Bab 4
Sesampainya di rumah, Kris memarkirkan mobilnya terlebih dulu. Begitu masuk, Fara melihat Aleya yang sudah berganti piama sedang duduk di sofa sambil menonton TV dan makan camilan.
Fara pun berhenti melangkah, lalu sengaja bertanya, "Bukannya kamu bilang nggak akan pulang hari ini karena menghadiri pesta?"
Aleya langsung berpura-pura tersenyum malu sambil menjawab, "Ya ampun, Kak Fara, aku lupa kasih tahu kalau aku sengaja ke pesta itu untuk menjahili pacarku. Kami lagi bertengkar."
"Padahal dia sama sekali nggak peduli waktu aku bilang mau ke pesta itu, tapi begitu aku sampai, dia tiba-tiba muncul dan mengajakku pergi."
Aleya menjelaskan sambil menurunkan kerah bajunya dengan sengaja untuk memperlihatkan bekas ciuman yang terpampang jelas di sana. Dia pun menatap Fara dengan kesan menantang.
"Nggak kusangka dia bakal secemburu itu. Kami sampai tiga kali melakukannya di dalam mobil."
Fara mendengarkan ucapan Aleya sambil mengepalkan tangannya dengan erat, rasa sakit menjalar ke sekujur tubuhnya.
Fara pun menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Sejak kapan kamu punya pacar? Kok selama ini kamu nggak pernah cerita?"
Aleya menengadah, lalu tersenyum dan menjawab dengan nada santai, "Kami baru tiga bulan pacaran."
Tepat tiga bulan yang lalu, Aleya pindah ke rumah Keluarga Husan. Waktu itu, dia datang bekerja di kota ini. Sahabat Kris yang mengkhawatirkan Aleya pun meminta Kris untuk menjaga adiknya itu.
Ternyata perselingkuhan Kris dengan Aleya sudah dimulai sejak hari pertama Aleya masuk rumah ini!
Napas Fara pun perlahan menjadi menderu. Saat dia hendak bicara, tiba-tiba ada sepasang tangan yang besar memegang pundaknya dari belakang.
Kris berjalan masuk sambil berkata dengan lembut, "Fara, kamu pasti lelah di luar seharian ini. Aku siapkan air mandi, ya. Setelah mandi, kamu tidurlah lebih cepat, oke?"
Setelah itu, Kris mendorong Fara ke kamar mandi.
Fara pun hendak menanggalkan pakaiannya dan mandi untuk melenyapkan rasa lelahnya, tetapi dia baru menyadari bahwa lupa membawa pakaian ganti.
Fara kembali membuka pintu dan sontak melihat sesuatu yang mencengangkan.
Tidak jauh dari situ, Kris menarik piama Aleya dengan kasar dan tergesa-gesa sambil menindih wanita itu di atas sofa.
Tangan Kris yang besar merangkul pinggang Aleya, sementara bibirnya terus mengecup Aleya mulai dari tulang selangka hingga ke tubuh bagian bawahnya.
Aleya mencengkeram pundak Kris, kepalanya miring ke belakang dan napasnya terengah-engah pelan. "Ah ... ah .... Pelan-pelan, Kak Fara masih mandi! Kamu bukannya sudah puas di mobil tadi?"
Kris mengerahkan tenaganya lagi dan Aleya mulai mengerang sambil tetap terengah-engah.
"Diam!"
"Coba saja kalau lain kali kamu masih berani-beraninya bertemu pria lain!"
Aleya pun tersenyum, lalu tiba-tiba menengadahkan pandangannya dengan kesan menantang karena dia menyadari sesuatu.
Aleya melirik ke arah Fara yang berdiri kaku di pintu dengan sorot provokatif.
"Ya, ya, nggak akan lagi. Sudah cukup 'kan kalau aku ini milikmu seorang?"
"Dasar pencemburu!"
Fara tidak tahan lagi melihatnya, jadi dia mengambil pakaian gantinya dan kembali menutup pintu kamar mandi.
Dia menceburkan dirinya ke dalam air, sementara apa yang baru saja dia lihat terus membayangi benaknya.
Lima tahun lalu, Kris dan Fara pergi berbulan madu di sebuah pulau.
Tiba-tiba, ekspresi Kris menjadi begitu suram hanya karena Fara memandangi seorang pria dengan tubuh berotot di pantai.
Kris langsung menarik Fara kembali ke kamar hotel tipe presidensial yang dia pesan, dia sama sekali tidak membiarkan Fara keluar selama seminggu.
Setelah tujuh hari, gairah pun mereda. Namun, ranjang mereka sampai ambruk.
Kris memeluk Fara dan berujar dengan mata yang berkaca-kaca, "Fara, aku juga punya apa yang mereka punya. Jangan lihat pria lain, jangan tinggalkan aku."
Cukup lama Fara harus berulang kali meyakinkan Kris sebelum rasa cemburu pria itu mereda.
Sejak hari itu, Fara tidak pernah lagi berani menatap pria lain.
Sekarang, Kris sama gilanya seperti waktu itu gara-gara Aleya.
Fara pun menjulurkan kepalanya keluar dari air dan menarik napas dalam-dalam.
Saat dia keluar dari kamar mandi lagi, hanya tersisa Kris di sana.
Di atas sebuah meja di hadapan pria itu, tampaklah sepiring potongan buah dan secangkir air gula merah yang masih mengepul.
Begitu melihat Fara keluar, Kris langsung menyerahkan cangkir air gula merah itu sambil berujar dengan nada lembut, "Aku sudah menghitung kalender, harusnya beberapa hari lagi kamu datang bulan. Kalau kamu minum ini, nanti pas datang bulan nggak akan terasa begitu sakit."
Fara memegang cangkir berisi rebusan gula merah yang mengepul itu, tetapi hatinya sama sekali tidak merasa tersentuh.
Dia tidak habis pikir bagaimana akting Kris bisa sebagus ini.
Dia baru saja bersenang-senang dengan wanita lain, tetapi tahu-tahu saat kembali sudah menjadi suami yang begitu baik dan sangat mencintai Fara.
Fara terus terpikirkan akan hal ini hingga akhirnya tidak bisa tidur.
Di saat Fara akhirnya hendak tertidur, Kris yang sedang tidur nyenyak di sebelahnya tiba-tiba berseru.
"Fara!"
Detik berikutnya, Kris sontak terbangun dan meraba ke sana kemari dengan panik.
Begitu merasakan tubuh Fara, Kris langsung memeluk istrinya dengan erat.
"Jangan pergi, Fara!"
Tubuh Fara sontak menegang. "Kamu kenapa?"
Mata Kris sontak menjadi berkaca-kaca dan terlihat takut. "Aku habis mimpi buruk. Aku mimpi kamu meninggalkanku. Untung saja itu hanya mimpi. Kamu ada di sini."
Fara pun menurunkan pandangannya. Rasanya dia ingin sekali memberi tahu Kris.
Bahwa dia sebentar lagi akan pergi.
Sepertinya karena mimpi buruk itu, Kris pun bersikeras mengajak Fara ke kantor bersamanya keesokan harinya.
Fara menolak, tetapi Kris mati-matian memohon.
Fara yang tidak ingin buang-buang waktu lagi soal ini pun akhirnya mengalah dan ikut pergi bersama Kris.
Begitu memasuki ruangan kantor Kris, Fara bisa melihat foto-fotonya yang memenuhi meja Kris.
Di saat Fara sedang melamun memandangi foto-foto itu, Kris pun memeluk istrinya dari belakang dan mengusap-ngusapkan kepalanya di leher Fara dengan manja. "Selama ini selalu saja ada banyak wanita yang ingin dekat-dekat denganku, tapi efek foto-foto yang kupajang ini efektif juga. Tenang saja, Sayang, suamimu ini sangat setia."
Fara menunduk menatap Kris, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Tepat pada saat itu, asisten Kris mengetuk pintu dan mengingatkan Kris bahwa rapat sudah dimulai.
Kris memeluk Fara sedikit lebih lama, sebelum berbalik dengan enggan untuk pergi bekerja. Dia mempersilakan Fara untuk jalan-jalan dulu sembari menunggunya.
Fara sebenarnya tidak ingin ke mana-mana, tetapi dia juga tidak mau diam di ruangan kantor Kris.
Akhirnya, Fara berjalan mengelilingi setiap lantai. Sekitar tengah hari, tiba-tiba Kantor Imigrasi meneleponnya.
"Nona Fara, berdasarkan prosedur imigrasi, Nona harus hadir untuk tanda tangan secara langsung."
Tepat saat Fara hendak berbicara, tiba-tiba terdengarlah sebuah suara yang familiar dari belakangnya.
"Imigrasi apa?"