Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 11

Yulius mengernyit, mengamati ekspresi Selina dengan saksama, tetapi tidak menemukan bahwa dia sedang berbohong. Namun, dengan latar belakang Selina, bagaimana Kepala Akademik menolak permintaannya? Tampaknya ada seseorang yang berusaha menghalanginya. Namun, itu bukan urusan Yulius. "Aku hanya akan bilang satu hal, kakekmu perlu menjalani akupunktur seminggu sekali. Kalau kamu ingkar janji, aku juga bisa berhenti kapan saja," ujar Yulius. "Aku tahu! Aku pasti akan cari cara untuk segera pindah!" Selina marah sampai pipinya memerah. Setelahnya, dia pun menggerutu pelan, "Kayak ada yang mau duduk sebangku denganmu saja!" Saat istirahat, Yulius ingin pergi ke toilet, jadi dia berjalan dari pintu belakang kelas. Baru saja melangkah keluar, seorang siwa laki-laki tampan dan bertubuh tinggi menghentikannya. "Kawan, aku ingin mencari Selina, bisakah kamu memanggilnya keluar?" Yulius menatap siswa itu dengan heran. Di depannya, ada beberapa orang yang keluar dari pintu belakang, tetapi siswa itu tidak meminta bantuan mereka. Begitu Yulius keluar, dia langsung dihalangi olehnya. Siswa itu sepertinya memang sengaja mencari Yulius. "Namaku Damian, siswa kelas sebelah, bisa dibilang teman lamanya Selina, hehe," kata siswa laki-laki itu sambil tersenyum lebar. Dibalik senyuman yang tampan dan ceria ini, orang biasa pasti akan menganggap Damian adalah seseorang yang sangat ramah dan lembut. Sayangnya, yang berdiri di hadapan Damian adalah Yulius, yang telah hidup hampir 5.000 tahun. Meskipun tersembunyi dengan baik, Yulis masih melihat kebencian dan kemarahan di mata Damian. Yuliu tidak mengatakan apa-apa. Dia berbalik dan kembali ke kelas, lalu menepuk bahu Selina dan berkata, "Ada orang yang mencarimu di pintu belakang." Selina tertegun sejenak, lalu berdiri dan mengikuti Yulius keluar melalui pintu belakang. Setelah melihat Damian, ekspresi Selina langsung berubah tidak senang. Yulius ingin pergi ke toilet, tetapi Damian menghentikannya lagi. Yulius mengernyit dan menatap Damian. "Damian, kenapa mencariku?" tanya Selina dengan tidak sabar. "Dengar-dengar kalau kamu memilih Yulius sebagai teman sebangkumu di depan seluruh siswa. Aku hanya penasaran dan ingin melihat teman sebangkumu yang baru ini," jawab Damian dengan senyuman yang masih mampu memikat banyak gadis. "Apa urusanmu?!" bentak Selina. Damian tidak menghiraukan Selina, melainkan menatap Yulius, lalu menggeleng dan berkata, "Terlalu biasa, sungguh terlalu biasa. Aku benar-benar nggak bisa membayangkan kelebihan menarik apa pun yang dimilikinya … benar-benar nggak bisa." Setelan itu, Damian kembali menoleh ke arah Selina, kemudian memicingkan matanya dan berkata, "Tentu saja, aku pikir kalau kamu juga nggak menyukainya. Hanya saja, aku nggak suka kalau ada cowok lain yang terlalu dekat denganmu, paham?" Wajah Selina merah padam karena marah, lalu berkata, "Damian, siapa kamu? Kamu nggak berhak mengaturku …" "Tentu saja aku nggak bisa mengaturmu, tapi aku bisa mengatur orang lain," balas Damian sambil melirik Yulius dengan sinis. "Sudah waktunya masuk kelas, aku pergi dulu." Damian tersenyum tipis dan berbalik pergi. Setelah Damian pergi, Yulius menatap Selina tanpa ekspresi. "Maaf, Damian itu orang gila … Aku, aku nggak ada hubungan dengannya, dia yang terus mengejarku, tapi aku sudah menolaknya berkali-kali …" Selina agak terbata-bata di hadapan tatapan Yulius. "Kamu, cepat urus kepindahanmu." Setelah itu, Yulius langsung pergi ke toilet. Selina terpaku, kemudian menggertakkan giginya dengan marah. Nanda memintanya untuk lebih sering berkomunikasi dengan Yulius, tetapi dengan sifat angkuhnya Yulius, itu sama sekali tidak mungkin! Saat Yulius kembali ke kelas, suasana di kelas mulai gaduh kembali. Siswa di sekelilingnya sesekali melemparkan tatapan aneh padanya. "Yulius kali ini benar-benar dalam masalah. Bukan hanya menyinggung Dean, tapi kali ini dia berurusan dengan Damian dari kelas unggulan, Tuan Muda Pertama keluarga Yalendra!" "Benar, itu Tuan Muda Damian, lho. Latar belakang keluarganya setara dengan Selina, dan dia sangat menyukai Selina …" "Tapi sulit ditebak juga, Yulius sudah melukai Dean begitu parah dan aman-aman saja, siapa tahu …" Mendengarnya, Yasmin yang duduk di barisan depan kelas tertawa sinis dan berkata, "Kalian benar-benar mengira Yulius punya latar belakang yang kuat? Aku kasih tahu, ya. Dia bisa selamat karena Selina! Kali ini, menghadapi Damian yang juga punya latar belakang yang kuat, Selina pun nggak bisa melindunginya!" "Aku dengar kalau Damian punya kakak perempuan yang sangat hebat dan sangat menyayanginya," timpal Shinta di sampingnya. Yasmin melirik Yulius yang berada di sudut ruangan, lalu berkata dengan sinis, "Nah, kita lihat saja apakah kodok ini tahu diri. Kalau dia mau pindah tempat, mungkin Tuan Muda Damian akan membiarkannya. Kalau nggak, ya, kita tunggu saja pertunjukan menarik." Dengan pendengaran tajam Yulius, tentu saja dia bisa mendengar jelas semua pembicaraan mereka. Namun, dia tidak akan marah dengan anak-anak kecil ini. Hanya saja, Yulius makin menyadari betapa besar masalah yang disebabkan oleh Selina terhadap dirinya. Hanya dalam dua hari duduk bersebelahan, Selina sudah tanpa sebab membuatnya memiliki dua pesaing cinta. Di sisi lain, banyak orang di kelas mulai mengejeknya karena iri dan cemburu. Yulius yang sudah merendahkan diri selama lebih dari dua tahun, mendadak terkenal di kelas dalam waktu singkat, dan kemungkinan besar akan segera terkenal di seluruh sekolah. Dan dampak ini berkelanjutan. Meskipun Selina pindah kelas sekarang juga, dampak ini tidak akan hilang. Bahkan bisa diprediksi bahwa ejekan dan sindirian di kelas akan makin banyak. Manusia memang seperti ini, Yulius sudah lama merasakannya. "Sudahlah, biarkan saja." Karena tidak bisa merendahkan diri, maka tidak perlu melakukannya lagi. Saat pulang sekolah, Selina segera bertanya pada Yulius yang hendak pergi, "Yulis, erm, resep yang kamu tulis untuk kakekku, ada dua jenis bahan obat yang sudah kami tanyakan ke banyak toko obat besar, dan semuanya bilang nggak ada …" "Itu urusan kalian. Aku juga pernah bilang kalau beberapa bahan obat itu sangat langka dan sulit ditemukan, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa," kata Yulius. Selesai berbicara, Yulius pun langsung pergi. Selina menunduk dan merapikan buku-bukunya sembari cemberut. … Yulius berjalan perlahan pulang seperti biasa. Sebuah truk sedang berhenti di pinggir jalan, dan Yulius berjalan melewati trotoar di samping truk tersebut. Di kursi pengemudi truk, duduk seorang pria botak dengan tato besar di lengannya, yaitu Wadi, yang kemarin ditendang oleh Yulius sampai tidak bisa berdiri di Kantor Akademik. Melihat Yulius, tatapan Wadi menjadi tajam. Kemarin, Yulius menendangnya dengan keras. Tidak hanya melukai perutnya, tetapi juga mempermalukannya. Dia harus balas dendam! Oleh karena itu, dia menahan rasa sakit di perutnya dan berinisiatif meminta Wafa untuk menyerahkan tugas hari ini kepadanya. Menatap punggung Yulius, Wadi mengambil walkie-talkie dan berkata, "Kak, bajingan itu sudah muncul." "Ya, lakukan sesuai rencana awal. Aku akan membuat orang itu mati mengenaskan!" Wafa berseru dengan kejam. Wadi melempar walkie-talkie ke kursi penumpang dan memperhatikan langkah Yulius dengan cermat. Sebelumnya ada lampu lalu lintas, jika mengikuti rute pulang Yulius, dia pasti akan melewati jalan penyeberangan yang ada di depan. Saat itulah, Wadi akan menginjak pedal gas truk untuk menabraknya. "Seberapa hebatnya dirimu, apa bisa menahan tabrakan truk?" Wadi tersenyum kejam. Satu menit kemudian, Yulius tiba di depan jalan penyeberangan. Saat lampu hijau menyala, dia pun berjalan perlahan melewati jalan penyeberangan. Wadi pun segera menginjak pedal gas. Sebuah truk dengan kapasitas 10 ton melaju dengan kecepatan penuh menuju Yulius. Di belakang Yulius, ada seorang wanita cantik berpakaian seragam guru berwarna hitam juga ingin melewati jalan penyeberangan. Wanita itu mendengar suara mesin yang berdentum, lalu berbalik dan melihat sebuah truk besar melaju cepat menuju jalan penyeberangan. Meskipun lampu sudah merah, truk itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan melambat. Wanita itu terkejut dan wajahnya berubah pucat. Melihat Yulius yang sudah berada di tengah jalan penyeberangan, dia pun berteriak, "Hati-hati! Cepat menghindar …" Bang! Suara benturan logam yang keras menenggelamkan teriakan wanita itu. Rambut wanita itu berantakan tertiup angin yang dihasilkan oleh truk tersebut. Wanita itu makin pucat saat melihat truk yang telah melaju ke depan sekitar 10 meter, meninggalkan jejak ban hitam di aspal. Di depan matanya, seorang siswa SMA Jayandra mati tertabrak truk! Wanita itu bingung dan tidak menyadari bahwa saat itu keempat roda belakang truk masih bergesekan dengan aspal dan mengeluarkan suara yang berisik. Meskipun roda belakangnya bertenaga, truk itu tidak bisa bergerak sedikit pun. Ada penyok di bagian depan truk! Wadi yang duduk di kursi pengemudi pun terbentur, kepalanya terluka dan berdarah. Pada saat ini, dia menginjak gas dan memutar setir dengan panik. "Apa yang terjadi?! Apa yang terjadi?" Rencana awal Wadi adalah menabrak Yulius, lalu melarikan diri dengan cepat. Namun, saat truk itu barusan menabrak Yulius, sama sekali tidak terasa seperti menabrak seseorang, melainkan sebuah pelat besi! Dan sekarang, truknya terhalang oleh pelat besi ini!

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.