Bab 575
Tawanya menarik perhatian banyak orang ke arahnya. Tentu saja, mereka juga melihat ke arahku. Bahkan Hera yang duduk di barisan depan juga menoleh.
Wajahku tiba-tiba memerah malu. Aku mengangkat tangan dan memukul Max dengan kesal. "Berhenti tertawa."
"Aduh!"
Dia terkesiap dan melindungi lengannya. Aku sontak teringat pada lukanya yang ditinggalkan oleh Mario.
Dendam harus dibalas. Itu adalah naluri lelaki, apalagi bagi pria seperti Max.
"Apa kamu akan membalas Mario hari ini?" tanyaku blak-blakan.
Max menatap Mario yang duduk di kursi depan. "Kalau dia nggak membuat ulah, aku akan menunggu lebih lama."
Aku bertanya lagi dengan jantung berdebar, "Apa maksudmu?"
Max tersenyum tipis padaku dan membalas, "Kalau dia nggak berniat membawamu pergi hari ini, aku akan melepaskannya untuk sementara."
Mario ingin membawaku pergi?
Apa kata-kata Hera tadi merujuk pada hal ini?
Namun, mengapa Mario tidak mengatakan apa-apa?
Mendengar Max berkata begini, sepertinya dia telah membaca pikiran Mario. D
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda