Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 15

"Mana Koin Winaya-nya?" Zarren memberi dua keping koin Winaya lain kepada Yoga, lalu menggulung lengan bajunya, memperlihatkan tali merah di pergelangan tangannya. "Kupakai di tanganku," ucapnya. Yoga langsung memakaikan salah satu koin yang diberikan pada tubuh istrinya. Ketika Koin Winaya sudah terpasang di tubuhnya, pikiran Jina yang semula kacau pun menjadi jernih seketika. Diam-diam, Jina pun mengagumi kekuatan Leira. Sementara itu, di keluarga Candrawira. Setelah makan malam, Leira naik ke lantai atas seraya memasang perangkat siaran langsung. Leira mengatur perangkatnya dengan baik, kemudian menekan tombol siaran langsung. Begitu ruang siaran langsung dibuka, banyak orang bergabung ke saluran. Jumlah orang dalam jaringan tersebut hampir mencapai puluhan ribu. Saat ini, Leira belum terlalu populer. Jumlah orang yang menonton siaran langsung ini pun tak terlalu banyak. Namun, berkat bantuan dari Ayah Zarren dan sang anak, Leira tetap bertahan di peringkat sepuluh teratas untuk jangkauan daerah ini. "Hari ini, sama seperti sebelumnya, aku akan bercerita. Siapa pun yang tertarik, boleh ikut menimbrung di siaran langsung ini." Baru selesai bicara, ada orang yang berhasil terhubung di siaran langsung itu. Tampilan siaran langsung itu pun terbagi menjadi dua. Pada gambar sebelah kiri, ada seorang wanita berusia lebih dari 30 tahun, berpenampilan anggun, dan tampaknya tengah duduk di kafe sambil minum kopi. Melihat dirinya terhubung di siaran langsung, wanita itu tersenyum kikuk. "Maaf, ini kali pertama aku menonton siaran langsung. Aku nggak sengaja klik saluran, biar kututup sekarang." "Nggak sengaja klik, berarti takdir!" "Kakak cantik banget!" "Pertama kali menonton siaran langsung ... betul nggak, sih!" "Pasti cuma salah sambung!" "Jangan ditutup dulu," potong Leira. "Kamu lahir di keluarga kaya. Kamu putri tunggal di keluarga dan sehat, tapi ada masalah dalam hubungan suami istri baru-baru ini." Yeni mengangguk-angguk usai mendengar penjelasan Leira. "Penyiar, semua yang kamu sampaikan itu tepat sekali. Kenapa kamu bisa tahu?" "Kalau begitu, apa kamu ingin mendengar kisah tentangmu?" Akhir-akhir ini, Yeni resah karena masalah keluarga. Dia sering melihat sang suami menonton siaran langsung. Dia ingin paham kesukaan suaminya, sehingga dirinya pun mulai tertarik mengikuti siaran langsung. Sekarang, Yeni merasa siaran langsung itu cukup menarik. Lantas, dia mengangguk. "Kuil suami istri milikmu sedang redup, menunjukkan hubungan kamu dengan suami sedang nggak baik." Yeni membelalakkan matanya hingga berteriak. "Kamu benar. Aku dan suamiku menikah setelah kencan buta. Aku sudah cukup umur, keluargaku mendesak terus, sehingga aku menikahi suamiku ini." "Penyiar, menurutmu, apa yang harus kulakukan supaya bisa memperbaiki hubunganku dengan suami?" Leira mengamati wajahnya sejenak, lalu kepalanya menggeleng. "Hal terpenting yang harus kamu pertimbangkan saat ini adalah putrimu," tegas Leira. "Apa?" "Kalau kamu nggak bergegas menyambangi sisi putrimu, kamu nggak akan pernah bisa melihat putrimu seumur hidup." Setelah Leira menjelaskan, seisi ruang siaran langsung gaduh. "Apa si Penyiar perlu menakut-nakuti begitu!" "Penyiar ini mulai bicara sembarangan lagi." "Apakah penyiar ini memang menganggap dirinya peramal?" "Aku amati ekspresi penyiar itu, sepertinya nggak palsu, sih!" Yeni percaya dengan kata-kata Leira ketika sosok itu menyebut keadaan keluarga Yeni, lalu makin meyakini ucapannya saat sang penyiar membawa serta putrinya. Wajah Yeni pucat pasi seraya buru-buru berkata, "Nggak mungkin! Mertuaku menjaga putriku di rumah, mustahil ada apa-apa!" Sambil berbicara, Yeni menenteng tas dan bergegas pulang. Dia memanggil taksi dan hendak menyebutkan alamat rumah kepada sopir ketika Leira berkata, "Putri dan mertuamu nggak ada di rumah." "Nggak ada di rumah? Memangnya di mana?" Leira menghitung dengan jarinya. "Biarkan sopir mengemudi ke arah Selatan. Ada sebuah pusat perbelanjaan besar yang ramai orang dan air mancur juga ada di sana." "Itu Mal Luminara." Satria tiba-tiba hadir dan angkat bicara. Leira melirik Satria, kemudian berkata pada Yeni, "Ibu mertuamu dan putrimu di pusat kuliner, lokasinya di lantai bawah Mal Luminara."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.