Bab 226
"Hm?" Mata Mario berkilat bingung.
Aku melangkah mendekatinya. Jarak kami sangat dekat sampai aku bisa mencium aroma sabun di tubuhnya sehabis mandi.
Wangi sekali.
Aku ingat ketika orang tuaku masih hidup, kami selalu mencuci tangan dan mandi dengan sabun batangan. Namun, sekarang orang-orang lebih memilih menggunakan cairan pencuci tangan atau sabun mandi cair. Sabun batangan sudah jarang terlihat, apalagi mencium aromanya.
"Apa kamu menyamar?" tanyaku.
Mario mengernyit dan melihat tubuhnya sendiri. "Berapa banyak yang kamu minum? Penglihatanmu sudah kabur?"
Aku hanya minum segelas, tidak banyak, tetapi dia masih bisa menciumnya.
Aku tertawa dan menarik bajunya. "Mario, jangan pura-pura bodoh. Aku nggak membahas penampilanmu, tapi tentang identitasmu. Apa kamu sebenarnya kaya raya? Jangan-jangan kamu itu bos besar di balik layar?"
Rahang Mario menegang. "Aku nggak paham kamu ngomong apa."
Sambil bicara, dia bergerak mundur, mencoba memperlebar jarak kami.
"Benaran nggak mengerti atau
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda