Bab 156
Aku benar-benar tidak menyangka akan melihat Mario yang baru keluar dari kamar mandi.
Sosoknya hanya tertutup handuk yang melilit di pinggang. Dadanya yang bidang dan kakinya panjang bisa terlihat dengan jelas.
Mario juga tampak terkejut. Dia sepertinya tidak mengira kalau aku akan masuk begitu saja. Kulitnya yang sawo matang terlihat memerah.
Untuk beberapa saat, kami hanya berdiri di sana dan saling memandang tanpa ada yang bicara atau bergerak. Waktu seolah-olah berhenti.
Setelah Mario tersadar dan bergegas ke kamarnya, barulah aku bereaksi. "Glek ... " Aku menelan ludah.
Pipiku sontak memerah ...
Ketika melihat pintu kamar Mario yang tertutup rapat, aku tahu dia pasti sedang berpakaian. Aku pun teringat akan pakaian yang aku belikan untuknya dan segera berkata, "Mario, jangan pakai baju dulu. Tunggu sebentar."
Usai berbicara, aku langsung berbalik. Namun, tiba-tiba saja aku merasa ada yang salah. Astaga, aku bilang apa barusan?
Aku menyuruhnya untuk tidak pakai baju dahulu dan menu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda