Bab 191
Setelah aku selesai berbicara, aku teringat pada hal yang ingin aku tanyakan kepada Mario kemarin, "Orang-orang kemarin itu nggak mengganggumu lagi, 'kan?"
Begitu pertanyaan ini meluncur dari mulutku, aku refleks menatap tangannya, dan juga wajahnya. Syukurlah, tidak ada luka.
"Nggak ada." Mario sepertinya bisa melihat pikiranku, "Meskipun ada, mereka bukan tandinganku."
Sungguh mendominasi!
Setelah meneguk suapan terakhir dari buburku, aku bertanya lagi kepadanya, "Kamu sudah temukan sesuatu dari kecelakaan ayahmu? Siapa yang kamu curigai sampai mereka mencoba menakut-nakutimu?"
Mario menatapku, "Mereka takut aku menemukan penyebab kematian bos ayahku."
Mario tidak berbicara secara langsung, dia hanya mengatakan setengah dan menyisakan setengahnya. aku terpaksa terus menanyakan, "Bos ayahmu ini tokoh penting? Apa kematiannya bisa memengaruhi kepentingan orang lain?"
"Orang itu sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun, jadi nggak ada lagi keuntungan yang terlibat. Mereka cuma takut kal
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda