Bab 2
"Terima kasih karena semalam kamu sudah membantuku. Aku tinggalkan liontin giok itu sebagai tanda terima kasihku padamu. Semoga kamu bisa hidup dengan tenang."
"Kalau kamu mau aku bertanggung jawab, datanglah padaku dan bawa liontin giok itu."
"Tapi, kalau kamu sudah punya pacar, lupakan saja kejadian semalam."
Zane langsung meremas catatan tersebut
Kemudian, dia tertawa dingin.
Dasar wanita kurang ajar! Dia pikir dia siapa sampai berani bersikap lancang seperti ini?
"Pak Zane, di sini ada liontin giok." Ketika melihat wajah Zane yang berubah menjadi suram, Alan berkata dengan hati-hati.
Zane mengambil liontin giok itu dan hendak melemparkannya.
Namun, saat melihat bentuk liontin giok itu, alisnya yang indah agak berkerut.
Sepertinya liontin giok itu sepasang dan kini dia memegang setengahnya.
Satu hal yang lebih membuatnya bingung adalah talinya yang terlihat tidak asing. Namun, dia tidak ingat kapan dan di mana dia pernah melihatnya.
Ketika melihat noda merah di tempat tidur, dia tiba-tiba mengubah pikirannya.
Dia menggenggam liontin giok itu dan berkata dengan tegas kepada asistennya, "Pergi dan cari wanita yang semalam masuk ke kamar ini!"
Dia benci dimanipulasi oleh orang lain!
Karena Tante Linda sangat bertekad menjodohkannya dengan Hannah dan bahkan tidak segan-segan untuk membuat rencana yang tidak masuk akal ini, maka dia harus memadamkan harapan Tante Linda!
Dia akan menikahi wanita yang tadi malam tidur bersamanya!
Bisa-bisanya wanita itu berpikir bahwa dia bisa menyingkirkannya dengan mudah hanya dengan liontin giok ini! Sungguh lucu sekali!
Zane tersenyum sinis melihat liontin giok di tangannya.
Senyum itu bahkan sampai membuat Alan merasa ketakutan.
Tiba-tiba, Alan teringat tujuan utamanya menemui Zane dan segera berkata, "Pak Zane, Bu Safira meminta Anda untuk pulang. Beliau menjodohkan Pak Ashton dengan seorang gadis, katanya untuk membawa keberuntungan."
Zane merapikan bajunya, lalu berkata dengan wajah muram, "Gadis dari keluarga mana? Jangan sampai dia punya maksud buruk, apalagi dengan kondisi Om Ashton yang sekarang."
"Hmm ... saya dengar dari Bu Safira katanya gadis itu putrinya Pak Cory yang beberapa waktu lalu menyebabkan kecelakaan di lokasi proyek konstruksi."
Mata Zane menyipit tajam dan aura kemarahan memenuhi dirinya. "Beraninya keluarga itu menjodohkan putri mereka dengan Om Ashton! Apa mereka nggak takut kalau keluarga Lucian akan balas dendam dan membunuhnya?"
"Pak Zane, Bu Safira membiarkan gadis itu tinggal bersama Pak Ashton dan melayaninya hanya untuk menebus kesalahan yang dilakukan oleh Pak Cory."
"Huh! Selain Om Ashton, ada tujuh orang lain yang meninggal karena kecelakaan itu! Apa mereka pikir keluarga mereka bisa menebus semuanya?"
Ketika melihat wajah bosnya yang sangat marah, Alan tidak berani berkata-kata lagi.
"Plak!"
"Semalam kamu bilang kamu mau cari cara untuk membalaskan dendam ayahmu! Tapi, lihat luka memar di seluruh tubuhmu! Apa tadi malam kamu tidur dengan seseorang? Dasar nggak tahu malu!"
Siena tetap diam saja meskipun dirinya dipukuli oleh ibunya.
"Untungnya aku sudah menjodohkanmu dengan seseorang! Calon suamimu sakit parah dan nggak bisa apa-apa. Kamu harusnya bersyukur karena orang itu nggak bisa melihat kondisimu! Kalau dia sehat, dengan bekas memar seperti itu di tubuhmu ... "
"Bu ... " Siena menatapnya dengan penuh keterkejutan dan berkata, "Apa maksudmu?"
Ketika melihat putrinya hendak marah, Zirca Volk langsung mengubah nada bicaranya dan berkata, "Siena, Ibu cuma bilang kalau Ibu sudah menjodohkanmu dengan seseorang. Meskipun calonmu dalam keadaan koma, tapi keluarganya kaya raya."
"Aku nggak mau dijodohkan!" seru Siena dengan penuh amarah.
"Kamu nggak bisa menolak! Kita harus menebus kesalahan Ayahmu," jawab Zirca dengan wajah pucat.
"Karena kelalaiannya, tujuh orang meninggal dan satu orang dalam keadaan koma karena kecelakaan di lokasi proyek konstruksi itu!"
"Keluarga dari korban yang sekarang dalam keadaan koma itu menuntut Ibu untuk menikahkanmu dengan anaknya untuk membawa keberuntungan. Apa lagi yang bisa Ibu lakukan?"
"Bu, Ayah nggak bersalah! Dia hanya difitnah!" seru Siena sambil menggertakkan giginya.
"Meskipun kamu bilang Ayahmu nggak bersalah, nggak semua orang akan percaya padamu. Pokoknya, kamu harus menikah dengannya! Aku sudah menandatangani perjanjian dengan keluarga itu."
Ketika melihat Siena tetap diam dan menolak perjodohan ini, Zirca mulai menangis dan mencoba membuat Siena merasa bersalah.
"Kamu pikir aku senang menjodohkanmu dengan orang yang sudah nggak bisa apa-apa seperti itu? Aku pun terpaksa melakukan semua ini! Apa aku harus menyuruh adikmu yang masih sekolah untuk menikah dengannya?"
"Adik laki-lakimu bahkan diintimidasi di sekolah karena kecelakaan yang dibuat oleh Ayahmu."
"Karena anak nakal itu pemarah, dia bahkan sampai berkelahi dengan teman sekelasnya dan sekarang harus dipenjara."
"Keluarga siswa yang terluka menuntut agar adikmu dipenjara dan kita harus membayar ganti rugi pada mereka."
"Katakan padaku, apa lagi yang bisa kulakukan?"
"Aku cuma seorang pengasuh di keluarga Trenz dan gajiku bahkan nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aku nggak punya uang untuk memberikan ganti rugi ke keluarga itu atau bahkan mengeluarkan adikmu dari penjara!"
"Kalau kamu mau menikah dengannya, keluarga calon suamimu sudah janji akan memberikan mas kawin dua miliar untuk kita! Dengan uang itu, kita bisa menyelamatkan adikmu!"
Hari ini cuaca sangat dingin dan hujan pun turun rintik-rintik.
Siena menatap langit yang gelap dan merasa sangat sedih. Dia merasa seolah-olah ada sebuah batu besar menekan dadanya sehingga membuatnya sulit bernapas.
Kediaman keluarga Lucian.
Hujan membasahi tubuh Zane dan menambah sentuhan dingin pada ekspresinya.
Saat ini, dia bergegas masuk ke dalam rumah.
Linda Stoenard segera menarik Hannah dan menyambut Zane dengan senyuman hangat. "Astaga, Zane, kenapa kamu baru pulang? Bagaimana semalam? Kamu bahkan sampai bikin Hannah kelelahan."
Pertanyaan Linda terdengar sangat ambigu dan Hannah pun ikut bermain peran dengannya dengan menunjukkan ekspresi malu-malu.
Zane melirik keduanya dengan kesal dan berkata dengan acuh tak acuh, "Memangnya apa hubungannya denganku kalau dia kelelahan?"
"Hei, Zane, apa kamu mau mengingkari janjimu?"
Zane tersenyum sinis, lalu berkata dengan nada mencemooh, "Tante Linda, apa Tante pikir aku ini bodoh sampai nggak bisa mengenali wanita itu? Selain itu, minuman yang Tante berikan padaku ... apa Tante mau aku ceritakan semuanya di sini?"
"Sialan!"
"Dasar anak kurang ajar! Aku ini tantemu! Aku lebih tua darimu!"
"Kalau kamu tahu kamu lebih tua darinya, bersikaplah lebih bijaksana!" ujar Bu Safira dengan tegas sambil turun dari tangga. "Cepat pergi dari sini! Aku mau bicara dengan Zane."
"Bu ... "
"Pergi!"
Dengan penuh kekesalan, Linda akhirnya mengajak Hannah pergi dari sana.
Bu Safira pun menarik Zane untuk duduk, kemudian dia memandang cucunya dengan tatapan penuh kerumitan. Meskipun tampan, cucunya selalu tampak dingin dan acuh tak acuh.
Dengan sikap dinginnya itu, tidak heran jika tidak ada gadis yang tulus menyukainya.
"Zane, besok Om Ashton akan menikah dan calon istrinya ... "
"Aku nggak setuju dengan pernikahan itu!"
"Kenapa?"
"Kondisi Om Ashton jadi seperti ini karena kesalahan ayah gadis itu! Aku takut aku nggak bisa menahan diri dan menyakitinya!"
"Jangan coba-coba untuk menyakitinya!" ujar Bu Safira sambil menamparnya. "Dia gadis yang baik. Kesalahan ayahnya nggak ada hubungannya dengan dia."
"Apa Nenek mau menyuruh gadis itu untuk menebus kesalahan ayahnya dengan menikahi Om Ashton? Bukannya itu nggak adil?"
Bu Safira terdiam sejenak, lalu melemparkan sebuah foto di atas meja seraya berkata, "Ini foto gadis itu. Besok, pergilah ke Kantor Catatan Sipil untuk menggantikan Om Ashton. Jangan lupa bawa foto dan dokumennya."
Kemudian, Bu Safira berdiri dan berjalan ke lantai atas. Sebelum sampai atas, beliau kembali mengingatkan, "Besok jam sembilan pagi. Jangan sampai terlambat!"
Di lantai atas, Bu Safira tersenyum dengan licik.
Kemudian, pembantunya bertanya dengan cemas, "Bu Safira, apa rencana ini akan berhasil?"
"Kalau aku nggak melakukan hal ini, dia mungkin akan melajang seumur hidup!"
"Tapi, bagaimana kalau Pak Zane mengetahui kebenarannya?"
"Nggak masalah. Aku tahu sifat cucuku. Meskipun galak, dia nggak akan menyakiti seorang wanita."
"Lagi pula, gadis itu pernah menyelamatkan nyawaku. Dia juga punya kepribadian dan latar belakang pendidikan yang baik. Aku nggak mau cucuku yang kurang ekspresif itu melewatkan kesempatan untuk menikahinya."
"Haha, sudah saya duga kalau Bu Safira akan berubah pikiran begitu melihat foto gadis itu."
Awalnya, Bu Safira berniat menjodohkan putri keluarga Kavi dengan Pak Ashton.
Namun, ketika Bu Safira melihat foto gadis itu, dia langsung mengubah pikirannya dan ingin menjodohkan gadis itu dengan Zane.
Zane melirik foto itu dengan tatapan dingin, kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Keesokan harinya, pukul sembilan pagi di Kantor Catatan Sipil.
Siena didesak oleh ibunya untuk datang jam delapan pagi.
Karena merasa tidak mengenal orang yang akan dia temui, Siena pun merasa khawatir. Namun, ibunya meyakinkannya bahwa orang tersebut sudah memiliki fotonya.
Dengan perasaan ragu, Siena menunggu dengan sabar di luar.
Saat melihat pasangan-pasangan lain yang lalu lalang, dia merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Tepat pukul sembilan pagi, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di hadapannya.
Saat melihat pria yang keluar dari mobil itu, tubuh Siena langsung gemetar hebat.