Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Meira refleks menoleh ke belakang. Seorang pria muda bertubuh tegap dan tampan turun dari mobil. Dengan wajah penuh semangat, dia berjalan ke arah Meira. Ternyata dia adalah adik kelas Meira, Christo Mukhtar. Meira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?" Dia berusaha terlihat seperti orang normal, bukan seseorang yang sekarat. Melihat wajah Meira sangat pucat, Christo melepas mantelnya dan menyampirkannya ke tubuh Meira. "Masuk mobil dulu, kita bicara di dalam." Di dalam mobil terasa hangat. Begitu Meira mulai rileks, dia langsung pingsan. .... Dia tidak sadar selama dua hari dua malam. Christo memanggil banyak dokter, tetapi semuanya hanya bisa menggeleng dan pergi. Ketika Meira tersadar, senja telah tiba. Cahaya matahari sore menyinari ruangan, menciptakan suasana hangat dan tenang. Begitu membuka mata, dia melihat Christo duduk tidak jauh dari tempat tidur dengan ekspresi serius. Melihat Meira sadar, Christo langsung mendekat dan bertanya dengan suara pelan, "Apa ada yang terasa nggak nyaman?" Seluruh tubuh Meira terasa sakit, tetapi dia hanya berkata, "Nggak, terima kasih sudah peduli." Christo mengernyit. Saat melihatnya ingin bangun, Christo buru-buru menahannya. "Mau ke mana? Kondisimu belum cukup baik untuk jalan ke mana-mana." Tiba-tiba terdengar suara ribut dari lantai bawah, disusul suara barang pecah berjatuhan. Tak lama kemudian, seorang pelayan naik dengan wajah panik. "Pak Christo, orang dari Keluarga Guswara datang. Mereka menerobos masuk, penjaga nggak bisa menghentikan mereka ...." Christo memotong laporan pelayan itu. Tidak ingin melibatkan Christo, Meira bersikeras pergi. Namun, tubuhnya terlalu lemah. Dia mencoba bangkit dua kali, tapi tetap tak bisa berdiri. Kalau saja Christo tak sigap menahannya, mungkin dia sudah jatuh dari tempat tidur. Saat Aryan masuk, yang pertama dia lihat adalah Christo memeluk Meira. Wajah Meira sedikit memerah, ekspresinya terlihat malu dan canggung. Aura ingin membunuh tiba-tiba memenuhi ruangan. Christo melirik sekilas, lalu dengan tenang mengalihkan pandangannya. Dia malah mempererat pelukannya, seolah-olah ingin menunjukkan kepemilikannya. Meira berusaha mendorong Christo, tetapi tubuhnya lemas tak bertenaga. Akhirnya, dia malah terjatuh kembali ke dalam pelukannya. "Kak, jangan banyak gerak. Aku gendong kamu ke tempat tidur." Setiap kali Christo bertindak usil, dia selalu memanggilnya "Kakak." Tubuh Meira langsung menegang. Dia melihat ekspresi Aryan yang menyeramkan, mirip arwah gentayangan. "Lari dari kandang anjing, ternyata cuma buat cari pejantan." Perkataan Aryan itu benar-benar merendahkan harga diri Meira. Sebelum Meira sempat marah, Christo sudah lebih dulu naik pitam. "Aryan, jaga mulutmu. Orang lain mungkin takut padamu, tapi aku nggak. Jangan sok berkuasa di sini." Christo adalah anak tidak sah dari Keluarga Mukhtar. Dia memang tidak punya hak dalam keluarga, tetapi dia juga tidak kekurangan uang. Sebelum meninggal, kepala Keluarga Mukhtar meninggalkan warisan cukup besar untuknya .... Setidaknya, cukup untuk hidup mewah sampai tiga generasi. Lagi pula, Aryan tidak bisa semena-mena menekan Keluarga Mukhtar. Pemimpin Keluarga Mukhtar saat ini adalah orang gila yang kebetulan sahabat dekat Aryan. Tanpa banyak bicara, Aryan langsung mengeluarkan ponsel dan menelepon kakaknya itu. "Kamu masih mau adikmu hidup?" Orang luar mengira kakak tertua Keluarga Mukhtar membenci adik tirinya. Hanya Aryan yang tahu, Christo dan kakaknya sebenarnya sangat akrab. Dulu, saat kepala Keluarga Mukhtar meninggal dan keluarga mereka kacau karena perebutan kekuasaan, tanpa keraguan Christo memilih berpihak pada kakaknya. Keputusan itu bukan hanya membuatnya mendapatkan kemewahan seumur hidup, tetapi juga makin mendekatkan hubungan mereka sebagai saudara. Di telepon, suara dingin terdengar setelah jeda singkat, "Kenapa? Mau kamu ambil?" Meira ketakutan sambil menatap Aryan dengan marah. "Jangan keterlaluan! Aku pingsan di jalan, kebetulan adik kelasku lewat dan menemukanku. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan! Jangan berani macam-macam sama dia, atau aku nggak akan memaafkanmu, bahkan di neraka sekalipun!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.