Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Ketika Liam tiba di kamar Jason, dia benar-benar tercengang! Pakaian berserakan di lantai, ruangan berantakan tak karuan, sementara Jason tampak bersandar miring di kepala tempat tidur. Bagian atas tubuhnya yang tidak tertutupi selimut tampak penuh dengan bekas cakaran. Hal yang lebih mengejutkan lagi, pergelangan tangan Jason terborgol! Apakah Jason diborgol di tempat tidur? Benar, dia diborgol di tempat tidur! Siapa pun yang punya mata pasti bisa melihat bahwa Jason baru saja ... uh ... um .... Sekarang, Jason bahkan menggunakan pelacak paling canggih yang baru saja mereka kembangkan. Jelas sekali, dia tidak akan berhenti sebelum berhasil menangkap orang itu. Jika menghubungkan semua kejadian ini, Liam bisa dengan cepat menarik kesimpulan. Jelas sekali bahwa Jason ditiduri, lalu orang itu memborgolnya di tempat tidur sebelum kabur. Sekarang, Jason sedang menggunakan alat pelacak untuk mengejar orang itu. Meskipun dia melihat semuanya dengan mata kepala sendiri, Liam tetap merasa sulit memercayainya. Namun, fakta di depan mata tidak bisa disangkal. Faktanya adalah, Jason telah ditiduri. Ya, intinya adalah, Jason benar-benar telah ditiduri. Dalam waktu kurang dari tiga detik, Liam berhasil membuka borgol yang menahan tangan Jason. "Periksa sidik jari di borgol itu," perintah Jason dengan tenang. Jason selalu memastikan segala sesuatunya tanpa celah. Pasti ada sidik jari wanita itu di borgol tersebut. Ini adalah bukti paling langsung. Dengan alat pelacak, serta sidik jari yang ada di borgol, dia ingin melihat bagaimana wanita itu berencana kabur! Jason melirik jam tangannya lagi. Pelacak menunjukkan bahwa wanita itu masih berada di lift nomor 5. Lift itu berhenti beberapa kali di tengah jalan, menyebabkan keterlambatan. Jason tersenyum kecil. Setelah melarikan diri begitu lama, wanita itu masih saja berada di lift. Meskipun dia sudah menghubungi Harry, dia tidak keberatan turun sendiri untuk menangkap wanita itu. Pelarian wanita itu pasti akan berakhir di lift tersebut. Dia sangat menantikan ekspresi wajah wanita itu saat melihat dirinya! Detik berikutnya, Jason dengan cepat merapikan pakaiannya, lalu berjalan meninggalkan kamar. Jason menggunakan lift khusus yang tidak perlu menunggu, bergerak lebih cepat. Jadi dia bisa tiba di lantai satu lebih dulu untuk mengadang wanita itu. Di dalam lift, Jason menelepon lagi. "Suruh orang menutup semua pintu keluar hotel. Nggak ada seorang pun yang diizinkan keluar." "Periksa rekaman kamera pengawas di lift nomor 5," tambah Jason setelah menutup telepon, memberi perintah lain pada Liam. Jason selalu memastikan tidak ada celah sedikit pun dalam tindakannya. Ya, dia memang tipe orang yang tidak akan memberi jalan hidup sedikit pun! Manajer hotel yang menerima telepon dari Jason tampak kebingungan. Namun, dia tidak berani menunda, segera menjalankan perintahnya. Di dalam lift nomor 5, meskipun raut wajah Gisel tetap tenang, dalam hati dia merasa sedikit cemas. Lift yang dia tumpangi sudah berhenti beberapa kali, membuang cukup banyak waktunya. Namun, orang-orang yang naik turun tadi semua turun di lantai tiga, jadi sekarang hanya tinggal dia seorang diri di lift. Tadi malam, dia sudah dibius. Pada awalnya, Gisel masih sadar, dia ingat berusaha melarikan diri. Namun, dia tidak ingat apa yang terjadi setelahnya. Saat dia tersadar lagi, dia sudah berada di tempat tidur pria itu. Dia tidak tahu apakah pria itu adalah seseorang yang sengaja diatur untuknya atau bukan. Ruangan itu sangat gelap, sehingga dia tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Dia juga tidak tahu siapa pria tersebut. Namun, dia bisa merasakan bahwa pria itu sangat berbahaya. Gisel tahu bahwa dia tidak boleh sampai tertangkap olehnya. Itulah sebabnya dia memborgol pria itu di tempat tidur. Namun, dia tidak yakin apakah borgol itu cukup untuk menghentikannya. Jika tidak .... Ketika memperhatikan angka-angka di panel lift yang makin menurun, tiba-tiba dia memikirkan sesuatu. Wajahnya sedikit berubah, lalu dia dengan cepat menekan tombol angka 2. Dia tidak tahu apakah pria itu akan mengejarnya atau tidak. Namun, dalam banyak hal, yang terpenting adalah mengambil langkah pencegahan! Lift berhenti di lantai dua. Setelah pintu terbuka, Gisel dengan cepat berjalan menuju tangga. Di sana, dia mendengar suara dari lantai satu, "Manajer, setiap pintu keluar sudah dijaga. Nggak akan ada yang bisa keluar." Gisel menarik napas dingin. Ternyata benar .... Dia dapat memastikan bahwa orang-orang itu ada di sana untuk menangkapnya. Jika tadi dia langsung turun ke lantai satu, dia mungkin sudah seperti ikan dalam jaring, tak mungkin lagi bisa melarikan diri. Dia sama sekali tidak menyangka pria itu akan bergerak secepat ini. Jelas-jelas dia sudah memborgolnya di tempat tidur, tetapi hanya dalam waktu sesingkat itu, pria itu sudah mengatur segalanya. Ini cukup membuktikan betapa besar pengaruh pria itu di hotel ini. Tampaknya, usaha Gisel memborgol pria itu tidak terlalu berguna. Sekarang, selama dia masih berada di hotel ini, baik turun maupun naik, semuanya adalah jalan buntu. Dia menduga pria itu pasti akan segera turun. Jika begitu, apakah dia masih punya peluang untuk melarikan diri? Kenapa rasanya pria itu sudah menebar jaring raksasa, hanya tinggal menunggu dia masuk ke dalamnya? Yang tidak diketahui Gisel adalah, saat ini Jason sudah berada di lantai satu, berjaga di luar lift nomor 5. Namun, sifat Gisel memastikan bahwa tak peduli situasinya seburuk apa pun, dia tidak akan menyerah begitu saja. Pria itu ingin menangkapnya? Tidak akan semudah itu! Siapa yang menang, siapa yang kalah, belum bisa dipastikan! Gisel kembali ke dekat lift. Saat tadi dia keluar dari lift nomor 5, dia meletakkan tasnya di dekat pintu lift. Akibatnya, pintu lift tidak tertutup, tetap berhenti di lantai dua. Pria itu sudah memerintahkan agar semua pintu keluar hotel dijaga. Gisel yakin pasti ada orang yang berjaga di lantai satu dekat pintu lift. Jika dia turun, itu artinya dia akan masuk perangkap. Gisel mengambil tasnya yang berada di dekat pintu lift nomor 5. Begitu pintu tertutup, lift itu mulai melaju turun. Pada saat itu juga, Gisel dengan cepat menekan tombol panah naik. Dengan cara ini, ketika lift nomor 5 turun, lift lain pasti akan naik, berhenti di lantai dua. Gisel melihat lift nomor 5 berhenti di lantai satu. Padahal tadi dia jelas-jelas menekan tombol lantai bawah tanah saat masih di dalam lift. Jika tidak ada manipulasi manual, lift tidak mungkin berhenti di lantai satu. Ternyata ... dugaannya benar. Hampir pada waktu yang bersamaan, lift nomor 3 berhenti di lantai dua, lalu pintunya terbuka. Dugaan Gisel terbukti benar. Langkah yang dia ambil juga tidak keliru. Dia dengan cepat masuk ke lift nomor 3, langsung menekan tombol lantai 48, lantai teratas. Namun, begitu pintu lift hampir tertutup, dia menyelipkan tasnya untuk menahannya. Kemudian, dengan gerakan cepat, dia keluar dari celah pintu lift yang hampir tertutup. Pintu lift kembali menutup, mulai naik ke lantai 48. Gisel tersenyum kecil. Jika ada orang yang berjaga di dekat lift lantai satu, mereka pasti bisa melihat pergerakan lift nomor tiga. Jika begitu, mereka pasti mengira dia sedang menuju lantai 48. Kemungkinan besar mereka akan pergi ke sana untuk menangkapnya. Setidaknya, ini bisa memberinya sedikit kesempatan. Tanpa membuang waktu, Gisel bergegas menuju tangga. Dia ingat bahwa malam ini ada pesta dansa bertema kostum di lantai 3. Katanya pesta itu diadakan oleh salah satu anak pejabat, serta akan berlangsung semalaman. Mungkin ini adalah satu-satunya peluang Gisel. Saat berjalan menuju tangga, Gisel merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah ponsel tipis. Dia dengan cepat mengetik beberapa kata, lalu mengirimkan pesannya. Sementara itu, di lantai satu, Jason melirik lift nomor tiga yang terus melaju naik. Kemudian, dia melihat lagi titik merah di jam tangannya yang menunjukkan posisi wanita itu. Alisnya sedikit terangkat. Wanita ini ternyata cukup cerdik, berani memainkan strategi dengannya. Hanya saja, sayangnya ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.