Bab 205
Wanita menghias diri untuk menyenangkan orang yang mereka sukai. Saat ini, aku sudah menyadari bahwa aku peduli pada Mario.
Setelah mencuci tangan, Mario datang langsung untuk membantuku.
Aku berpura-pura kuat dan menghindar, "Aku baik-baik saja."
Dia tidak memaksa untuk membantuku, tetapi ikut duduk di sisi meja makan. Selain hidangan yang dia sebutkan, ada dua makanan pembuka lagi dan sepiring buah.
Makanan ini terlihat menggiurkan.
"Mario, adikmu pasti sangat bahagia," ucapku sebagai penghargaan tertinggi untuk usaha kerasnya dalam memasak.
Mario terdiam, dan aku teringat tentang penyakit jantung adiknya. Tiba-tiba, sebuah ide berani melintas di benakku, "Mario, keluargamu dari mana? Maksudku, di mana adikmu tinggal?"
Dia menatapku dengan tatapan tajam, tetapi tetap diam.
Aku tersenyum sambil menggigit sendok, "Kenapa kamu bahkan waspada padaku? Takut aku akan menyakiti dia?"
"Kecamatan Cendana, sebuah kota kecil di bawah Kecamatan Cendana," jawab Mario dengan cukup rinci.
Aku menga
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda