Bab 266
Aku terpaku.
Siapa sangka Mario akan sefrontal ini.
Selain itu, sekali lagi aku yakin kalau Mario tidak hanya tegas, tetapi juga sangat blak-blakan.
Saat jantungku berdetak makin cepat, otakku bahkan tidak bisa mengikuti mulutku yang bertanya, "Kenapa nggak pergi?"
Mario menelan ludah. "Aku nggak mau berpisah denganmu."
Alasannya memang masuk akal.
Orang yang sedang jatuh cinta biasanya suka menempel, maunya 24 jam bersama, atau kalau bisa sekalian jadi seperti bayi kembar.
"Aku bukan orang yang seenaknya kayak yang kamu pikirkan." Entah kenapa kalimat ini keluar dari mulutku.
Ekspresi Mario agak kaku, kemudian telinganya langsung memerah.
Kebiasaan telinganya yang mudah memerah ini tidak cocok dengan gaya bicaranya yang blak-blakan.
Namun, begitulah dia.
"Aku juga nggak bermaksud gitu, aku cuma, cuma ingin ... tinggal bersamamu," jelas Mario.
Aku menahan tawa, melihatnya seperti ini membuatku ingin menggodanya lagi. "Maksudmu tinggal di sini cuma buat temani aku? Kita tidur bareng, ta
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda