Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Kau Terlihat Menggoda

“Ivander ... Maafkan aku telah kalah pada hasratku sendiri,” lirihnya menggigit bibir bawah, merasakan gemuruh dalam dadanya membayangkan kemesraan tulus yang pria itu ciptakan bersama dirinya. Sekalipun Liora sudah beberapa kali bercinta dengan Ivander. Tapi pria itu mampu memuja Liora dengan sepenuh hatinya, bersikap layaknya kekasih sejati yang akan selalu melindunginya. Pria yang dijodohkan dengannya ketika perempuan itu berusia dua puluh tahun dan memutuskan melaksanakan pertunangan ketika usia Liora dua puluh tiga tahun. Bertepatan setelah ia menamatkan program S2-nya. ‘Aku ingin menciummu.’ ‘Hahaha ... Kenapa harus meminta izin? Lakukan saja sebagai seorang pria dewasa yang menginginkan sentuhan perempuan seusiamu. Aku bisa memuaskanmu jika kau memintanya.’ ‘Benarkah? Tapi, kau sangat berharga hanya untuk dilihat sebatas itu saja. Kau tampak lebih bersinar di bandingkan mereka yang berhubungan tanpa ketidakjelasan. Maka, ketika kau mau menerimaku sebagai tunanganmu, saat itu juga aku akan menjagamu, Felice.” Air mata Liora jatuh. Indera pendengarannya terlalu dekat hanya untuk mengilas balik percakapan mereka beberapa tahun lalu, di saat Ivander terus meyakinkan perasaan Liora. “Maafkan aku Ivander.” Sekali lagi perempuan itu menyesali semua hal yang terjadi dalam dirinya. Ini adalah bentuk pengkhianatan yang dilakukan Liora pada pria sebaik Ivander. ** “Tuan Harcourt memberikan Anda kebebasan untuk menikmati beberapa fasilitas yang ada di sini, Nona.” Liora menatap lekat perempuan yang sebelumnya mempersilkan dirinya untuk makan bersama Christopher. Ia mengerjap dan berucap, “Apa yang dia berikan padaku?” Meskipun enggan, ia tetap bertanya. Perempuan itu mendekatinya yang terduduk di kursi yang mengarah langsung ke bangunan kokoh—Burj Al Arab dan lautan yang sangat menakjubkan. Ada pemandangan indah yang sedikit mengalihkan kebenciannya hari ini. Perempuan itu menatap sekilas Liora dalam balutan dress putih selutut. Ia kemudian menunduk hormat. “Anda masih bisa menjelajahi pantai pribadi di sini.” Liora mendengkus. “Katakan pada dia, aku tidak peduli mengambil kesempatan itu jika dia masih berada di sini,” ketusnya tidak ingin mendapati Christopher mengikutinya ke mana pun. Sebenarnya Liora merasa cukup senang bisa diberikan kebebasan, sekalipun area yang diberikan masih kawasan private. Tapi, bukankah itu cukup lebih baik? Ia bosan jika harus mengambil beberapa fasilitas di ruangan mewah ini. Salah satunya bioskop pribadi. Karena semakin lama di sini, ia akan terus mengingat momen menjijikan bersama Christopher. “Tuan Harcourt sudah pergi sepuluh menit lalu, Nona.” Liora menoleh sempurna dengan manik hijau yang sedikit membeliak. “Pergi?” tanyanya mengulang, memastikan indera pendengarannya. “Ya. Tuan Harcourt mengunjungi rekan bisnisnya di Burj Khalifa dan baru pergi sepuluh menit lalu,” jelasnya yang menghadirkan oksigen baru dihirup Liora. Manik hijaunya berbinar dan ia merasakan kedua sudut bibirnya berkedut, menahan keinginan untuk tersenyum puas. Mungkin, lain waktu ia bisa memikirkan untuk melarikan dari sini. Sekarang, hal terbaik adalah menikmati momennya sendirian, bukan? “Apa aku bisa mendapatkan baju ganti?” tanyanya yang hanya sekilas menatap isi walk in closet. Bahkan, Liora memilih asal gaun yang kali pertama ia pakai. Liora membenci sikap pria itu dan bagaimana ia telah menyiapkan semuanya. Alhasil, Liora benar-benar tidak memerhatikan sekitar dengan baik. “Gaun dan juga pakaian renang bisa Anda dapatkan di sisi lain dari lemari pakaian Anda, Nona. Semua kebutuhan Anda telah disiapkan di sana,” ucapnya dan segera pamit untuk berlalu dan meninggalkan Liora sendirian. Perempuan itu mengembuskan napas lega. Ia berdiri, menyeringai puas bertepatan dengan pintu ruangannya kembali di tutup. Bagaimana pun ruangan mewah ini hanya dapat diisi oleh Christopher dan Liora. Karena anak buah dan pelayan tadi akan segera keluar setelah urusan mereka selesai di dalam. Dengan cepat Liora bergegas ke arah walk in closet. Ia melihat ke bagian lain sesuai apa yang diucapkan pelayan tersebut. Matanya berbinar mendapati beberapa potong pakaian renang dengan jenis yang bisa menjadi pilihannya. Perempuan itu mulai mengamati beberapa bikini yang akan membuat perempuan dengan tinggi 173 senti itu semakin seksi. Ia bercermin, mencocokkan kain tersebut di kulit tubuhnya. Senyumnya kian melebar. “Ini akan terlihat pantas untukku,” cetusnya pada bikini dengan berwarna merah. ** Kaki jenjang itu mulai menikmati pasir pantai yang terasa nyaman di telapak kaki; pijakannya. Ia merasa bebas berjalan sepanjang bibir pantai, memakai kacamata dan terlebih telah melapisi kulitnya dari terik panasnya siang hari. Area pantai pribadi ini membuatnya nyaman dengan jumlah pengunjung yang berada di sekitarnya tidak terlalu banyak. Sekitar lima menit berada di area pinggir pantai, ia beranjak ke kursi jemur, menikmati kenyamanan dirinya memandang keindahan Burj Al Arab, sekaligus laut yang terbentang, merilekskan penglihatannya. Liora tidak tahu, jika dari kursi jemur yang tidak tahu itu, pria bertubuh atletis dengan memakai celana pendek dan bertelanjang dada sedang memandang tubuh sempurna Liora. Lekuk tubuhnya memantik gairah, mengingat semalam ia masih jelas tahu bagaimana tubuh itu sangat menggoda. Christopher berada di sana dan menutup manik biru penuh kabut gairah dengan kacamatanya. “Sebaiknya aku melakukan spa setelah ini,” cetus Liora nyaman merebahkan tubuhnya di kursi pantai bernaung payung lebar tersebut. “Tapi aku juga ingin berenang,” lanjutnya bingung dengan private area kolam renang. Ia ingin sekali merilekskan otot tubuhnya mengingat semalam gairah di antara ia dan Christopher cukup besar. Tiba-tiba wajahnya bersemu. Liora mengerjap dan mengumpati pikirannya kembali pada percintaan panas yang keduanya lakukan. Ia yang sangat memuja tubuh Christopher. Ah, iya. Harus diakuinya jika Christopher telah tumbuh menjadi pria dewasa yang akan membuat perempuan mana pun bergairah. Secuil rasa menyerang ulu hatinya. Ia diam dengan sorot sendu. “Dia sudah sering melakukan percintaan menggairahkan dengan istrinya. Kau hanya objek fantasinya dan akan segera menjadi sampah, Liora,” desisnya menyadarkan diri sendiri. Meskipun begitu, ingatannya kembali tertarik pada masa lalu. Benar. Pria itu mengatakan jika keperawanannya diambil oleh Christopher. Pria itu bukan sebagai penjahat—seorang pemerkosa, melainkan kekasih Liora. Terutama ketika malam panas yang pernah mereka lakukan di unit apartemen Liora adalah kali pertama untuk keduanya. “Sial! Aku benar-benar mengingat kenangan buruk itu,” umpatnya tidak terima pada dirinya sendiri yang bertolak belakang pada keinginan Liora. Ia mendesah pelan dan berusaha menikmati suasana indah di sini sambil memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah ini. Berpikir dan terus memilah, akhirnya Liora memutuskan untuk berenang di kolam pribadi. Ia akan melakukan spa esok hari. Ya. Perempuan itu menganggap seolah jika dirinya akan berada di sini, tapi bukankah ini semua sudah direncanakan Christopher? Liora tidak akan pernah tahu dan tidak akan pernah menduga apa yang tengah dipersiapkan Christopher untuknya. “Sangat nyaman ...” seringainya berhasil mencelupkan kaki jenjangnya dan beralih turun sampai ia bisa menenggelamkan diri sebatas bahunya. Perempuan itu membiarkan rambutnya tergerai, berenang ke sisi lain dengan view yang tetap memperlihatkan kekokohan dari Burj Al Arab. Bersama teman-temannya Liora sudah pergi ke sana, tepat area night club. Ia juga mengunjungi Mal dan beberapa tempat menarik. Ia hanya tidak ingin merogoh uang lebih dalam hanya untuk memesan private area dan juga memilih hunian yang cukup mahal. Perempuan itu hanya berniat berlibur selama beberapa hari. Nyatanya, di sisi lain hatinya mengkhawatirkan segala hal. Dengan dada bidang dan celana renang berwarna hitam itu, Christopher menceburkan diri, tanpa menimbulkan gelombang lain yang akan membuat Liora sadar. Ia menenggelamkan diri dan tidak akan naik ke permukaan sampai ia berhasil mendapatkannya. Liora memekik. Perempuan yang berhasil memunculkan sedikit tubuhnya dan menghirup oksigen, lalu berpegangan pada sisi kolam renang harus kaget dengan sosok yang langsung mendekap erat perutnya dari belakang. “Kau terlihat menggoda, Sayang ...” Tubuh Liora bergetar. Ia selalu kalah dengan bibir panas yang sudah menyentuh leher jenjangnya, memberikan ciuman berunut—membentuk garis lurus—sampai di belakang tengkuknya. Ia berhenti di punggung putih itu. “Chris ...” Sial! Ia memanggil nama pria itu dengan desahannya ketika Christopher berhasil meremas salah satu dadanya, merangsang kembali dirinya.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.