari kesempatan. Demi bisa pantas bersamanya, aku berusaha belajar. Demi menyanjungnya, aku menghapal semua kesukaannya.
Namun, dalam hatinya selalu ada orang lain, jadi dia tidak pernah membalas rasa sukaku.
Saat masa kuliah, dia mulai berpacaran dengan Arelia. Setelah aku tahu, aku yang sedih pun pergi jauh. Menjelang waktu kita mau tamat kuliah, Keluarga Yusan mengalami kritis, ayahnya Charles jatuh sakit, Arelia juga keluar negeri. Saat itu, Charles sangatlah sibuk, aku membatalkan untuk tidak keluar negeri kuliah, memilih untuk menemaninya mengatasi masalah internal perusahaan dan menjaga ayahnya.
Setelah semua sudah selesai, Charles tanya apa yang aku mau.
Aku melihat pria yang sudah kusukai bertahun-tahun, jantungku pun berdebar. "Aku ingin kamu menikahiku."
Charles yang berniat balas budi pun setuju menikahiku.
Namun, dia tidak mencintaiku.
Selama menikah tiga tahun ini, hubungan suami istri kita taklah akur.
Sikap dingin dan sibuknya Charles seolah-olah sedang menghukumku yang selalu mengganggunya. Meski begitu, aku masih saja mau bersamanya, bahkan berusaha menggunakan seluruh cintaku untuk mempertahankan hubungan pernikahan ini.
Sekarang, Arelia sudah kembali.
Aku yang menggunakan segala cara untuk menjebaknya, bahkan membiarnya tetap di sini, dia tetap saja pergi karena ditelepon oleh Arelia.
Tit, tit, tit ....
Pesan di ponsel terus muncul.
"Aku di rumah sakit bertemu dengan Charles dan Arelia."
"Apa mereka mau balikan?"
"Memang harus begitu! Sepasang kekasih yang dulunya sangat cocok akhirnya mau bersama lagi."
"Setahuku Charles sudah menikah deh."
"Iya, sudah. Kudengar, wanita itu sangat licik, bahkan terus mengganggunya. Charles nggak pernah mengungkitnya, mungkin sudah cerai."
Setiap pesan di grup kelas bagai pisau yang menusuk ke dalam hatiku.
Itu membuatku sakit hati, bahkan menangis.
Iya, mereka sangat serasi. Orang yang saling mencintai memang harus bersama.
Sedangkan aku adalah ibu rumah tangga yang biasa, juga wanita licik yang dikatai mereka, bahkan istri Charles yang tak ingin diungkit.
Sejak awal cintaku hanya sebuah lelucon.
Kalau dulu aku tidak mencintai Charles ....
Lampu di depan yang silau menusuk mataku, lalu ada sebuah bayangan hitam yang melintasi jalan. Aku pun segera memutar setiran sehingga mobilku berputar dan terjadinya ledakan.
Entah berlalu berapa lama.
Bang ....
Otaknya masih ada suara dengungan, bahkan ada orang yang terus berbicara. Aku yang merasa bising pun mengelus kepala dan berkata, "Diam!"
Begitu dia berkata begitu, suara bising itu langsung hilang.
Aku seperti lepas dari belenggu, aku membuka sepasang mataku, kebetulan melihat tatapan dingin seorang pemuda yang terasa asing dan familier.
Aku berkata tanpa sadar, "Charles ...."
Ingatanku masih di saat aku menghindar kucing liar dan jatuh ke jurang, lalu suara ledakan itu masih terdengar jelas. Apa aku sudah tertolong?
Pemuda di depan mengerutkan keningnya, bibirnya juga dikerutkan. "Valen, apa yang mau kamu lakukan lagi?"
Suara yang dingin terdengar, juga membuatku kaget.
Eh ada yang salah, pemuda di depan mengenakan baju sekolah. Meski tatapannya dingin, dia masih terlihat muda dan angkuh, tidak seperti dia yang dingin setelah dewasa.
Apa ini Charles saat SMA?
Aku melihat sekeliling dengan bingung, baru menyadari aku dan Charles berdiri di mimbar. Di bawah penuh dengan siswa, juga ada kepala sekolah yang berekspresi masam dan spanduk "Acara Menjelang Ujian Nasional Universitas Hanra".
Aku mencubit diriku. Rasa sakit itu membuatku menarik napas dingin dan jantungku berdebar cepat.
Ini bukan mimpi.
Aku benaran terlahir kembali.
Aku kembali ke tujuh tahun lalu, tepat di 100 hari sebelum Ujian Nasional.
Hari ini juga ulang tahunku yang ke-18.
Meski Charles yang muda tidak sabaran denganku, dia tidak sedingin setelah menikah, hanya bersikap menjauh dariku.
Melihat aku tidak berbicara, dia mengerutkan keningnya dan berkata dengan serius, "Valen, ini adalah Acara Menjelang Ujian Nasional, waktunya semua siswa fokus belajar dan mengejar mimpi. Jadi kalau ada masalah, nanti baru bicarakan."
Kata yang familier itu membuatku teringat semua adegan dulu.
Oh ya, hadiah dewasaku adalah mengungkapkan perasaanku pada Charles di Acara Menjelang Ujian Nasional.
Aku yang kaget segera mundur tiga langkah, bahkan suara nyaring keluar dari mikrofon.
Melihat Charles, aku hanya merasa merinding dan sangat malu.