Bab 69
"Ya."
Setelah mengatakan satu kata itu, Mario menutup telepon.
Dia berperan penting dalam penyetelan lampu ini dan juga investor terbesar, jadi aku tidak boleh menyinggungnya.
Aku langsung menutupi piyamaku dengan mengenakan jaket dan pergi ke luar. Setelah mengetuk pintu, Mario langsung membukakan pintu. Pandangannya jatuh pada rambutku yang masih basah dan tenggorokannya terlihat bergerak.
"Masih sakit?" tanyanya.
Aku tidak mengerti apa maksud pertanyaannya. "Hah?"
Namun, saat pandangan Mario tertuju pada pinggangku, aku segera mengerti.
Entah mengapa, detak jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat, "Oh, sudah nggak apa-apa."
"Tunggulah sebentar," ujarnya sambil berbalik, meninggalkanku berdiri sendirian di depan pintu.
Karena pintu terbuka, aku langsung bisa melihat laptop yang diletakkannya di meja. Kelihatannya, dia mulai bekerja ketika aku sedang mandi.
Bagus, sungguh sangat profesional.
Mario kembali berjalan ke arahku. Sosoknya yang tinggi tegap menutupi segalanya di belakangny
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda