Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Pada sore hari, Kenzo ada urusan di kantor, ingin mengajak Selina ikut bersamanya. Namun, Selina tidak mau ikut. Dia lebih memilih tinggal di rumah. Akhirnya, Kenzo yang tidak bisa membujuknya pun pergi sendiri ke kantor. Sebelum pergi, dia memberi banyak instruksi, bahkan sampai hal-hal kecil seperti tempat di mana Selina menyimpan ikat rambutnya. Pada akhirnya, Kenzo harus didorong oleh Selina keluar pintu. Jika tidak, pria itu pasti masih akan terus bicara selama setidaknya setengah jam lagi. Dalam hati, Selina mengeluh. Kenzo masih sama cerewetnya seperti dulu. Selina tidak ikut dengan Kenzo ke kantor karena dia punya rencana sendiri. Setelah Kenzo pergi dan mobilnya keluar dari vila, Selina memanggil kepala pelayan ke ruang kerja. "Apa kamu mulai bekerja di Keluarga Raharjo sepuluh tahun yang lalu?" tanya Selina. "Ya, Bu." Kepala pelayan menjawab dengan hormat. Saat makan siang, Kenzo telah memberi tahu kepala pelayan bahwa Selina kini memegang kendali di rumah. Ini semacam pengumuman resmi bahwa Selina adalah majikan yang sah di kediaman Keluarga Raharjo. "Bagaimana hubungan Pak Kenzo dan anak-anak selama ini?" Selina langsung menuju ke pokok masalah. Ketika Aldo datang, dia dan ayahnya sama sekali tidak berkomunikasi. Ini membuat Selina merasa makin khawatir. Seberapa dalam konflik antara ayah dan anak ini? Tentang masalah ini, Kenzo berbicara seolah itu hanya kesalahpahaman kecil, tetapi Selina merasa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya. "Bu, ketika aku datang ke Keluarga Raharjo, ketiga anak itu sudah nggak tinggal di rumah ini lagi. Pak Kenzo juga jarang pulang." Kepala pelayan tidak berbohong. Rumah ini baru terasa hidup saat Selina kembali dalam dua hari terakhir. Biasanya, jika Kenzo pulang, dia akan langsung masuk ke kamar di lantai tiga, kamar tempat tinggal mantan istri sebelumnya. Dia akan menghabiskan sepanjang hari di sana. Setelah itu, dia akan pergi lagi. Kadang-kadang dia tidak kembali selama beberapa hari. Aldo tidak pernah bermalam di rumah. Nita dan Jamie juga hanya sesekali mampir, lebih sering tinggal di rumah yang ada di dekat sekolah mereka. Vila tua ini sungguh seperti rumah yang tidak terasa seperti rumah. Selina mengelus dahinya ketika mendengar ini. Semuanya sungguh berantakan! Namun, Selina yang sudah menerima keadaan ini tidak merasa sedih lagi. Ini bukan masalah, karena dia sudah kembali! Setelah merasa tidak bisa mendapatkan informasi lebih dari kepala pelayan, Selina berencana menyuruhnya pergi. Namun, sebelum kepala pelayan pergi, dia berkata dengan nada penuh syukur, "Bu, sejak kamu datang, aku baru melihat Pak Kenzo tersenyum. Ini pertama kalinya dalam sepuluh tahun ini aku melihat Pak Kenzo begitu bahagia." Kata-kata kepala pelayan ini terdengar sangat klise. Selina hanya bisa tersenyum kecut, menolak ikut dalam drama bos besar yang dingin jatuh cinta padaku ini. Biasanya, istri pertama dalam cerita semacam ini selalu berakhir dengan nasib buruk. Sementara itu, di tempat lain. Sebuah mobil bisnis sedang melaju di jalan. Di dalamnya, Kenzo sedang memeriksa berkas-berkas dengan ekspresi acuh tak acuh, membuat kedua asisten di seberang tempat duduknya merasa tegang. Di perusahaan, Kenzo selalu bisa memberi teguran tanpa harus menunjukkan ekspresi apa pun. Cukup dengan kata-kata yang tenang serta tatapan mata yang serius, orang-orang yang bersalah akan langsung berkeringat dingin, tak berani mengulangi kesalahan lagi. Orang seperti Kenzo memiliki aura yang membuatnya tidak perlu mengeluarkan usaha untuk bisa terlihat mencolok. Kehadirannya sudah cukup kuat meski tanpa banyak bicara. Kata-kata kepala pelayan tadi bukanlah sanjungan. Itu adalah kata-kata yang murni muncul dari hatinya. Saat berada di dekat Selina, Kenzo menjadi orang yang berbeda. Ada sisi dirinya yang belum pernah dilihat oleh siapa pun di kantor atau rumah, kecuali oleh Selina. Kenzo yang lembut ini adalah eksklusif untuk Selina, tidak bisa didapatkan oleh orang lain. Bahkan anak kandungnya sendiri. Kenzo pun menelepon Aldo, "Jangan ganggu dia beberapa hari ini." "Heh, apa yang kamu takutkan?" Aldo ingin mengejek lebih banyak, tetapi sebelum dia sempat melanjutkan, dia mendengar suara datar dari ujung lain telepon, "Kalau kamu membuat keributan, kamu mungkin akan membuatnya menghilang lagi." Aldo langsung terdiam, wajahnya seketika berubah pucat. "Sebelum semuanya jelas, nggak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi," kata Kenzo. Aldo tetap diam. Ini sudah menandakan persetujuannya. Kenzo yang paham langsung menutup telepon, percakapan itu pun berakhir. Setelah menutup telepon, Kenzo mengusap pangkal hidungnya, menghela napas berat, lalu berkata, "Panggil semua manajer departemen untuk rapat jam dua siang." Asisten segera mengiyakan. Saat itu, ponsel Kenzo berbunyi tanda pesan masuk. Dia segera mengambil ponsel untuk memeriksa pesan itu. "Bu Selina sudah selesai bicara dengan Ahmad. Sekarang dia sedang beristirahat di kamarnya." Kenzo menghela napas lega, lalu menatap keluar jendela dengan mata gelap dan penuh tekad. Entah itu adalah masalah mistis atau perbuatan manusia, Kenzo tidak akan membiarkan Selina menghilang untuk kedua kalinya. Tidak peduli apakah Aldo mengakuinya atau tidak, karena Kenzo mengakuinya. Ketika melihat Selina di kamar mandi, Kenzo sudah yakin bahwa Selina adalah istrinya yang kembali. Apa yang sebenarnya terjadi masih perlu diselidiki lebih lanjut. Namun, Kenzo jelas tidak sanggup kehilangan Selina untuk kedua kalinya. Di sisi lain, dua asisten Kenzo saling berpandangan. Meski mereka tidak tahu apa yang terjadi, mereka bisa merasakan bahwa suasana hati Kenzo saat ini sangat menakutkan! * Ketika kembali ke kamar, Selina sebenarnya tidak tidur siang. Dia masuk ke akun media sosialnya. WhatsApp, email .... Setelah bertemu dengan putra sulungnya, Selina mulai mengatur kembali hidupnya. Setelah menghilang selama 15 tahun, dia bahkan bisa dinyatakan meninggal dari segi hukum. Tentu dia tidak bisa terburu-buru kembali ke depan publik. Menceritakan tentang perjalanan lintas waktu selama 15 tahun kepada keluarga memang tidak masalah. Namun, jika menceritakannya pada orang luar, mereka pasti akan menganggapnya gila. Semua akun Selina masih disimpan dengan baik oleh Kenzo, tidak ada yang dibekukan atau diblokir. Dia bahkan masih bisa masuk dengan menggunakan nomor ponselnya yang lama. Saat masuk ke akun WhatsApp, Selina melihat ada pesan yang belum dibaca. Pesan itu dikirim seminggu lalu oleh Desi Herman. Isinya hanya tiga kata, "Aku kangen kamu." Desi adalah teman sekamar Selina ketika di universitas. Setelah lulus, mereka bersama-sama mendirikan perusahaan kosmetik. Selina tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan itu sekarang. Berpikir tentang hal ini, dia keluar dari akun WhatsApp, lalu masuk ke platform media sosial untuk mencari akun Desi. Jumlah pengikut Desi telah bertambah dari 100 ribu menjadi lebih dari 5 juta. Deskripsi di profilnya menyebutkan bahwa dia adalah presdir dari Perusahaan Kosmetik Bintang. Sepertinya perusahaan itu berkembang dengan baik. Sebenarnya, hubungan kemitraan ini lebih tepat disebut sebagai investor. Selina adalah pihak yang menginvestasikan modal. Sepertinya dirinya dulu punya intuisi bisnis yang bagus! Namun, tak lama kemudian Selina berhenti tersenyum. Karena setelah dia membaca komentar-komentar di akun Desi, semuanya berisi caci maki. Setelah menelusuri komentar yang menyebutkan kata kunci tertentu, Selina segera mengetahui apa penyebabnya. Salah satu produk dari Kosmetik Bintang mengalami masalah besar, mulai dari kualitas hingga berbagai pelanggaran standar. Namun, masalah kualitas ini bukanlah inti dari persoalannya. Yang lebih mengejutkan adalah bagaimana masalah ini bisa sampai menyeret nama Selina, padahal dia sudah menghilang selama 15 tahun! Di postingan yang populer terkait masalah produk Kosmetik Bintang, ada sebuah artikel yang merinci sejarah awal perkembangan perusahaan. Artikel itu menyebutkan bahwa produk bermasalah tersebut adalah formula yang disediakan oleh salah satu pendiri perusahaan yang sudah lama meninggal dalam kecelakaan. Untuk menghormati rekannya, Desi tetap mempertahankan lini produk tersebut meski tidak menguntungkan. Namun, tak disangka formula tersebut akhirnya menimbulkan masalah besar. Artikel itu menekankan bahwa selama lebih dari sepuluh tahun, formula itu tidak pernah diubah. Artikel tersebut juga mengisyaratkan bahwa Desi adalah korban dari kesalahan rekannya. Selina terdiam. Bukankah cara membersihkan nama ini sungguh kejam? Dia sudah menghilang selama 15 tahun, tapi masih saja diseret dalam masalah ini? Kebetulan, tepat setelah Selina memahami situasi ini, Desi mengunggah permintaan maaf, dengan tulus mengakui kesalahannya. Tak lama kemudian, versi teks wawancaranya juga muncul, isinya sama dengan artikel sebelumnya. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, sikap dan maksudnya jelas. Desi adalah orang baik, sementara mitra bisnisnya jahat. Selina terdiam. Dia baru saja kembali, tapi sudah dipersalahkan? Apa-apaan ini!

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.