Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10

"Nggak perlu sungkan. Apa dia mengatakan hal lainnya?" tanya Silvi. Silvi merasakan pasang surut dalam hatinya, tetapi dia tetap mempertahankan senyuman manisnya. "Bagaimana kamu bisa tahu dia memintaku menyampaikan pesan?" tanya Desta. Desta mengeluarkan kotak kue yang indah dari kursi depan dengan gembira, lalu dia memberikannya kepada Silvi bersamaan dengan potongan kain. "Kue ini adalah hadiah pertemuan yang dikirim oleh Bos," tutur Desta. Demi menjaga bentuk tubuhnya, Silvi biasanya tidak memakan makanan manis, terutama kue. Namun, dia melihat logo Sentosa pada kemasan kue. Ini adalah merek lama yang sangat disukai oleh para putri keluarga terpandang. Toko tersebut meluncurkan kue terbatas setiap harinya. Bukan hanya harga yang mahal, tetapi tidak semua orang bisa membelinya meskipun memiliki uang. "Terima kasih, aku paling suka makan kue dari toko ini," ucap Silvi dengan gembira sambil menerima kue. "Bos memintaku bertanya padamu, apa boleh terus berhubungan?" tanya Desta. Desta yang awalnya menatap Silvi dengan tersenyum mendadak menjadi serius. Saat ini, Silvi baru menyadari bahwa di atas kotak kue terdapat selembar kartu ucapan warna putih yang berbingkai emas. Dia membuka kartu ucapan itu. Di atasnya terdapat nomor telepon tulisan tangan dan di bawah tulisan itu terdapat nama Maven yang ditulis dengan natural dan kuat. Jantung Silvi berdetak cepat saat melihat huruf ini. Maven, pemimpin Empat Keluarga Besar, keluarga Maven? Tidak peduli siapa bos yang dimaksud Desta dalam keluarga Cavali, kekuasaan dan kedudukannya lebih tinggi dibanding keluarga Gunawan. "Boleh," balas Silvi sambil mengangguk malu. Dia sangat senang. "Baik, akan kusampaikan pada Bos. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggumu lagi," ucap Desta. Selesai berbicara, Desta berbalik dan masuk mobil kemudian pergi. Silvi melihat kotak kue di tangannya, hatinya merasa sangat senang. Kemudian, Silvi melihat potongan kain di tangan lainnya. Pola bordir kain tersebut terlihat familiar baginya. Sepertinya dia pernah melihatnya, tetapi tidak bisa mengingatnya sekarang. Silvi berbalik dan membuang potongan kain itu ke tempat sampah. Tidak peduli potongan kain itu milik siapa, penyelamat sang bos misterius sekarang adalah dirinya, Silvi! Setelah Desta meninggalkan rumah Amarta, dia segera menelepon Damian. "Bos, sesuai dengan perintahmu, aku telah memberikan potongan kain dan kue kepadanya," ucap Desta. "Bagaimana reaksinya?" tanya Damian. "Sangat gembira. Katanya, dia paling suka makan kue Sentosa. Dia juga bilang akan terus berhubungan," jawab Desta. Sambil berbicara, Desta senyam-senyum dan mengolok Damian, "Bos, kamu harus perlahan-lahan, gadis itu terlihat masih di bawah umur … " tutur Desta Di sisi lain telepon, alis Damian yang tampan sedikit berkerut saat mendengar perkataan gembira. Damian teringat waktu itu di gunung, reaksi terkejut gadis itu setelah dia memanggil namanya, serta punggung gadis itu yang panik melarikan diri. Karena reaksinya sangat berlebihan waktu itu, Damian tidak berani langsung mencarinya. Oleh karena itu, Damian mengirim Desta untuk mencari tahu terlebih dahulu. Damian tidak menyangka akan ada orang yang begitu ingin mati. "Kamu salah orang," ucap Damian dengan yakin. Saat ini, Audi hitam yang dinaiki Damian memasuki pintu masuk Akademi Veritas dan menuju ke gedung guru. Di bawah gedung guru terparkir sebuah mobil Lincoln versi panjang. "Apa?" seru Desta yang masih mengolok, "Nggak mungkin, 'kan? Dia juga bilang dia melihatku di gunung waktu itu … Sial!" Desta teringat percakapannya dengan Silvi, lalu menyadari bahwa dirinya terlalu terburu-buru saat itu dan tidak menyadari adanya keanehan. "Aku akan kembali ke sana sekarang," ujar Desta yang hendak mencari tempat untuk putar balik. "Nggak perlu," ucap Damian. Damian menutup telepon. Pandangannya tertuju pada gadis yang turun dari kursi belakang mobil Lincoln. Gadis itu mengenakan kebaya putih ketat dan rambut panjang hitamnya dikepang kelabang. Wajah sampingnya yang indah tidak menunjukkan ekspresi, membuat orang merasakan sikap dingin yang tidak boleh disinggung. "Kak Damian, kita sudah sampai." ucap Asisten Calvin pada Damian yang duduk di belakang setelah memarkirkan mobil. Orang di kursi belakang tidak merespons. Calvin turun dari mobil dan membuka pintu belakang dengan hormat, tetapi orang di kursi belakang tetap tidak merespons. Calvin menundukkan kepala dan melihat orang dalam mobil dengan bingung. Terlihat bos yang terus menatap jendela mobil di sisi lain. Di luar jendela mobil adalah pintu masuk gedung sekolah, seorang pria berpakaian formal memimpin seorang gadis mengenakan kebaya masuk ke dalam. Seorang gadis? Mata Calvin berbinar seolah melihat mukjizat. Bosnya bisa memperhatikan wanita?

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.