Bab 502
Panggilan telepon itu dari "keadilan dalam hati".
Dia sempat meminta waktu untuk bertemu sebelumnya. Kemungkinan besar dia menelepon kali ini untuk mengatur janji temu lagi.
Dahulu, aku berharap bisa segera bertemu dengannya. Aku ingin tahu kebenaran tentang kecelakaan mobil orang tuaku. Namun, entah sejak kapan, aku mulai merasa takut.
Ini seperti perasaan resah saat hendak pulang setelah sekian lama pergi.
Aku melirik Reynard. Dia cukup peka dan sedikit menepi. Aku juga menjauh sebelum menjawab telepon, "Pak Vigo."
"Apa kamu punya waktu untuk bertemu sekarang?"
Aku memandang hujan yang turun kian deras. Sekarang bukan waktu yang pas untuk bertemu.
Namun, dia pasti memiliki alasan tersendiri dengan memilih hari ini. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menyahut, "Oke, di mana?"
Camilla terlihat sangat kecewa karena aku tidak memakan pangsit buatannya. Aku jadi tidak tega dan merasa bersalah padanya.
"Kalau ada waktu, berkunjunglah. Tante akan buatkan pangsit untukmu lagi," pesan Camill
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda