Pilihan yang Ditawarkan
Liora menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, menghidupkan televisi setelah mengumpati keseluruhan tempat yang ada di sini. Tidak ada satupun akses yang bisa membuatnya menghubungi keluarga atau calon suaminya.
“Bahkan, ponselku tidak dia kembalikan,” cetusnya mengerang frustrasi seraya menyugar helaian rambut panjang Liora.
Perempuan itu mendesah pelan, menatap ke sekitar kamar dan memang tidak ada telepon yang tersedia di sini. Ia sempat berpikir jika tidak sengaja ada benda yang bisa tertinggal. Tapi sepertinya Christopher telah menyusun rencananya sebaik mungkin.
“Aku tidak memiliki kesempatan keluar dari unit ini. Di luar sudah berjaga anak buah pria berengsek itu. Sedangkan aku tidak mungkin melompat dari unit ini,” ungkapnya benar-benar lelah.
Menjelang pukul tujuh malam, Liora hanya berada di unitnya saja. Tidak melakukan segala hal dengan menyenangkan melainkan penuh rasa kesal dan ingin keluar dari kungkungan pria itu.
Beberapa menit Liora menghabiskan waktu dengan menonton teve, ketukan sepatu itu membuatnya terkesiap.
Perempuan itu beranjak cepat dari atas ranjang di mana pintu kamarnya masih terbuka. Tapi gerakannya kalah cepat dengan pria tinggi yang sudah berdiri di ambang pintu. Liora menelan saliva susah payah.
Ia yang masih nyaman membalut tubuh ramping dan semampainya, kini mendapati Christopher sudah memakai setelan rapi.
“Kau tampak menangisi semuanya? Atau kau ingin berniat melompat dari unit ini?”
Senyum miring Christopher yang memperlihatkan raut bahagia, mengejek Liora semakin membuat perempuan itu mengetatkan rahangnya. Ia menatap tajam Christopher dengan kedua tangan terkepal.
Perempuan yang berpenampilan lebih santai. Membalut tubuhnya dengan tank top dan celana pendek, lalu mengurai rambut panjangnya harus mendengar kembali nada menyebalkan dari Christopher. Pria masa lalunya.
“Kembalikan ponselku!” tuntutnya mendekat, memberikan tatapan tajam.
Christopher menaikkan sebelah alisnya, menunggu Liora datang mendekatinya dengan langkah lebar.
Perempuan itu menengadahkan tangannya dan tidak segan untuk memaksa Christopher mengembalikan ponselnya. “Itu ponsel milikku! Kau tidak berhak untuk mengambilnya!”
“Dasar pencuri,” sindirnya penuh penekanan.
“Aku tidak mencurinya. Karena aku hanya menyimpannya di tempat baik, terutama dari jangkauanmu,” cetusnya menatap Liora datar dan hal itu justru semakin membuat perempuan itu mengumpati Christopher.
“Apa terlalu sulit untuk mengembalikan pada pemiliknya?”
Senyum miring itu terpatri di sana. Christopher melangkah sekali, mengikis jarak di antara mereka dan pria bertubuh atletis itu meraih lembut dagu Liora, mengajak kedua manik berbeda itu untuk bertemu. “Sangat sulit, Nona Zucca. Jika aku memberikannya padamu, maka kau akan dengan mudah menghubungi keluarga ataupun calon suami bodohmu itu.”
Liora menepis kasar tangan kekar itu. “Biarkan mereka tau dan menjemputku di sini!”
Bahu Christopher mengedik santai. “Jika mereka datang ke sini, mereka tidak akan bisa membawamu kabur. Aku memiliki banyak sekali mata-mata dan membentengimu dengan pengawalan ketat.”
“Dari kejauhan aku akan semakin puas untuk menertawai orang-orang bodoh yang menyelamatkanmu keluar dari sangkar emasku.”
“Aku akan dikurung dalam kesengsaraan! Kau telah memiliki istri, Chris! Lepaskan aku dan hidup bahagialah dengan istrimu! Kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi!” napasnya naik turun.
Liora mengungkapkan bentuk emosinya, menatap tajam Christopher dan penuh api kemarahan yang seharusnya sudah meledak sejak lama. Tapi baru beberapa kali ini ia perlihatkan karena baru bertemu kembali bersama Christopher Harcourt.
“Di antara kita, tidak ada yang mengucapkan kata putus untuk mengakhiri hubungan kita.”
“Itu karena kau pergi meninggalkanku begitu saja, bodoh!”
“Ya, silakan saja kau berkata apa pun. Karena sekarang kita sudah saling bertemu dan kau sudah tidak perlu menangis untuk kepergianku beberapa tahun ini tanpa kabar,” balasnya tersenyum miring.
Perempuan itu merasa jika Christopher terlalu mudah membuangnya. Liora sakit hati, ingin sekali mengatakan banyak hal dalam bentuk pertanyaan pada Christopher mengenai keputusan sepihak yang pria itu ambil.
Ia pergi meninggalkan Liora di saat perempuan itu sangat mencintai Christopher. Pria-nya yang sangat ia kagumi dan menjadi idaman siswi di sekolahnya. Christopher Harcourt menjadi pria idaman yang sangat dipuja oleh para perempuan dan sering membuatnya cemburu sebagai seorang kekasih.
“Aku membencimu,” ketusnya tidak terima dengan pernyataan Christopher.
“Aku bahkan sangat menantikan pertemuan kita kali ini,” balasnya tersenyum penuh arti.
Liora berdecih pelan dan berniat membalikkan tubuhnya, berkeinginan untuk duduk kembali di atas ranjangnya. Tidak peduli jika kehadiran Christopher ingin menganggunya. Tapi perempuan itu terkesiap saat Christopher mengucapkan permintaan.
“Aku akan menunggumu selama sepuluh menit untuk berganti pakaian.”
Liora berbalik, mendapati Christopher memandangnya lurus dalam sorot datar. “Aku tidak mau,” sahutnya kembali berbalik, berusaha mengabaikan Christopher sampai suara tegas itu mengunci langkahnya.
“Jika kau tidak mau, aku akan melakukan lebih dari yang semalam.”
Tubuhnya menegang.
Ia berbalik dan menatap cepat Christopher yang menyeringai sempurna. “Ranjang itu harus kita isi kembali dengan kehangatan kita, bukan? Itu terdengar lebih menarik di bandingkan malam ini aku ingin mengajakmu berkeliling Dubai,” seringainya membuat Liora menelan saliva susah payah.
“Pilihan ada di tanganmu, Nona Zucca. Aku akan mengikuti di antara dua itu dengan senang hati.”
Christopher menyeringai kecil, menatap lekat tubuh semampai yang kini menyiratkan kebingungannya. Ia tahu, Liora pasti akan memilih ajakannya untuk mengelilingi Dubai di malam hari ini.
Bahkan, perempuan itu tidak akan menikmati malam ini lagi dengan sangat indah di sini. Karena besok hari, tepat saat perempuan itu akan bangung, Liora akan mendapati dirinya tidak lagi berada di negara ini. Melainkan akan kembali ke negara yang membuat mereka pernah mengukir kenangan manis. Setidaknya ingatan Christopher masih sangat lekat mengenai cinta menggebu yang perempuan itu miliki padanya.
**