Bab 190
Begitu teringat ucapan yang baru saja aku ucapkan, tiba-tiba napasku terhenti sejenak. Aku baru saja ingin membuka mulut untuk menjelaskan sesuatu, ketika Mario yang sedang berlutut di sisi sofa berdiri, "Makanan sudah siap, bangun dan makan sedikit."
Saat dia berbicara, dia menarik tangannya, dan saat itulah aku menyadari betapa eratnya aku menggenggamnya.
Ternyata dalam mimpiku yang kupegang bukanlah tangan ayah dan ibuku, melainkan tangan Mario, aku malah memarahinya.
Aku melepaskan tangannya dengan canggung. Pada saat yang sama dia mengangkat tangannya, aku melihat bekas cekikan yang dalam di punggung tangannya.
Mario berbalik pergi, aku juga bangkit dari sofa, merasa sedikit lengket pada tubuhku.
Sepertinya aku sudah berkeringat dan demam sudah turun.
"Pakai ini, jangan sampai masuk angin lagi," kata Mario sambil memberikan selimut.
Aku meraih untuk mengambilnya, tapi karena lemas akibat demam, aku tidak bisa menangkapnya, akhirnya Mario yang menyelimutiku dan memberiku handuk bas
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda