Bab 5
Selina tidak tahu kapan dia tertidur. Album foto yang terjatuh dari tangannya membangunkannya dari tidurnya.
Di luar, langit mulai terlihat samar-samar terang. Saat keluar dari ruang kerja, Selina hampir saja tersandung oleh seseorang yang tidur di lantai karena tidak melihat jalan.
Ternyata itu adalah Kenzo yang sedang berjaga di depan pintu.
Sebelum mereka sempat berbicara, kepala pelayan datang ke lantai atas membawa ponsel.
"Pak, ada telepon dari Nona Nita."
Tatapan Selina langsung tertuju pada ponselnya. Itu adalah telepon dari putrinya! Anak kembarnya yang lebih tua, Nita.
Kenzo dengan cepat menerima ponsel, lalu menekan tombol pengeras suara agar Selina bisa mendengar suara putrinya.
"Ayah, apa bisa kamu memberi Pak Beni wewenang lebih? Lain kali kalau nggak lebih dari 20 miliar, dia nggak perlu melapor padamu lagi, bagaimana? Kalau nggak, itu akan merepot sekali. Aku sekarang butuh 16 miliar, tolong transfer ke rekeningku di dalam negeri, jangan salah kirim. Aku harus lanjut bekerja, sampai jumpa."
Tanpa menunggu respons dari Kenzo, Nita langsung menutup telepon tanpa basa-basi.
Komunikasi di antara mereka memang biasanya seperti itu. Sang anak akan meminta uang, sementara sang Ayah akan memberikan uang.
"Ahmad, hubungi Pak Beni, minta dia untuk ...."
"Tunggu!"
Selina memotong ucapan Kenzo, lalu dengan lelah memijat pelipisnya sambil berkata, "Anakmu meminta uang dan kamu langsung memberikannya? Nita baru berumur 17 tahun, apa yang dia lakukan sampai membutuhkan uang 16 miliar? Kamu nggak bertanya lebih dulu sebelum mentransfer uang?"
Setelah memiliki anak, Selina berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membesarkan mereka menjadi anak manja. Namun, tanpa bertemu putrinya, dia sudah bisa menyimpulkan dari telepon tadi bahwa Kenzo telah membesarkannya menjadi anak yang manja!
Kenzo melihat tanda-tanda Selina akan marah, lalu dia membela diri dengan pelan, "Selina, kamu sendiri yang bilang kalau anak perempuan harus dibesarkan dengan banyak uang."
Sebagai bentuk penebusan atas kegagalannya sebagai Ayah, Kenzo tidak pernah pelit dalam hal uang.
"Jadi, kita nggak akan mentransfernya?" tanya Kenzo dengan hati-hati.
Selina tidak menjawab. Melihat itu, Kenzo melanjutkan, "Baiklah, aku akan tanya dulu dia butuh uang untuk apa."
Di sisi lain, Nita yang melihat telepon dari ayahnya merasa sangat terkejut. Ini pertama kalinya ayahnya menelepon balik setelah dia meminta uang.
"Kamu mau uang itu untuk apa?" tanya Kenzo.
Nita terdiam. Ini juga pertama kalinya ayahnya menanyakan untuk apa dia membutuhkan uang.
"Hm .... Untuk aku pakai saja. Aku mau membeli baju dan tas. Uangnya cepat habis."
Nita menjawab dengan tidak jelas.
Kenzo menatap Selina. Apakah alasan putrinya ini bisa diterima? Apa boleh mentransfer uangnya?
Selina mengernyitkan kening. Jelas putrinya ini sedang berbohong.
Kenzo menangkap maksudnya, lalu dengan tegas berkata, "Nita, jangan bohong padaku."
Nita menggenggam ponselnya dengan lebih erat. Ayahnya tidak pernah peduli dengan hidupnya.
Setelah memikirkan kemampuan ayahnya, Nita tahu kalau pun dia tidak mengatakannya, ayahnya tetap bisa menyelidikinya. Jadi dia memilih jujur.
"Ada teman di kelas yang diejek karena keluarganya miskin. Aku berencana memberinya mobil supaya mereka yang mengejeknya jadi malu."
Kenzo tidak butuh isyarat dari Selina kali ini, dia langsung bertanya, "Teman laki-laki?"
Setelah hening sejenak, terdengar jawaban pelan dari seberang telepon, "Henri nggak tahu apa-apa. Aku yang berinisiatif mau memberikannya."
"Alasannya nggak bisa diterima."
Nita ingin menjelaskan lebih lanjut, tapi teleponnya sudah terputus. Dia merasa terkejut. Ini hanya uang 16 miliar saja, kenapa ayahnya tiba-tiba jadi perhitungan seperti ini?
Malamnya, Nita mendapat telepon dari bibinya yang mengatakan bahwa seseorang melihat ayahnya membawa seorang wanita pulang. Bibinya bertanya apakah Nita tahu tentang hal itu.
Nita seakan langsung sadar. Sepertinya dia tahu penyebab sikap ayahnya! Pasti ada wanita jahat yang memengaruhi ayahnya! Dasar wanita sialan!
Tunggu sampai dia pulang, dia akan memberi pelajaran pada wanita sialan itu!
Mengesampingkan cerita itu untuk nanti, Kenzo yang baru saja menutup telepon merasa cemas, karena dia sadar Selina jadi makin kesal dengannya.
"Kamu benar-benar nggak peduli dengan anak-anak, ya."
Selina mengatakan satu kalimat ini sambil menggertakkan giginya.
Kenzo adalah orang yang sangat cerdas. Semuanya tidak akan menjadi seperti ini jika dia memberikan lebih banyak perhatiannya kepada anak-anak.
"Maaf, aku salah."
Kenzo tidak membantah, langsung mengakui kesalahannya.
Kepala pelayan yang berdiri di dekatnya bahkan tidak berani bernapas. Dia kini benar-benar menyadari bahwa wanita baru ini bukan orang sembarangan!
Sebelumnya, kepala pelayan mengira bahwa di rumah ini, wanita barulah yang harus mengalah. Ternyata yang pergi dengan wajah masam adalah Aldo. Selain itu, di hadapan wanita baru ini, Kenzo tidak punya sedikit pun wibawa, benar-benar tunduk di bawah kendalinya!
Kenzo yang seorang pemimpin Grup Raharjo, bahkan harus meminta izin untuk memberi putrinya 16 miliar. Semua ini akan sulit dipercaya oleh orang lain.
Tampaknya pepatah lama benar adanya. Di mana ada ibu tiri, pasti ada ayah tiri! Kepala pelayan dalam hati tertawa getir.
Kemudian, sikap kepala pelayan menjadi lebih hormat.
Kenzo membuat masalah dengan putra dan putrinya demi wanita lain. Dia adalah kepala pelayan kecil yang bisa dipecat kapan saja! Dia jelas tidak bisa menyinggung wanita baru ini!
Kepala pelayan memperingatkan dirinya sendiri.
Jadi, ketika Jessica meneleponnya untuk mencari tahu, kepala pelayan tidak mengatakan sepatah kata pun tentang Selina.
Jessica Haryadi adalah sepupu Selina, juga Bibi dari Nita. Setelah insiden kecelakaan Selina, Jessica sering mengunjungi Nita dan Jamie di sekolah.
Aldo tahu bahwa ibunya tidak pernah akur dengan Jessica, jadi dia tidak peduli. Sementara kedua anak kecil itu tidak tahu banyak, sering berhubungan dengan Bibi mereka.
Kenzo pun mengetahui tentang hal ini. Dia pikir akan baik jika ada seorang perempuan di sekitar anak-anak untuk mengawasi mereka, jadi dia membiarkan Jessica tetap berada di dekat mereka. Jessica adalah pecinta uang, jadi Kenzo memberikan uang untuknya. Bagaimanapun juga, Kenzo tidak kekurangan uang.
Seiring waktu, hal itu menjadi kebiasaan.
Namun, sekarang Jessica mendengar kabar bahwa Kenzo sedang dekat dengan seorang wanita. Jadi dia langsung menelepon kepala pelayan untuk menanyakan kebenaran berita ini.
Kepala pelayan yang masih terpana dengan sikap Kenzo yang begitu tunduk tadi, langsung mendengus ketika menerima telepon dari Jessica.
Setiap kali wanita ini datang dengan Nita, dia selalu membawa sikap angkuh sebagai seorang tetua. Seolah-olah dirinya adalah majikan dari Keluarga Baskoro. Keserakahan kecilnya sangat jelas terlihat!
Setelah sedikit berbasa-basi, kepala pelayan menutup telepon sambil memandang keluar jendela, lalu menarik napas panjang. Dia merasa bahwa pekerjaan hariannya akan menjadi sangat berwarna mulai sekarang.
Di lantai atas, Kenzo sedang mencoba memperbaiki kesan dirinya.
"Nita sedang mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri, minggu depan dia pulang. Jamie pergi ke kota sebelah bersama temannya untuk ikut maraton, minggu ini dia nggak akan pulang," kata Kenzo.
Dia mencoba menunjukkan bahwa dia tidak sepenuhnya lepas tangan dari anak-anak.
Dia meletakkan kepalanya di bahu Selina, lengannya melingkari pinggang Selina dengan erat, sementara suaranya tanpa sadar menjadi makin lembut.
Jika kepala pelayan melihat Kenzo dalam keadaan seperti burung kecil yang manja ini, dia pasti akan lebih terkejut lagi.
Selina tidak menggubris Kenzo. Kondisi keluarga ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan. Aldo seperti seekor landak kecil, putrinya tampaknya terlalu terfokus pada cinta, sementara putra bungsunya ....
Situasinya mungkin juga tidak jauh lebih baik.
Dia harus istirahat dulu. Masalah harus dihadapi satu per satu!
Besok mungkin Aldo akan pulang. Dia harus tampil dalam keadaan terbaik agar Aldo bisa melihat bahwa ibunya masih seperti yang dia ingat.
Namun, Selina tidak bertemu dengan Aldo, malah bertemu tamu tak diundang lainnya.
"Ahmad, teh yang kamu beli kali ini enak, aromanya harum sekali."
Jessica berkata pada kepala pelayan, meski pandangannya terus melirik ke arah tangga. Hari ini, dia datang khusus untuk bertemu dengan wanita itu.
Selama bertahun-tahun ini, Kenzo selalu menjaga kesetiaannya. Jadi kemunculan wanita ini membuat Jessica merasa sangat waspada, seakan sedang menghadapi musuh yang tangguh.
Ya, Jessica memang punya perasaan khusus terhadap Kenzo.
Kepala pelayan merasa serba salah. Dia ingin Jessica pergi, tapi dia tidak bisa mengusir tamu. Terlebih lagi ketika dia datang dengan alasan untuk memberikan barang kepada Nita.
"Kuas lukis ini adalah hadiah untuk Nita. Anak itu memang pelupa, sampai lupa membawanya. Oh ya, Ahmad, aku dengar ...."
Karena tidak bisa mendapat informasi dari telepon, Jessica datang secara langsung. Dia tidak percaya kalau dia tidak bisa bertemu wanita itu jika datang pagi-pagi sekali!
"Ahmad, siapa yang datang? Berisik sekali."
Kata-kata Jessica langsung terhenti. Dia menatap wanita anggun yang berjalan dari lantai atas. Ekspresinya pun langsung membeku.
Meski wajahnya tertutup masker, fitur-fitur wajah wanita itu sudah menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita yang cantik.
Pinggangnya ramping, kulitnya putih bersinar, dadanya besar, serta bokongnya berisi. Lehernya halus tanpa satu pun kerutan.
Jessica menatap wanita itu dengan tatapan penuh kebencian serta kecemburuan. Dia mengepalkan tangan pada cangkir tehnya sampai jari-jarinya memutih. Masa muda tidak akan pernah kembali. Tak peduli sekeras apa pun dia merawat dirinya, dia tidak bisa menandingi kolagen alami wanita muda.
Selina baru saja bangun, berniat berbaring sejenak di kursi goyang balkon lantai dua untuk menenangkan pikiran. Namun, mendengar suara berisik dari bawah, dia pun datang untuk melihat.
Saat bertemu dengan tatapan penuh permusuhan serta kecemburuan dari Jessica, Selina langsung mengenali wanita itu. Dia langsung memahami situasinya.
Sepupunya ini memang tidak pernah berubah, selalu menginginkan apa yang bukan miliknya.
Dalam sekejap, Selina sudah punya rencana di benaknya. Dia berkata dengan senyum yang manis, "Ternyata ada tamu."
"Sebelum turun tadi, aku minta honey untuk tidur sebentar lagi. Dia akhir-akhir ini terlalu lelah. Kalau ada hal yang ingin disampaikan, Nona bisa bilang padaku. Aku akan menyampaikannya nanti."
Menyadari bahwa Jessica tidak mengenalinya, Selina mulai memainkan perannya.
Melihat wajah Jessica yang langsung memucat, kepala pelayan di samping mereka mengacungkan jempol dalam hati. Wanita baru ini luar biasa. Hanya dengan satu kalimat saja dia sudah berhasil membuat Jessica sangat terpojok.