Bab 155
Aku menggelengkan kepala dengan putus asa dan berkata, "Seharusnya dia tahu jelas itu anaknya siapa. Kalau kamu benar-benar penasaran, kamu bisa langsung bertanya padanya."
Darcy menggerutu, "Aku nggak punya waktu untuk itu. Kalau aku punya waktu, aku akan menatap Pak Mario lebih lama."
Ketika dia mengungkit Mario, aku jadi ingat dia belum pulang. Aku melihat jam dinding, lalu bertanya secara tidak langsung, "Kok sekarang kamu bisa mengobrol denganku? Apa kamu sudah pulang kerja? Atau kamu mencari alasan untuk pergi ke toilet dan bermalas-malasan lagi?"
"Kak, kamu bilang apa, sih? Apa aku orang seperti itu?" protes Darcy. "Sekarang, Pak Mario sudah lebih manusiawi. Dia pulang kerja lebih awal dari biasanya."
"Oh, sudah berapa lama?"
"Sudah setengah jam. Aku sudah sampai di rumah dan sedang tiduran di sofa," kata Darcy. Saat dia mengatakan ini, aku sudah menghitung waktu kembalinya Mario. Dia seharusnya sudah pulang.
Namun, aku tidak mendengar suara apa pun. Mungkin sedang terjebak mace
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda