Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Pada minggu ketiga setelah semester baru dimulai, Jane Arles menyerahkan surat pengunduran diri dari sekolah. Jane membuka surat elektronik bertanda bintang yang berisikan surat penerimaan mahasiswa dari Universitas Puris di luar negeri. Surat elektronik tersebut diterima pada tiga bulan lalu. Jane seharusnya sudah tiba di Universitas Puris sebelum semester baru dimulai untuk melanjutkan studi. Akan tetapi, Jane memilih untuk tinggal di dalam negeri dan menjadi direktur departemen hubungan masyarakat Grup Harna karena obsesinya terhadap seseorang. Orang itu adalah pamannya, Kevin Harna. Namun, pada saat ini .... Jane menatap berita gosip di layar komputer yang berjudul "Penerus Grup Harna Diam-diam Menemui Cinta Pertamanya dan Berkunjung ke Rumah hingga Larut Malam!". Ponsel yang terletak di atas meja tiba-tiba berdering. Jane terbangun dari lamunannya. "Bu Jane, tolong segera ke Hotel Wanera. Pak Kevin tertahan di hotel. Nyonya Besar memintamu ke sana. Tangani dengan hati-hati." Orang yang menelepon adalah asisten Nyonya Besar Citra. Nada suaranya sangat serius. Nyonya Besar Citra secara pribadi memintanya ke hotel jam dua subuh untuk menangani masalah dengan hati-hati, pasti bukan karena masalah sepele. Jika dikaitkan dengan berita gosip tadi, jelas siapa yang tertahan di hotel bersama Kevin. Jane mengiakan sambil tersenyum getir. Setelah panggilan telepon diakhiri, Jane bergegas pergi ke hotel. Asisten Nyonya Besar Citra sudah menunggu di lobi. Dia memberikan kartu akses kamar pada Jane, lalu pergi bersama tim departemen hubungan masyarakat untuk membuat persiapan. Jane memegang kartu akses kamar dan menarik napas dalam-dalam. Lalu, dia menundukkan tatapan sembari mengetuk pintu kamar. Sesaat kemudian, pintu kamar dibuka dari dalam. Tampak sepasang betis yang kurus dan lurus, pinggang yang terbungkus handuk putih, otot perut, otot dada, dan lengan yang dihiasi beberapa bekas cakaran. Seperti .... Jane tidak berani memikirkannya lagi. Jane buru-buru mendongakkan tatapan, bertemu dengan mata Kevin yang cuek dan jengkel. Tatapan mata Kevin dingin seperti sedang melihat orang asing. "Aku ...." Jane terdiam begitu melihat kasur yang berantakan itu. Cinta pertama yang disebut dalam berita gosip, Lily Wida, membelakangi pintu dengan kepala tertunduk. Rambutnya agak berantakan. Lily tampak seperti sedang merapikan pakaian dengan panik. Jane langsung menundukkan kepala dan menggigit bibirnya dengan kuat. Benar saja. Dia selalu datang di waktu yang tidak tepat, merusak momen kemesraan yang langka antara Kevin dan cinta pertamanya. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" Terdengar suara Kevin yang dingin. Jane menarik napas dalam-dalam. Dia menekan kesedihan dalam hatinya, lalu mendongakkan tatapan dan menjawab, "Ada yang mengungkapkan keberadaanmu pada paparazi. Mereka sudah berkerumun di depan hotel. Nenek menyuruhku ke sini untuk menanganinya." Kevin menatap Jane dengan ekspresi mata dingin. Sesaat kemudian, Kevin mencibir dan menyindir, "Jam dua subuh, Bu Jane sungguh bertanggung jawab atas pekerjaan." Ucapan itu hanya terkesan cuek bagi orang lain, tetapi Jane dengan peka merasakan bahwa Kevin tidak senang. Mengapa? Apakah karena dia mengganggu mereka? Pikiran Jane kacau, tidak bisa menebak maksud Kevin. Jane menjelaskan dengan suara pelan, "Kalau aku mengganggumu dan ... aku bisa minta maaf, tapi Nenek ...." "Tidak perlu menggertakku," tegur Kevin dengan ekspresi mata dingin. Nada suaranya membawa peringatan yang tegas. "Apa statusmu untuk mencampuri urusanku?" Jane membeku di tempat. Ya, apa statusnya? Dia hanya anak tetangga yang dititipkan pada mereka. Bagaimana bisa dibandingkan dengan cinta pertama yang tak pernah dilupakan? Cinta tersembunyi selama delapan tahun terakhir berubah menjadi kecemburuan yang menyelubungi Jane. Seluruh tubuhnya tenggelam dalam kepahitan dan rasa sakit. Apa yang terjadi di depan mata dengan sadis menunjukkan bahwa cinta tersembunyi Jane adalah perang brutal yang sia-sia. Jane kalah telak, tetapi harus menyeret tubuhnya yang hancur untuk menyingkirkan rintangan dan membuka jalan bagi cinta mereka. Jane berusaha menekan rasa perih di hati dan bau darah di tenggorokan. Dia menggertakkan gigi saat berujar, "Ada banyak paparazi di bawah, juga ada kamera di koridor hotel. Bisa saja ada yang membelinya dengan harga tinggi. Paman, biar aku masuk dulu sebelum masalah menjadi lebih serius. Oke?" Di kalimat akhir, nada suara Jane menyiratkan rasa permohonan. Kevin menatap Jane selama dua detik. Lalu, Kevin bergeser dari ambang pintu. Meskipun sangat enggan dan hatinya berteriak untuk segera pergi, begitu memikirkan nenek, Jane segera masuk dan menutup pintu. Lalu, Jane berjalan ke jendela terjauh dari kasur yang berantakan itu. Jane pun memperkenalkan dirinya, "Halo, aku direktur departemen hubungan masyarakat Grup Harna, Jane Arles." "Halo, aku Lily Wida." Lily tersenyum malu-malu. "Maaf merepotkanmu. Ini salahku. Aku nggak kuat minum bir, harusnya jangan minum banyak. Kevin khawatir pengemudi ojol mengemudi dalam keadaan mengantuk, jadi Kevin tunggu sopirnya balik. Lalu, orang-orang dari media mendapat kesempatan untuk memotret kami." Mengemudi dalam keadaan mengantuk? Jane termangu sejenak. Kecelakaan mobil yang menakutkan pada delapan tahun lalu terlintas di depan mata. Pada saat itu, Jane masih menjadi keponakan kesayangan Kevin. Saat Jane pulang dari sekolah malam itu, turun hujan deras. Mobil yang seharusnya menjemput Jane mogok di tengah jalan. Kevin menyempatkan diri dari kegiatan sosialisasinya untuk pergi menjemput Jane. Kevin sangat sibuk di masa itu. Sopir Kevin juga ikut bergadang selama beberapa hari. Sopir mengemudi dalam keadaan mengantuk sehingga bertabrakan dengan mobil dari arah depan. Kecelakaan tragis itu menewaskan sopir. Jane hanya menderita luka ringan karena terlindung dalam pelukan Kevin, sedangkan Kevin terbaring di bangsal perawatan intensif selama sebulan. Begitu siuman, Kevin langsung bertanya, "Di mana Jane?" Sejak itu, sopir Jane harus menjalani pelatihan ketat setiap tiga bulan. Semua kepedulian itu adalah kasih sayang Kevin terhadap Jane, juga alasan mengapa Jane jatuh cinta. Akan tetapi, sejak kapan semua itu berubah? Atau tidak ada yang berubah dan dia hanya terlalu sentimental? Jane memaksa tersenyum. "Ini tugasku, nggak perlu sungkan. Nanti, masih banyak yang perlu kamu dan Pa ... Pak Kevin bantu. Mohon kerja samanya." Lily menatap Jane sambil memikirkan sesuatu. "Kamu gadis tetangga itu?" Jane termangu. Dia menatap Kevin yang berekspresi kosong, lalu menanyai Lily, "Kamu mengenalku?" "Ya." Lily meraih tangan Kevin yang lunglai di sisi tubuh. Lily tersenyum malu-malu saat berkata, "Kevin pernah menceritakan tentangmu. Sebelumnya, Kevin sering bercanda akan memperkenalkan kita dan menyuruhmu memanggilku bibi." Bibi? Kata itu bagaikan pisau yang menusuk jantung Jane, membuat hatinya yang hancur berlubang-lubang. Jane menggigit bibir dengan kuat dan berusaha menjaga martabatnya. Jane berbalik badan dan berjalan ke arah pintu, lalu berujar, "Tim departemen hubungan masyarakat sudah menunggu di ruang rapat di bawah. Kalau Nona Lily dan Pak Kevin sudah siap, tolong turun secepatnya. Aku ke sana dulu." Setelah itu, Jane buru-buru meninggalkan kamar. Sesaat kemudian, Lily dan Kevin memasuki ruang rapat. Rencana penanganannya tidak rumit. Perusahaan hiburan di bawah pimpinan Grup Harna akan mengumumkan mereka akan bekerja sama dengan Lily untuk syuting film layar lebar. Lily hanya perlu membagikan pengumuman tersebut dan menjelaskan bahwa dua pertemuan sebelumnya dihadiri oleh rekan-rekan tim syuting. Usai mengurus semuanya, hari sudah terang. Kevin dan penanggung jawab perusahaan hiburan mengantar Lily pulang berdasarkan rencana, sedangkan Jane pulang sendiri naik taksi. Kini, Jane bukan lagi gadis yang membuat orang khawatir jika disuruh pulang sendiri naik taksi. Jane menatap fajar yang melintas di luar jendela. Cahaya fajar yang hangat mengusir kegelapan dan mendatangkan hari yang baru. Mungkin sudah saatnya untuk meninggalkan masa lalu dan memulai hidup baru. Jane membuka aplikasi surat elektronik di ponsel untuk membalas surat elektronik penerimaan mahasiswa itu: [Ya].
Previous Chapter
1/100Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.