Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

"Ya, ada. Kenapa Paman Setyo mau bertemu Guru?" Alena menjawab sambil berjalan mendekat dan membuka pintu bambu agar pria bernama Setyo itu bisa masuk. Setyo segera memasuki rumah. Setelah masuk, dia pun berseru memanggil sambil berjalan, "Pak Geri, Pak Geri." "Apa?" Geri sedang menyantap makan malamnya, tangannya yang satu lagi sedang memegang gelas anggur. Setiap kali menyuap, dia akan meminum seteguk anggur. Dia hanya menoleh dan melirik sebentar Setyo yang berseru memanggilnya, lalu lanjut makan dan minum. "Oh, Pak Geri lagi makan." "Maaf jadi mengganggu waktu makan Pak Geri," kata Setyo sambil tersenyum dan berjalan mendekat. Geri sudah terbiasa diganggu oleh penduduk desa dari kaki gunung, jadi dia berkata dengan tenang, "Bicara saja." "Pak Geri, aku nggak tahu putraku kenapa malam ini, yang jelas dia nggak bisa berhenti menangis. Ibunya sudah menggendongnya, tapi dia tetap menangis. Dia bahkan menolak disusui. Ibuku curiga dia ketempelan sesuatu, jadi dia meminta bantuan Pak Geri." Ekspresi Setyo tampak khawatir saat menceritakan kondisi putra kesayangannya. Alena pun ikut berjalan masuk dan bertanya, "Paman Setyo sudah makan malam? Mau makan bareng nggak?" "Nggak usah, aku sudah makan." Karena Setyo sudah makan, Alena pun tidak repot-repot mengambilkan piring dan sendok. Dia berjalan kembali ke tempat duduknya dan duduk untuk makan. Alena sudah bisa menebak alasan putra Setyo terus menangis, tetapi dia tidak ambil pusing karena bukan dia yang ditanya. Jika dia ikut campur dengan segala sesuatunya, bagaimana dengan gurunya? "Tanggal ulang tahun dan shio putramu?" Geri bertanya. Setyo segera memberitahukan jawabannya. Geri menghitung-hitung dengan jarinya, lalu berkata, "Putramu ketempelan arwah jahat. Nanti akan kuberikan beberapa lembar jimat buat kamu bawa pulang. Selama tiga hari ke depan, bakar salah satunya untuk memandikan putramu dan satu lembar lagi ditempelkan ke badan putramu. Kamu juga harus membakar sejumlah uang kertas di belakang pintu rumahmu. Dengan begitu dia akan berhenti menangis." Setelah itu, Geri meletakkan gelas anggurnya dan bangkit berdiri. Dia berjalan pergi mengambil jimat dan uang kertas, lalu menyerahkannya kepada Setyo. "Berapa biayanya, Pak Geri?" tanya Setyo. "Serelamu saja." Geri memang tidak pernah mematok harga untuk jasanya. Dia tidak boleh terlalu serakah saat menggeluti bisnis ini. Berapa pun yang konsumennya bayarkan, sebesar itu pulalah yang dia ambil. Setyo pun menyerahkan 40 ribu kepada Geri, lalu mengucapkan terima kasih dan bergegas turun gunung. Setelah Setyo pergi, Alena pun berujar dengan datar, "Putranya kemungkinan besar akan melemah sebelum tumbuh dewasa. Dia harus menanggung hukum sebab-akibat atas perbuatan mereka." "Kamu saja nggak turun gunung buat memeriksa kondisinya, dari mana kamu tahu ini perbuatan kakak-kakaknya?" tanya Geri sambil menatap Alena. "Kakak-kakaknya sangat kesal. Selain mereka, siapa lagi yang menyebabkan masalah? Itu semua kesalahan orang tuanya. Kekayaan keluarga mereka mungkin nggak akan membaik dalam dua generasi ini. Mereka sudah melakukan terlalu banyak kejahatan." "Kamu saja nggak tahu apa-apa soal geomansi ataupun meramal," kata Geri. "Tapi, aku percaya pada hukum sebab-akibat. Nggak mungkin mereka nggak dapat karma di saat mereka jadi kaya karena berbuat jahat." "Sudah, makan saja sana." Geri memelototi Alena. Alena pun memakan sepotong telur dadar. Setelah makan, Alena yang berulang kali didesak oleh Geri akhirnya terpaksa turun gunung ke rumah Feli. Dia mengambil tas tangannya dari dalam mobil, lalu kembali ke gunung dan menunjukkan buku nikahnya kepada Geri. Begitu melihat foto Jason yang ada di buku nikah, Geri langsung berkata, "Cerai, pokoknya kalian harus cerai. Kamu nggak bisa mengendalikan pria ini dan dia juga sangat beruntung. Kalau kalian nggak bercerai, kamu bakal dapat saingan yang banyak. Dengan sifatmu itu, kamu nggak mungkin bisa menang dari mereka. Lebih baik ceraikan saja sekarang." Sebenarnya, Jason memang terlihat makmur dan berumur panjang. Sayangnya, Geri merasa kurang cocok dengan murid kesayangannya. "Ya, ya. Besok aku akan ke kota untuk menemuinya, lalu mengajaknya mengurus surat cerai ke Kantor Catatan Sipil." Alena menjawab dengan tidak peduli. Dia berani menikah kilat, jadi tidak masalah juga cerai kilat. Mereka pun tidak mengatakan apa-apa lagi sepanjang malam itu. Keesokan paginya, Alena dan Geri sarapan bersama. Geri membawa tas kainnya yang berisi makanan di atas punggungnya, lalu turun gunung bersama dengan Alena. Sesampainya di rumah Feli, Alena dan Geri mengendarai mobil masing-masing. Mereka tidak pernah lagi menggunakan mobil yang sama semenjak Alena sudah memiliki SIM. Geri bilang seandainya sampai kecelakaan di tengah jalan, setidaknya salah satu dari mereka masih hidup untuk mengurus pemakaman yang lain. Alena juga merasa tidak bebas jika harus menggunakan mobil yang sama dengan Geri karena itu berarti dia harus menyesuaikan dengan jadwal Geri. Mengendarai mobilnya sendiri berarti dia bebas pergi ke mana pun yang dia mau. Sekitar 40 menit kemudian. Geri menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah Alena menyusulnya, Geri menurunkan kaca jendela mobilnya dan berkata kepada Alena, "Alena, kamu urus perceraianmu saja. Guru mau menemui Pak Elmer dulu. Kalau ada apa-apa, nanti kita teleponan saja." "Oke." Setelah mengiakan, Alena pun menginjak pedal gas dan mobilnya melaju pergi. "Aduh, kenapa dia selalu mengebut? Seperti sedang mengemudikan pesawat saja," gumam Geri dengan kesal. Dia lupa bahwa Alena harus menginjak pedal gas dalam-dalam untuk mengejar mobilnya di sepanjang jalan. Alasan utamanya adalah karena mobil Geri lebih canggih daripada mobil Alena, jadi lajunya lebih cepat. Alena langsung pergi ke Grup Pramana. Karena dia dan Geri berangkat lebih awal, jadi Alena sudah tiba di pintu masuk Grup Pramana sebelum pukul 08.00. Meskipun begitu, satu per satu karyawan sudah datang untuk mulai bekerja. Alena takut ketahuan Feli, jadi dia meringkuk di dalam mobil dan tidak berani turun. Dia juga sengaja memarkirkan mobilnya jauh-jauh agar tidak menarik perhatian. Setelah melihat Feli mengendarai mobilnya masuk ke dalam Grup Pramana, barulah Alena berani memarkirkan mobilnya lebih jauh ke depan agar dia bisa lebih leluasa mengamati kapan suaminya datang. Jason tidak menyangka istrinya ada di sini lagi. Dia biasanya keluar rumah pukul 07.45. Rumahnya hanya 15 menit jauhnya dari perusahaan dengan menggunakan mobil. Namun, dengan jalanan yang macet, biasanya Jason baru sampai di perusahaan pukul 08.15. Dengan begitu, Jason tidak perlu berjibaku di tengah jalanan bersama para karyawan yang berangkat kerja. Mobil BMW hitam yang dipakai oleh para pengawalnya melaju di depan, sementara mobil Maybach yang Jason tumpangi ada di tengah-tengah. Di belakangnya ada mobil BMW hitam lain yang juga berisi para pengawalnya. Daniel yang duduk di kursi samping pengemudi mobil pengawal di depan pun menjadi orang pertama yang melihat mobil Alena. Semua karyawan perusahaan sudah memasuki gedung, tetapi ada sebuah mobil yang diparkir di depan perusahaan dan terlihat sangat mencolok. Sebagai pengawal pribadi Jason, Daniel sangat waspada dan menatap mobil itu sejak dari kejauhan. Saat jarak mereka makin dekat, Daniel yang memiliki ingatan yang sangat baik pun langsung mengenali mobil itu sebagai mobil yang dia cegat kemarin. Daniel refleks menoleh, tetapi dia berada di mobil pengawal, sementara Jason berada di mobil belakang. Daniel pun menjadi agak ragu, dia tidak tahu harus memberi tahu Jason atau tidak. Di sisi lain, Alena pun bergerak. Begitu melihat mobil Jason mendekat, dia segera turun dari mobil. Kebetulan sekali mobil Jason melaju di depannya dan berhenti. Karena satpam perusahaan baru saja menekan tombol pintu dan membutuhkan waktu puluhan detik hingga gerbangnya benar-benar terbuka. Alena pikir Jason sudah melihatnya, jadi dia melangkah maju, lalu membungkuk dan mengetuk jendela mobil Jason. Ketukan itu mengejutkan si sopir dan juga Jason. Si sopir langsung menoleh. Begitu melihat istri Jason-lah yang berada di luar mobil, dia refleks menoleh menatap Jason yang duduk di kursi belakang mobil.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.