Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10 Memeluknya

Tangan Tristan yang terangkat bergetar sedikit sebelum jatuh di pinggang ramping Chyntia, dan perlahan mengencang. Chyntia mengenakan gaun sutra panjang berwarna keemasan. Dia jelas merasakan panas dari telapak tangan pria itu, terdiam sejenak sebelum menyadari betapa beraninya tindakannya barusan. Dia segera melepaskan tangannya, ingin keluar dari pelukan pria itu, tetapi tangan besar di pinggangnya justru menariknya lebih erat. Saat dia mengangkat pandangannya, matanya bertemu dengan mata pria itu. Dua pasang mata saling memandang. Sepasang mata gelap nan dalam seperti tertutup tinta hitam, tidak dapat dilihat kedalamannya. Udara di sekitar mereka terasa dipenuhi nuansa ambigu, begitu sunyi hingga suara jarum jatuh pun bisa terdengar. Tiba-tiba, nada dering ponsel dari dalam tasnya memecah keheningan. Chyntia buru-buru merogoh tasnya, mengambil ponsel, dan mematikan panggilan itu. Namun, semuanya sudah terlambat. Orang di luar sudah mendengar suara tersebut. "Chyntia, aku mendengarnya! Kamu ada di dalam! Cepat keluar!" Suara Bernard terdengar dipenuhi kemarahan yang tertahan. Chyntia mengerutkan alis dan menjawab dingin, "Nggak ada yang perlu aku bicarakan denganmu. Aku juga nggak mau melihatmu." Mendengar jawabannya, wajah tampan Bernard memerah karena marah. "Kamu mendorong Susan sampai jatuh dan pergi begitu saja. Sekarang juga keluar dan minta maaf padanya, atau aku nggak akan pernah memaafkanmu!" Mendengar kata-kata itu Chyntia tertawa kecil, tetapi matanya tanpa sadar mulai berkaca-kaca. Tristan mengerutkan alis tipisnya. Kini seolah ada sepasang butiran es membeku di dalam bola matanya yang kelabu, diselubungi kemarahan yang dalam dan belum reda. Chyntia menundukkan kepala. Dia berusaha keras menahan air matanya agar tidak mengalir. Kemudian dia mendongak lagi, berdeham untuk meredakan rasa gatal di tenggorokannya dan berkata dengan suara dingin, "Dia yang lebih dulu menarik tanganku. Aku nggak akan minta maaf padanya. Terserah apa pendapatmu." Mendengar nada acuh tak acuh itu, Bernard makin marah. Dia mengepalkan tangannya dan mengetuk pintu beberapa kali dengan keras. "Pak Bernard, aku nggak apa-apa. Cuma sedikit tergores, nggak sakit sama sekali. Tolong jangan menyulitkan Kak Chyntia lagi." Susan mengejar ke tempat itu. Melihat tindakan Bernard untuk membelanya, dia merasa sangat tersentuh. Dia berjalan mendekat dan berbicara dengan nada lembut, bahkan sengaja menunjukkan telapak tangannya yang tadi sengaja dilukai. Benar saja, begitu Bernard melihat telapak tangan Susan yang merah dan lecet, emosinya makin memuncak. Chyntia benar-benar keterlaluan! "Kemarin dia memukulmu, dan hari ini mendorongmu. Dia harus minta maaf!" Bernard berkata dengan nada marah, kemudian menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat dan berkata dengan suara berat, "Chyntia, ini kesempatan terakhirmu. Keluar sekarang, minta maaf pada Susan, dan aku akan memaafkan sikapmu yang nggak masuk akal selama dua hari ini. Kalau nggak, meski kamu berlutut dan memohon, aku nggak akan peduli lagi padamu." Bernard telah memberikan ultimatum. Dulu, Chyntia selalu takut jika Bernard tidak peduli padanya. Setiap kali mereka bertengkar, Chyntia akan menyerah dan meminta maaf dalam waktu kurang dari setengah hari. Lagi pula, dia sudah memberikan jalan, Chyntia seharusnya menerimanya. Chyntia menundukkan kepalanya, mengepalkan tangannya dengan erat. Dicintai membuat seseorang bertindak seenaknya, kalimat ini ternyata benar adanya. Bernard selalu memanfaatkan cinta ini untuk memanipulasi Chyntia, tetapi cinta tulus yang membara tidak seharusnya digunakan untuk mendukung wanita lain yang dia sukai. Setetes air mata menggantung di sudut matanya. Hampir jatuh dan membuatnya terlihat rapuh, tetapi sekaligus menunjukkan kecantikan yang penuh tekad. Tristan menatapnya, sepasang mata tajamnya kini memancarkan aura dingin yang membekukan. Chyntia menahan emosinya dengan susah payah, menyeka air matanya, lalu berkata dengan suara dingin tapi tegas, "Aku nggak salah, aku nggak akan minta maaf. Aku juga nggak akan berlutut memohon padamu. Kita sudah putus."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.