Bab 233
Tenggorokanku terasa tercekat. Maksud Mario, kami bertiga akan duduk di kabin yang sama?
Saat aku hendak menolak, Mario sudah menggandengku menuju kabin bianglala yang lain.
"Kalian nggak naik kabin yang ini?" tanya Reynard.
"Nggak leluasa," sahut Mario sambil menggendongku naik.
Dia pun masuk dan menutup pintu kabin.
Dari jendela kaca di dalam kabin, aku melihat wajah suram Reynard dan matanya yang berapi-api.
Ternyata dia marah juga.
"Kamu sengaja, ya?" tanyaku sambil menatap Mario.
"Ya." Mario mengaku dengan jujur, "Aku nggak mau naik ke kabin yang sama dengannya."
Ucapannya ini terdengar arogan, tetapi juga kekanak-kanakan.
Aku tidak bisa menahan tawa.
Ada banyak sisi yang dimiliki Mario. Terkadang dia adalah pria maskulin yang dingin, terkadang dia perhatian dan hangat, lalu sekarang dia juga bisa menjadi pria yang lucu dan kekanak-kanakan.
"Mario," panggilku.
"Hmm?" Kilau matanya yang sedang menatapku terlihat kian menarik di bawah pantulan cahaya lampu.
"Kamu lucu banget," katak
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda