Bab 9
"Aku nggak akan pergi. Aku mau bersamamu. Edbert, ayo kita kabur saja? Kita tinggalkan tempat ini. Kenapa, kenapa kamu harus menikahinya, hm?"
Akhirnya Rumiko menangis sampai kelelahan. Tatapannya kosong karena terlalu lama menangis.
Saat keluarga Gupta datang, dia tetap tidak mau pergi. Akhirnya Edbert menggendongnya keluar dan menyerahkannya kepada keluarga Gupta. "Jaga dia dengan baik."
Malam itu, kepala Edbert terasa sangat sakit seperti mau pecah.
Dia pergi ke ruang kerja, mengambil data yang diperoleh darinya ayah, lalu melihatnya satu halaman demi halaman.
Dia tidak tahu apa ini benar atau tidak. Dia menikahi seorang gadis yang belum pernah ditemuinya sebelumnya untuk mendapatkan informasi.
"Ini cuma saling memanfaatkan saja."
Dengan pemikiran itu, hatinya tidak terlalu bingung lagi.
Keesokan paginya.
Saat Everly bangun dan hendak sarapan, dia duduk di meja makan. Tiba-tiba ada seseorang yang memberikan semangkuk besar air kepadanya.
Dia tidak mengerti apa maksudnya.
Adelle menatapnya dengan sinis, "Ternyata pendidikan dari keluarga kecil memang berbeda. Kamu bahkan nggak tahu ini? Meski nggak tahu, senggaknya pernah nonton TV, 'kan? Atau TV saja nggak sanggup kamu beli?"
Mendengar orang lain mengejeknya, Everly mengepalkan tangannya dan berkata pada dirinya sendiri untuk menahan emosi.
Kemudian, Everly melihat setiap gerakan Adelle dengan saksama dan dia perlahan-lahan belajar untuk melakukan gerakan yang sama.
Adelle menatapnya dengan rendah, lalu bergumam dengan suara yang tidak terlalu keras, "Kalau dibandingin sama Rumiko, bedanya itu bukan cuma jauh, tapi jauh banget. Kenapa akhirnya Edbert milih orang macam gini?"
William yang duduk di sampingnya berdeham untuk memperingati istrinya. "Kalau Everly nggak tahu, ajari dia sebagai kakak iparnya. Kenapa malah menyebut-nyebut orang lain?"
"Kenapa nggak boleh membanding-bandingkan?"
Adelle duduk di kursinya, menatap Everly di seberangnya dengan tidak ramah. "Nanti kalau ada yang berani memperkenalkan wanita macam gini buat anakku, aku bakal bunuh diri di depannya."
"Cukup!" William bukan orang bodoh, dia bisa mengerti perkataan istrinya.
Adelle sedang mengatakan kalau istri pilihan Gerald dan dirinya untuk Edbert tidak baik.
"Kamu itu cuma kakak iparnya Edbert, kamu nggak berhak ikut campur sama urusan pernikahan Edbert." William sudah marah sejak tadi.
Gerald datang perlahan. "Lagi ributin apa, sih?"
Setelah tidur, suasana hatinya sudah jauh lebih baik. Dia tidak marah lagi karena kejadian Everly semalam.
Setelah dia duduk, dia melihat tidak ada orang di samping Everly sehingga dia bertanya, "Everly, mana Edbert? Suruh dia turun untuk makan."
Everly melihat tempat kosong di sebelahnya. Mana mungkin dia bisa bilang kalau Edbert tidak ada di rumah?
Kepala pelayan mengerti kalau Everly sedang kesulitan, jadi dia berkata, "Pak Edbert nggak ada di rumah sejak semalam, mungkin pergi ke kantor."
"Apa! Malam pertama tapi pergi ke kantor? Bukannya aku menyuruhmu untuk mengawasinya? Kenapa nggak ada yang memberitahuku semalam? Apa kalian semua mau memberontak?" kata Gerald dengan marah.
Adelle berkata dengan sinis, "Dia nggak suka sama orang yang ada di samping ranjangnya, jadi wajar kalau menghindar sejauh mungkin."
William juga marah. "Diam kamu."
Ini hari kedua setelah pernikahannya. Everly belum bicara tetapi sudah diperlakukan seperti ini.
William tidak suka dengan perilaku istrinya, jadi dia menarik Adelle dan meninggalkan meja makan.
Gerald memukul meja dengan keras. "Suruh Edbert pulang sekarang juga! Dia sudah keterlaluan!"
"Baik, Pak."
Setelah sampai di kamar tidur, William melepaskan tangan istrinya dengan kasar dan berkata, "Jangan pikir kalau aku nggak tahu apa yang ada di pikiranmu. Kamu nggak suka dan nggak puas, tapi kamu itu cuma kakak iparnya Edbert. Kamu nggak punya hak untuk ikut campur dalam urusan pernikahan Edbert! Dan jangan pikir aku nggak tahu rencanamu untuk putra kita! Apa yang Stanley ingin lakukan di masa depan juga adalah urusan Stanley, kamu juga nggak punya hak untuk memilih jalan hidupnya."
"Apa maksudmu? Jelaskan padaku! Rencana apa yang kamu maksud? William, aku sudah menikah denganmu selama 20 tahun, tapi aku nggak sebanding sama Everly yang baru masuk ke rumah ini? Aku tahu, kamu lebih suka Everly, 'kan!"
"Jangan bicara omong kosong!" William menggertakkan giginya dan hampir menampar Adelle.