Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Alena duduk bersandar di kap mobil dengan santai sambil menatap gedung setinggi puluhan lantai itu. Bibi Siana selalu terlihat ceria saat sedang membahas kedua anaknya. Itu karena kedua anaknya memang hebat. Contohnya saja Feli, dia diterima bekerja di perusahaan besar yang tentunya merupakan pekerjaan yang bagus bagi penduduk desa. Alena tidak mau memasuki gedung karena dia tidak tahu apakah ada arwah jahat di dalam sana atau tidak. Sejauh ini, dia tidak melihat apa pun yang aneh. Ada tidaknya arwah ini sama sekali tidak berhubungan dengan hari yang masih siang. Contohnya saja seperti arwah Nenek Widi yang Alena lihat setelah turun gunung atau si hantu perempuan di depan pintu Kantor Catatan Sipil. Sinar matahari siang ini terhalang awan. Jika frekuensinya cocok, bisa saja Alena melihat penampakan. Alena sudah bisa melihat hantu sejak masih kecil karena dia terlahir dengan mata ketiga, jadi dia sudah terbiasa dengan hal mistis semacam itu. Alena tidak pernah merasa takut, bahkan saat melihat hantu dengan wujud yang sangat mengerikan. Bagi Alena, tidak ada kata "takut" dalam kamusnya. Alena bahkan pernah memberi tahu hantu mengerikan yang mencoba menakut-nakutinya bahwa hantu itu beruntung karena dia tidak tahu bagaimana cara mengusir hantu. Seandainya Alena tahu, dia pasti sudah mengusirnya. Gerbang perusahaan sesekali terbuka karena ada mobil yang melaju keluar. Sembari menunggu Feli, Alena melihat ada banyak sekali mobil yang keluar. Dia juga bisa melihat tempat parkir di dalam sana yang dipenuhi dengan berbagai jenis mobil. Tempat parkir itu malah terlihat seperti pameran mobil. Alena curiga masing-masing karyawan di perusahaan ini punya mobil. Memang pantas jadi perusahaan besar, ya. Saat Alena baru lulus kuliah dan sedang mencari pekerjaan, dia tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk bekerja di perusahaan besar. Alena akhirnya bekerja di perusahaan kecil, tetapi dia sering menemui arwah jahat di sana yang selalu mendesaknya untuk mengurus hal yang membuat mereka tidak bisa beristirahat dengan tenang .... Alena memang terlahir dengan indra keenam, dia juga tidak takut diganggu hantu kapan pun itu. Meskipun begitu, direcoki siang dan malam tetap merupakan sesuatu yang sangat menyebalkan. "Alena." Tiba-tiba, terdengarlah suara yang familier. Alena pun melihat Feli berlari keluar dari dalam gedung. Feli mengenakan setelan kerja yang profesional, rambut panjangnya disanggul dengan rapi. Wajahnya dirias tipis, dia terlihat cerdas dan cakap. Feli bekerja sebagai sekretaris wakil CEO Grup Pramana. "Feli." Begitu melihat orang yang dia tunggu akhirnya keluar, Alena langsung berdiri dengan tegak. Dia tersenyum menatap Feli yang berlari ke arahnya. "Hati-hati, Feli, kamu 'kan lagi pakai sepatu hak tinggi." Alena berujar mengingatkan Feli dengan ramah. Meskipun begitu, dia merasa iri dengan Feli yang bisa berlari menggunakan sepatu hak tinggi. Jika Alena yang berada di posisi Feli, dia pasti tidak berani mengenakan sepatu hak tinggi. Tidak mungkin juga dia mengenakan sepatu hak tinggi, dia 'kan harus setiap hari naik turun gunung dan menyusuri jalan pegunungan. Feli segera berlari menghampiri Alena, lalu berkata sambil tersenyum, "Tenang saja, aku sudah terbiasa kok. Kamu sudah nunggu lama, ya?" "Nggak kok. Kamu 'kan bilang jam segini pulang, jadi aku datang lima menit lebih cepat. Untung saja lagi mendung." "Yuk makan, habis itu temani aku belanja sebentar, ya. Ibuku memintaku membelikanmu beberapa barang bagus buat kamu bawa pulang." Jika tidak diberi tahu oleh ibunya, Feli bahkan tidak tahu Alena pergi ke kota. Menurutnya, Alena itu nyaris setiap hari ada di gunung dan jarang sekali pergi ke kota. "Oke." Ketika Alena dan Feli hendak masuk ke dalam mobil, dua buah mobil pun melaju keluar dari perusahaan secara berurutan. Begitu melihat mobil Maybach yang familier itu, Feli langsung berdiri di samping dengan ekspresi serius. Mobil Maybach itu melaju perlahan di depannya dan Feli bisa melihat Jason yang merupakan CEO perusahaannya dari balik kaca jendela mobil. "Pak." Feli tetap menyapa tanpa memusingkan Jason yang berada di dalam mobil itu bisa mendengarnya atau tidak. Saat melihat Alena bersama dengan Feli, Jason pun menyadari bahwa Alena datang ke perusahaan bukan untuk menemuinya, melainkan untuk menemui Feli. Feli adalah sekretaris wakil CEO, jadi mereka sering berinteraksi di tempat kerja. Itu sebabnya Jason mengenal Feli. Kira-kira apa hubungan antara Feli dan Alena? Jason tidak menurunkan kaca jendela mobilnya, dia duduk tegak di dalam mobil dengan ekspresi yang terlihat sangat serius. Kedua mobil itu pun melaju melesat di depan Alena dan Feli. Setelah memastikan kedua mobil itu sudah pergi, barulah Feli memalingkan pandangannya. "Yuk makan." Feli pun masuk lebih dulu ke dalam mobil Alena. Dua menit kemudian, Alena mengemudikan mobilnya keluar dari perusahaan. "Kedua mobil tadi itu mobil CEO perusahaanku dan juga mobil pengawal-pengawalnya. CEO-ku masih muda sekali, tapi sangat dingin dan serius. Setiap kali aku harus berurusan dengan CEO-ku, aku pasti ketakutan. Untung saja aku bukan sekretaris CEO atau aku pasti akan mengundurkan diri sebelum tiga bulan berlalu." Feli merasa takut dengan Jason. Bukan hanya dia saja. Kenyataannya, hanya segelintir orang di perusahaan yang tidak takut dengan Jason. Alena hanya mengiakan singkat, dia tidak mengatakan bahwa mobil Maybach itu terlihat familier. Mobil itu mirip seperti yang digunakan oleh suami dadakannya. Namun, waktu itu tidak ada mobil pengawal yang mengawal mobil suaminya. Alena juga tidak memperhatikan nomor plat mobil suaminya, jadi dia tidak yakin mobil itu sama atau tidak. Mungkin saja mobil yang mereknya sama. Kebanyakan orang kaya di Kota Dastan memiliki Maybach. Lagi pula, pernikahan kilatnya itu adalah sebuah takdir. Yang penting Alena sudah mendapat buku nikahnya, jadi dia tidak melanggar kehendak langit. "Oh ya, Alena, untuk apa kamu ke kota?" Feli bertanya dengan perhatian, lalu melanjutkan, "Kasih tahu aku saja kalau kamu butuh bantuan apa-apa." "Terima kasih. Aku pasti akan mencarimu kalau butuh bantuan." Alena berterima kasih kepada teman lamanya tanpa menjelaskan maksud kedatangannya. Feli juga tidak bertanya lebih lanjut. Feli sudah memesan tempat di sebuah hotel yang terletak tidak begitu jauh dari area pejalan kaki. Feli dan Alena pun langsung berjalan memasuki hotel. Karena hari masih siang, jadi ada banyak orang yang makan di sini. Untungnya, Feli dan Alena tidak perlu membuang-buang waktu menunggu karena Feli sudah melakukan reservasi. "Bu Feli." Begitu melihat Feli, manajer hotel pun langsung berjalan menghampiri sambil tersenyum. Setelah menanyakan nomor kamar privat yang Feli pesan, manajer itu langsung mengajak Feli dan Alena dengan penuh semangat. Dilihat dari betapa ramah dan bersemangatnya si manajer saat melayani Feli, Alena yakin teman lamanya itu sering menghabiskan uang di sini. Alena dan Feli sedang makan bersama di hotel, sementara Jason juga sedang makan di Hotel Makmur. Bedanya, dia makan sendirian. Jason memesan menu makanan yang seperti biasa, tetapi dia tidak menikmatinya. Entah kenapa rasa makanannya hari ini kurang enak. Jason pun segera meletakkan piring dan alat makannya, lalu menyeka mulutnya dengan serbet. Dia meletakkan serbet tersebut, lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar dari ruang privat. Begitu melihat Jason keluar, dua orang pelayan yang ada di situ langsung menyapanya dengan hormat. Jason tidak mengacuhkan mereka dan langsung berjalan menuju sisi kanan koridor. "Pak Jason." Si sopir dan keempat pengawal Jason baru saja selesai makan, mereka juga berjalan keluar dari ruang privat yang lain. Begitu melihat Jason berjalan keluar di hadapan mereka, mereka berlima segera menyusulnya. "Daniel." Jason bertanya dengan suara rendah sambil berjalan, "Tadi kamu lihat gadis di sebelah Feli?" Pengawal bernama Daniel Tanjaya itu sontak tertegun, lalu segera menjawab, "Lihat, tapi hanya sekilas. Nggak berkesan yang bagaimana-bagaimana." Daniel hanya ingat gadis itu tampak sangat cantik dan sepertinya seumuran dengan Feli. Si sopir hendak mengatakan bahwa gadis itu adalah istri Jason, tetapi dia tidak berani. Apalagi karena Jason juga tidak terlihat ingin mengumumkannya. "Selidiki di mana dia dan Feli sekarang. Setelah Feli pergi, bawalah gadis itu menemuiku." Daniel pun menjawab, "Karena Bu Feli nggak bawa mobil, nanti dia pasti akan mengantar Bu Feli balik ke perusahaan. Aku akan berjaga di depan pintu perusahaan ...." "Jangan menemuinya di sana," sela Jason. "Temui dia secara empat mata, jangan sampai ada karyawan perusahaan yang lihat."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.