Bab 157
Yansen tertegun mendengar kalimat pertama itu. Rahangnya hampir jatuh. Wajah yang biasanya santai dan penuh percaya diri itu kini memerah.
"Berani sekali kamu bicara seperti itu, Kakak Ipar Ketiga," gumamnya setengah geli setengah heran.
Beni menatap wanita di depannya. Wajahnya yang kemerahan karena emosi terlihat begitu hidup, tangannya yang lembut mencengkeram dagu Beni dengan penuh semangat, seolah ingin menunjukkan kekuatannya. Namun, sebenarnya bagi Beni, itu hanya terasa seperti belaian ringan, lebih seperti menggelitiknya. Jakunnya bergerak perlahan, memberikan kesan sensual yang begitu memikat, sama seperti tatapan panas yang terus diarahkan padanya.
Nadira segera memalingkan wajahnya saat sadar dia sedang diperhatikan. Begitu matanya bertemu tatapan itu, dia langsung melepaskan dagu pria itu dengan rasa jengkel. Bahkan, dia menatapnya dengan penuh amarah.
"Dasar pria menyebalkan," dengus Nadira dalam hati. Beni tersenyum tipis, sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan ya
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link