Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 16

Zane langsung bangkit dengan risih seolah baru saja menyentuh benda yang kotor. Namun, tiba-tiba aroma samar yang tidak asing menusuk hidungnya. Aroma tersebut langsung mengantarnya pada ingatan malam panas itu. Seketika itu juga, napasnya langsung tak terkendali. Dia menatap wanita di bawahnya dengan tatapan berat. Wanita itu memejamkan matanya rapat-rapat, pipinya memerah, dan tangannya menggenggam erat kerah bajunya. Dia masih mengenakan gaun merah muda yang dia kenakan sejak tadi siang. Karena posisi tidurnya yang bebas, garis leher wanita itu terbuka lebar dan bentuk dadanya yang indah terpampang jelas di depan mata Zane. Napasnya pria itu makin memburu dan pandangan matanya pun menjadi kabur. Selain itu, tubuhnya juga terasa sangat panas. Namun, wanita di hadapannya bukanlah wanita tidur bersamanya pada malam itu. Wanita malam itu bersih dan cantik, sementara wanita ini terlihat sangat hina dan tidak tahu malu. Dia pun segera mengalihkan pandangannya, dan berkata dengan nada mencemooh, "Sedang tidur saja masih sempat berpikir untuk menggoda orang!" Saat teringat akan kecerobohan wanita ini, Zane langsung melepaskan tangannya dan berjalan keluar. Siena tidak tidur nyenyak sepanjang malam. Dia bermimpi dicekik oleh Zane dan bahkan sampai membuatnya sesak napas saat tidur. Ketika akhirnya dia bangun, dia terkejut saat menyadari bahwa dia sudah berada di tempat tidur yang berbeda. Ketika dia merasakan seprai hangat dan lembut di bawahnya, dia langsung bangun dengan penuh keterkejutan. Astaga! Bagaimana dia bisa berakhir di tempat tidur Zane? Pandangannya menyapu sekeliling dengan rasa takut, tetapi dia merasa lega saat menyadari ketidakhadiran pria itu. Dengan tergesa-gesa, dia merapikan tempat tidur itu, seolah ingin menghapus jejak peristiwa tadi. Saat sedang sarapan, rasa bersalah menyelimuti hatinya, sehingga matanya tidak lepas dari wajah pria itu. Namun, ekspresi datar yang biasa terlihat di wajah Zane membuatnya merasa agak tenang. Sepertinya pria itu memang tidak datang ke kamarnya semalam. Saat pikirannya sedang melayang, tiba-tiba Zane memanggil pelayan dan berkata, "Ganti semua seprei di kamar tidurku!" Roti kukus yang baru saja Siena masukkan ke mulutnya tiba-tiba tidak bisa ditelan. Kemudian, dia langsung menatap pria itu. Dengan senyum menyeringai, pria itu bertanya, "Apa tempat tidurku terasa hangat?" Tubuh Siena langsung gemetar dan hawa dingin menjalar di punggungnya. Seketika itu juga, dia langsung menundukkan kepalanya dan pura-pura tidak mendengar pertanyaannya. Finn sedang duduk santai di kursinya sambil menyandarkan kaki di tepi meja dan menunjukkan sikap manja yang berlebihan. Zane tidak tahan melihatnya dan berkata dengan tegas, "Apa kamu nggak punya kerjaan? Kenapa kamu terus datang ke lokasi proyek konstruksiku setiap hari?" "Lokasi proyek konstruksi ini menarik. Aku bisa melihat orang-orang bekerja keras dan merasakan dinamika kehidupan," ujar Finn dengan santai. "Dasar nggak waras!" ucap Zane dengan kesal. Tiba-tiba, Alan menoleh ke luar jendela dan berkata, "Oh? Kenapa Bu Siena datang lagi?" Finn yang semula duduk dengan santai langsung menegakkan tubuhnya dan mengikuti arah pandangan Alan dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, dia tersenyum penuh makna seraya berkata, "Ternyata dia orangnya." Zane melotot tajam pada Alan, lalu berkata dengan tegas, "Sepertinya dia sudah gila!" Finn melirik sekilas pada Zane, lalu menatap tajam pada Siena yang berdiri di pintu gerbang. Senyum licik pun langsung terukir di sudut bibirnya. Tak disangka, Siena kembali ditolak oleh orang-orang yang ada di lokasi proyek dan gagal bertemu bos baru itu. Karena merasa kecewa, dia pun memutuskan untuk pergi. Namun, tiba-tiba seseorang memanggilnya. "Bos kami sudah melihat kesungguhanmu, jadi kami akan memberimu kesempatan." Hati Siena langsung berbunga-bunga dan dia pun berkata, "Apa aku bisa bekerja di lokasi proyek ini?" "Belum, belum, belum. Kamu coba kerja di sini dulu. Bos kami ingin lihat kemampuanmu. Kalau kinerjamu bagus, kamu bisa bekerja di lokasi proyek." Kemudian, Siena dibawa ke tumpukan batu bata dan pasir. Tugasnya adalah memindahkan batu bata dan pasir tersebut ke lokasi proyek konstruksi yang tidak jauh dari sana dengan menggunakan gerobak dorong. Dia pun mulai memindahkan batu bata satu per satu ke dalam gerobak dorong, lalu menggunakan sekop untuk memasukkan pasir ke dalam gerobak dorong lainnya. Setelah kedua gerobak dorong penuh, dia mendorongnya menuju lokasi proyek konstruksi yang berjarak lebih dari sepuluh meter. Inilah kesempatan emas baginya untuk masuk ke lokasi proyek konstruksi ini, jadi dia pun berusaha untuk bekerja dengan sangat keras. Di departemen proyek, Finn tersenyum sambil mengamati sosok yang bekerja keras di bawah terik matahari. "Huh! Aku cukup terkejut melihat istrimu yang terlihat lemah ternyata mampu bekerja keras selama tiga jam tanpa lelah. Kalau energinya sebesar itu, aku khawatir kamu nggak akan mampu menandinginya," ujar Finn dengan penuh ejekan. Zane menatapnya dengan tajam, lalu berkata dengan santai, "Apa kamu nggak punya kerjaan lain sampai harus memperhatikan wanita hina itu?" "Wanita hina?" Finn menyeringai sinis, lalu berkata, "Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu tentang istrimu? Lihatlah kecantikannya! Semua orang tergila-gila padanya. Kalau kamu nggak menginginkannya, orang-orang pasti mau jadi kekasihnya. Dia baru bekerja beberapa jam di sana, tapi sudah ada pria tampan yang membantunya dengan antusias." Zane melirik ke luar jendela dan sorot matanya menjadi suram. Orang yang membantu Siena adalah seniornya yang bernama Tonio Sahar. Siena sangat berharap kali ini dia bisa bekerja di lokasi proyek tersebut. Demi mencapai tujuannya tersebut, dia pun menahan rasa tidak nyaman yang ada dan bekerja hingga larut malam. Namun, harapannya pupus ketika pengawas proyek memberhentikannya Kekecewaan yang mendalam membuat Siena nyaris jatuh pingsan, tetapi untungnya Tonio langsung sigap menopangnya Kebetulan, adegan tersebut disaksikan oleh Zane. Pulpen di tangan Zane berputar tanpa suara,. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya sambil berkata perlahan kepada manajer proyek tersebut, "Mulai sekarang, kalau wanita itu datang lagi, langsung usir saja!" "Baik, Pak Zane." Setelah bekerja seharian dan ditambah rasa sakit akibat demamnya, Siena merasa sangat lelah. Kepalanya pusing dan langkahnya sempoyongan. Dia mendengar suara kendaraan di belakangnya dan mencoba untuk menepi. Namun, kakinya tiba-tiba lemas dan tubuhnya langsung ambruk. Alan segera menginjak rem dan menatap Zane dengan cemas. Sementara itu, Zane menatap Siena yang berusaha bangkit dan membungkuk untuk meminta maaf kepada mereka dengan ekspresi datar. Alan yang melihatnya pun segera bertanya dengan suara pelan, "Apa kita perlu membantu Bu Siena?" Zane mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Cepat jalan!" Alan tidak berani membantah dan segera mengemudikan mobilnya. Zane kembali melirik Siena melalui kaca spion, lalu mendapati bahwa wanita itu terlihat sangat lemah dan terengah-engah. Tiba-tiba, dia pun berkata, "Kembali!" Alan merasa bingung, tetapi tetap menuruti permintaan bosnya. Siena merasa sangat lelah sehingga dia hampir pingsan. Namun, tiba-tiba sebuah mobil mundur perlahan dan berhenti di sampingnya. Begitu jendela mobil itu diturunkan, dia melihat wajah Zane yang tampak tegas. "Cepat masuk," ujar pria itu dengan nada dingin. Tanpa pikir panjang, Siena langsung menolaknya. "Nggak perlu, terima kasih." "Kalau kamu pingsan dan mati di sini, Nenekku pasti akan menyalahkanku! Aku nggak peduli kamu hidup atau mati, tapi paling nggak jangan melibatkan aku," ujar Zane dengan sinis. Saat mendengar ucapannya, Siena hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Pria ini memang sangat kejam! Akhirnya, dia masuk ke mobil karena memang sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Selain itu, tempat itu sepi dan sulit untuk mendapatkan taksi. Dia tidak repot-repot bertanya mengapa Zane bisa ada di tempat tersebut. Sebaliknya, dia langsung bersandar di kursi dan memejamkan matanya. Saat mobil berhenti, Siena langsung gugup dan tanpa sadar memegangi perutnya. "Kenapa kamu membawaku ke sini?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.