Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Frustasi

** “ me-menikah! Apa kau gila!” ucapku dengan lantang dan tidak percaya dengan kata kata yang di ucapkan oleh bagus “ hhmmm” aku sudah memberitahukan mamamu!” Dan dia tidak mempermasalhkannya!” jawabnya dengan santai Aku tersenyum picik “ pria gila” umpatku kepadanya “ aku gila karena mencintaimu!” jawabnya Aku pun melirik ke arahnya sekian detik mata kami saling beradu dengan lainnya, tampak sebuah keteduhan dari wajah itu, keteduhan yang selalu aku rasakan ketika menitik kedalam bola mata itu. Ku buang nafasku kasar “ baiklah aku akan menikah besok denganmu!” ucapku santai, saat ini aku bisa apa di tambah Mama yang eudah memintaku untuk menikah dengannya. Namun sebenarnya hatiku juga tidak seutuhnya menolak antara hati dan pikiranku yang tidak sejalan, hatiku mengatakan iya dan pikiranku menolaknya. “ aku mau keluar dulu mencari makan!” akupun segera berdiri alasanku untuk menjauhinya sejenak dan menetralkan kondisi hati dan pikiranku yang tidak stabil. “ mau di antarkan?” tanya bagus Langkahku terhenti “ tidak usah!” jawabku tanpa menoleh ke arahnya kemudian aku langsung menuju ke luar apartemen itu. ** Setelah keluar dari apartemen mewah tyjuan utama ku adalah menuju ke rumah mencari mama, namun setibanya disana mama beserta adik adikku benar benar tidak ada bahkan aku sempat menanyakan kepada tetangga mereka Cuma mengatakan kalau mama pergi dari pagi pagi sekali dengan mobil berwarna hitam, pikiranku pun terbayang mobil bagus namun mobil yang di gunakan bagus berwarna putih “ dimana mereka sekarang?” akupun di landa kebingungan dan kegusaran walaupun bagus sudah menjelaskan kalau mereka berada di tempat yang nyaman namun aku tetap masih kuatir sebelum menemui mereka. Hingga sebuah pesan masuk dari ponselku dari sebuah nomor yang tidak ku kenal “ kami semua baik baik saja kak, kakak jangan kuatir dan kami senang berada disini” begitu lah bunyi pesan singkat yang ada di ponselnya. Dengan cepat aku pun langsung menelpon untuk memastikan kalau itu benar benar adikku, telponku berdering namun tidak ada jawaban dari panggilan itu, hingga aku mencobanya berulang kali namun masih belum ada jawaban. Aku pun putus asa dan mencoba berpikir positive “ mungkin sekarang mereka benar di tempat nyaman” hanya itu kata kata yang mampu menguatkanku Kruk Kruk Aku pun memegang perutku yang sudah keroncongan karena belum ada sebutir nasi pun yang masuk ke dalamnya tanpa berlama lama aku pun memesan taksi online untuk mengantarku ke sebuah caffe. “ lemon tea, salad buah dan nasi goreng seperti biasa” ucapku kepada pelayan itu. Caffe ini adalah cafee tempat ku menghabiskan waktu kosong untuk bersantai, makanya semua pelayan bahkan menager ya mengenalku. “ semalam kenapq tidak ada kesini kak?” tanya pelayan itu dengan ramahnya. “ semalam aku lagi ada urusan jqdi ngak sempat kesini tapi hari ini aku lampiaskan sampai malam disini, jangan bosan ya melihat wajahku” candaku kepadanya. Wanita itu pun terkekeh mendengar ucapannku “ aku permisi dulu ya kak!” pamitnya Aku pun tersenyum kepadanya sambil mengangguk. Aku menarik nafasku panjang dan membuangnya kasar ku sandarkan tubuhku di penyandaran kursi itu menatap ke arah luar melalui jendela yang berada di sebelahku duduk, tampak mobil berlalu lalang. Posisi caffe yang tidak terlalu jauh dari jalan raya membuat kita bisa melihat kendaraan yang berlalu lalang. Ku topang dagiku dengan tangan dan memasang wajah datar tanpa ekspresi. Hingga makanan dan minuman yang ku pesan datang “ terima kasih” ucapku dengan senyum ramah kepada pelayan itu Dia pun hanya mengangguk dan membalas senyum dariku. Aku menikmati semua makanan yang ku pesan dengan alunan musik jazz yang di perdengarkan menambah kenyamananku untuk berlama lama ada di caffe itu. Ku nikmati perlahan lahan makanan itu menikmati setiap cita rasa yang di ciptakan dari setiap rasa yang beradu dalam mulutku. 5 jam berlalu Pengunjung silih berganti datang dan pergi dari kafe itu wajah wajah yang terus berganti, matahari pun telah berganti menjadi malam lampu lampu yang telah menyala di segala penjuru jalan, aku masih tetap berada dalam dudukku tanpa berpindah sedikitpun, waktu yang panjang telah kuhabiskan duduk di atas kursi itu dengan gelas dan piring yang sudah berjejer di hadapanku Aku pun melirik ke arah jam tanganku sudah menunjukkan pukul 08:00 malam. “ Haruskah aku pulang ke apartemen itu!” lirihku dengan menundukkan kepala Berat rasanya aku ingin kesana karena pernikahan yang besok akan aku hadapi, enggan sekali kaki ini melangkah “ aku masih ingin menjadi wanita malam bukan menjadi istri!” gumamku. Akupun mengambil tasku dan melangkah dengan gontai keluar dari kafe itu, kegundahan semakin kuat menyertaiku bagaimana tidak kalimat pernikahan yang terus saja terngiang di dalam otakku, “ pria sialan, kenapa kau memasukkanku kedalam hidupmu” lirihku Aku sungguh menyesali keputusanku untuk menerima penawaran bagus untuk tidur denganku, keputusan yang berujung pada kesialan nasibku, walaupun sebenarnya bagus bisa memberikan semua kebutuhanku tanpa harus aku melayani para konglomerat namun aku tidak ingin berada dalam ikatan, ikatan yang nantinya pasti akan membuatku seperti burung berada dalam sangkar aku sungguh tidak menginginkan itu, aku bisa memberikan seluruh tubuhku bahkan melayaninya sampai puas namun tidak dengan pernikahan. “ pria sialan” teriakku di pinggir jalan. Aku berjalan sempoyongan bagaikan orang gila, dan semua mata menatap ke arahku aku tidak mempedulikannya karena sudah biasa aku menjadi pusat perhatian. Ku tarik rambutku dengan kedua tangan menandakan kalau aku benar benar frustasi. Bahkan rasa frustasi ini melebihi saat aku harus menopang hutang hutang ibu yang banyak, aku tidak menyadari rambutku yang sudah acak acakan karena aku tarik tarik. “ Apa kau ingin menjadi orang gila dengan rambut begitu!” ucap seseorang dari arah belakangku Langkahku pun segera terhenti dan aku membalikkan tubuh, terlihat disana wajah bagus yang menatapku dengan sebuah senyuman. Senyuman ejekan yang terlihat jelas dari bibir itu. Aku terdiam dan membisu namun tubuh pria itu berjalan mendekat ke arahku dan segera memelukku. “ Jangan seperti ini, aku menikahimu untuk memberikan kebahagiaan bukan ingin menyiksamu hingga kau berlaku seperti orang frustasi begini” ucap bagus dengan lembut di telingaku. Aku pun diam seperti batung, tiba tiba lidahku kelu tidak sanggup untuk berbicara, pelukan hangat dan lembut dari lawan jenis baru pertama kalinya aku rasakan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.