Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

"Bu, ini semua aku beli di kabupaten tadi. Ponsel pintar untuk Ibu dan ayah, masing-masing satu. Mulai sekarang kalian nggak perlu pakai ponsel zaman dulu lagi." "Lalu ini pakaian dan sepatu yang aku beli untuk kalian. Ayo, coba dulu!" "Ponsel pintar? Itu 'kan mahal!" Henry segera meletakkan alat-alat di tangannya, lalu mengelap tangannya yang kotor. Setiap orang di desa yang punya ponsel pintar pasti menjadi perhatian. Apalagi ponsel bisa dipakai untuk menonton video pendek. Henry kadang suka ikut-ikutan menonton kalau ada yang sedang memutar video. Mereka bilang kalau ponsel pintar itu diberikan oleh anak-anak mereka saat tahun baru. Sekarang, dia juga punya ponsel pintar! Dia menerima ponsel itu dari tangan Valery dengan sangat gembira. "Gimana cara pakainya?" Henry membuka kotak ponsel pintar, tetapi dia sama sekali tidak tahu cara menggunakannya. "Ayah tanya ke Alvin saja. Dia pasti tahu cara memakainya!" kata Henry sambil membawa ponselnya keluar rumah dengan langkah cepat. "Aku 'kan ada di sini, kenapa nggak tanya aku saja?" Valery berkata sambil melihat ayahnya keluar rumah dengan wajah gembira. "Ayahmu itu mau pamerin ponselnya ke Alvin." Alvin sudah punya ponsel pintar sejak tahun baru kemarin dan dia sering memamerkannya. Banyak orang tua di desa yang iri padanya. Valery memandang pakaian dan sepatu yang baru dibeli, lalu berkata dengan nada tidak berdaya, "Tapi aku belum sempat menyuruh Ayah mencoba baju dan sepatunya." "Biar ayahmu coba sendiri nanti malam. Valery, kamu bantu Ibu beri makan ayam dulu. Ibu mau coba pakaian dan sepatunya sekarang juga!" kata Yassie dengan semangat sambil membawa pakaian baru itu. "Bahan pakaian ini enak banget, ya! Halus dan nyaman!" kata Yassie sambil membelai kain pakaian itu. Yassie masuk ke dalam rumah untuk mencoba pakaian dan sepatu barunya. Sementara itu, Henry sudah pergi keluar untuk memamerkan ponsel pintarnya. Valery pun tidak punya pilihan lain selain membantu ibunya memberi makan ayam. "Kalian harus cepat besar, ya! Nanti kalau sudah besar, kalian semua bakal dipanggang dan ditukar jadi emas!" Hehehe! Valery melihat anak-anak ayam kecil yang putih itu. Baginya, ayam-ayam kecil ini adalah uang yang bersinar! Valery membelikan banyak barang untuk ayah dan ibunya. Hal ini tentu saja mengejutkan Erna yang sedang berada di luar. Dia baru saja pulang dari rumah putra sulungnya saat mendengar tetangga berbicara tentang cucunya yang kembali ke desa membawa banyak barang. Dia pun langsung bergegas pulang ke rumah. Kebetulan, dia bertemu dengan Yassie yang sedang mengenakan pakaian dan sepatu barunya. "Valery, pakaian ini bagus banget! Dan sepatunya juga nyaman banget! Lembut sekali! Ibu seumur hidup belum pernah pakai sepatu yang senyaman ini!" kata Yassie dengan wajah penuh kebahagiaan. Biasanya, Yassie hanya mengenakan sepatu kain yang harganya puluhan ribu yang dibeli di pasar pagi. Melihat ibunya begitu senang, Valery juga merasa bahagia. Nanti, saat dia punya lebih banyak uang, dia akan membuat kedua orang tuanya hidup lebih baik lagi! "Hmph!" Erna mendengkus dingin seolah ingin menunjukkan keberadaannya. "Kalau pakai pakaian seperti itu, gimana kamu bisa bekerja?" "Itu pakaian yang aku belikan untuk Ibu, jadi Ibu bebas pakai apa saja!" jawab Valery dengan nada tidak senang. Sejak kecil, neneknya memang tidak pernah menyukai ibunya dan sering mengucapkan kata-kata yang menyakitkan kepadanya. Erna merasa sangat kesal. Dia tahu pakaian itu mahal, apalagi Valery membelikan satu set lengkap. Namun, masalahnya dia sendiri tidak mendapat apa-apa! "Aku dengar kamu belikan ibumu ponsel pintar? Untuk apa orang seperti ibumu pakai ponsel pintar? Dia 'kan nggak pernah sekolah, bahkan membaca beberapa huruf saja belum tentu bisa. Kamu seharusnya berikan ponsel pintar itu ke sepupumu. Dia 'kan sekarang sudah masuk SMA." "Apa hubungannya dia masuk SMA dengan ibuku? Kalau dia mau ponsel pintar, minta belikan sama Om saja! Ini barang yang aku belikan untuk ibuku, siapa pun nggak berhak mengambilnya!" Valery membalas dengan dingin. Dulu Valery tidak punya keberanian untuk berbicara seperti ini. Namun, sekarang dia punya kepercayaan diri! "Aku cuma mengatakannya demi kebaikan kalian! Nanti kalau kamu menikah, siapa yang akan jadi tuan rumah di rumah ini?" kata Erna berusaha membalas. "Kalau gitu, aku harus segera mati, ya?" Valery tidak mau kalah. "Itu 'kan sepupumu sendiri! Sebagai kakak, kenapa kamu nggak memberikan sesuatu untuknya?" Melihat Valery dan neneknya mulai bertengkar, Yassie segera melerai untuk menghindari Erna menyebarkan gosip buruk di luar yang bisa merusak reputasi putrinya. "Pokoknya, apa pun yang aku beli dengan uangku, aku akan kasih ke siapa pun yang aku mau!" Kring, kring. Ponsel Valery berbunyi. Ternyata itu kurir pengantar paket. Dia segera keluar rumah untuk menerima paket besar. "Lagi-lagi buang-buang uang! Apa lagi yang kamu beli kali ini? Baru saja pulang, sudah boros seperti ini," kata Erna dengan nada iri. Semua orang di rumah mendapatkan sesuatu, kecuali dirinya! Dia sendiri masih mengenakan pakaian yang sudah tambal sulam dan sepatu yang sudah rusak. "Bu, pakaian itu untuk nenek dan kakek!" kata Valery sambil membawa komputer ke kamarnya. "Oke! Ibu akan segera mengirimkannya ke mereka. Mereka pasti sangat senang!" Nenek dan kakek Valery dari pihak ibunya, Yassie, tinggal di desa sebelah. Kalau naik sepeda listrik, jaraknya hanya sekitar sepuluh menit. Melihat halaman rumah yang sekarang terasa kosong, Erna merasa sangat kesal. Semua orang mendapat hadiah, tetapi dia tidak! "Nenek, aku takut nanti Nenek bilang aku boros. Nenek 'kan orang yang sangat sederhana, jadi aku nggak membelikan apa-apa untuk Nenek." Wajah Erna langsung memerah karena marah. Boros? Dia itu cuma takut menghabiskan uang miliknya sendiri! Apalagi Valery bahkan membelikan sesuatu untuk nenek dan kakeknya dari pihak ibunya. Ini berarti dia sengaja tidak membelikannya apa-apa! Erna merasa makin kesal dan napasnya menjadi berat. "Alvin! Gimana cara menyalakan ponsel pintar ini?" Henry membawa ponsel barunya untuk menemui Alvin. "Wah, ponsel baru." Alvin melihat ponsel baru yang ada di tangan Henry. Itu adalah ponsel merek terkenal, Huawei, yang sepertinya harganya sekitar 4 jutaan! Saat Tahun Baru kemarin, putranya juga membelikan ponsel untuknya, tetapi hanya ponsel merek tidak terkenal seharga 2 jutaan saja. "Ini dibelikan putriku. Aku nggak mau, tapi dia memaksa membelikannya untukku! Aku menolak, dia sampai menangis. Jadi ya, aku terpaksa menerima saja." "Anak ini memang terlalu keras kepala, terlalu boros," kata Henry sambil tertawa riang. Namun, dari ekspresinya, dia sama sekali tidak tampak seperti sedang mengeluh, melainkan penuh dengan kebanggaan. Wajah Alvin langsung berubah masam. Melihat Henry yang tampak begitu gembira dan puas, dia merasa tidak senang, lalu berkata dengan senyum palsu di wajahnya, "Ini model baru, ya? Tapi aku juga nggak tahu cara pakainya. Sebaiknya cari orang lain saja untuk mengajarkannya." Dia tidak percaya kalau putri Henry yang baru saja lulus bisa menghasilkan banyak uang. Mungkin itu dibeli dengan pinjaman! "Kalau gitu, lebih baik aku pulang saja. Aku tanya ke putriku yang keras kepala itu. Dia pasti tahu!" Henry berkata dengan nada puas. Senyumnya tidak pudar sedikit pun. Alvin yang merasa kesal langsung pulang ke rumah. Awalnya, dia cukup senang karena putranya sudah membelikannya ponsel baru dan selama ini dia cukup bangga memamerkannya ke warga desa. Namun, belum lama dia menikmati momen itu, putri Henry malah membelikan ayahnya ponsel yang lebih bagus. Hal ini membuat Alvin merasa makin marah. Henry berkeliling desa sambil membawa ponsel barunya dan terus memamerkan kalau itu adalah ponsel yang dibelikan putrinya untuknya. Sementara itu, Yassie membawa barang-barang pemberian Valery, lalu langsung mengendarai sepeda listrik dengan kecepatan tinggi menuju rumah orang tuanya. Begitu tiba di rumah, dia masuk sambil tersenyum lebar dan berkata, "Ibu! Ini dua set pakaian yang dibelikan cucumu dari kota. Cepat coba, lihat apa ini pas atau nggak!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.