Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Keinginan Berat Tubuh Naik

Christopher mengenggam erat ponsel Liora yang sudah ia ambil. Ia masih mengingat jelas ketika pria itu melangkah pasti ke unit Liora, melihat perempuan itu tidur pulas di atas ranjangnya. Benda yang paling penting ia ambil adalah ponsel milik perempuan itu. Kemudian ia membopong tubuh itu untuk ia bawa ke dalam mobil. Liora tidak dibopong oleh anak buahnya yang berbadan besar. Ia tidak ingin tubuh perempuan itu disentuh lelaki lain. Tapi, ia memilih berada di mobil lainnya, membiarkan Liora tersadar ketika akan sampai di sebuah unit lainnya. Ia tersenyum miring, memerhatikan terlalu banyak pesan yang tertinggal di sana dan di dominasi oleh pria bernama Ivander Isaac. “Kau tidak akan pernah mendapatkan Liora. Dia sudah menjadi istriku dan kau tidak akan pernah bisa mengambilnya lagi dariku,” ucapnya angkuh seraya menggulir terus pesan yang lebih merujuk pada kekhawatiran Ivander di bandingkan pria itu yang merasa terluka ‘Felice-nya’ pergi meninggalkannya. “Aku tidak peduli jika pada kenyataannya cintamu untuk Liora begitu besar. Tidak akan aku biarkan pria lain merebutnya, termasuk dirimu yang baru singgah sesaat. Aku jauh lebih mengenal calon istrimu yang telah kurebut kehormatannya lebih dulu.” Ada rasa bangga ketika Christopher-lah yang menjadikan Liora sebagai seorang ‘perempuan utuh’. Ia tidak akan pernah menerima lagi Liora untuk berhubungan intim dengan siapa pun. Membayangkan kejujuran perempuan itu yang mengatakan jika Liora pernah bercinta dengan Ivander, membuat darah pria itu mendidih. Rahang Christopher mengetat. Ia tidak akan pernah membiarkan Liora berbagi tubuhnya bersama pria lain. Perempuan itu hanya akan menjadi miliknya. “Itu untuk kali terakhir dan aku tidak akan pernah membiarkanmu bercinta selain dengan diriku,” tambahnya mematikan kembali ponsel Liora dan tidak memedulikan jika siapa pun mengetahui ponsel itu kembali terhubung sebelumnya. Keberadaan Liora tidak akan ia beritahu pada siapa pun. “Kau akan selamanya menjadi milikku, Liora,” desisnya menekankan ucapannya dengan memandang lurus, menatap ruang kerjanya yang terpisah dari kamar. Ia membiarkan perempuan itu sendiri sementara waktu di kamarnya setelah percintaan mereka di dalam ruang kerja perusahaannya itu sudah dilakukannya. Perempuan itu terus saja menolak, meskipun ia tahu tubuh itu tidak menampiknya. “Tubuh dan cintamu hanya untukku, Liora Felice Harcourt. Kau tidak bisa jatuh cinta pada pria lain, termasuk Ivander-mu itu,” tandasnya dengan mengepalkan tangannya. ** Liora menuruni lantai tangga menuju area pantri. Ia hanya memakai crop top berwarna abu-abu dipadukan celana pendeknya. Ia melangkah gontai menuju kulkas, mencari minuman dingin dan beberapa camilan yang bisa membuatnya kenyang dan membahagiakan diri. Ya. Perempuan itu merasa lemah dan putus asa setelah memerhatikan sekeliling Mansion ini sangat dijaga ketat. Ia sudah memerhatikan dari area balkon kamar juga rooftop, jika setiap sudut bangunan megah ini telah dijaga. Tidak ada dari mereka yang memperlihatkan tubuh lemas atau mengantuk. Liora mendesah pelan, memilih untuk duduk di lantai, tepat menghadap kulkas yang memberikan rasa sejuk dari dalam sana. “Jika dia tidak ingin membebaskanku, baiklah. Aku akan menghabiskan isi lemari esnya,” ketusnya menatap tajam deretan makanan berupa camilan, sereal, cake ataupun minuman soda lainnya. Ia tidak perlu mengkhawatirkan jika dirinya bisa kurus. Di sini ia hanya tersiksa dalam perasaannya. Melihat kemesraan mereka terlalu membuatnya benci dan merasa jijik dengan apa yang dulu ia ingat bersama Christopher. “Cukup nikmat,” sahut Liora sudah mencicip gigitan pertama dari cake yang ia makan. Tangan kanannya ia gunakan untuk mencicipi cake rasa coklat yang begitu lembut di dalam mulutnya, lalu tangan kiri perempuan itu ia gunakan untuk mengambil botol mineral dingin yang masih tertutupi segel. “Sebaiknya aku harus menjadi lebih berisi. Ya ... Jika aku menambah berat badanku sepuluh sampai lima belas kilogram, Christopher akan muak dan membuangku. Dia pasti lebih memilih perempuan cantik dengan tubuh semampainya.” “Kau memang hebat, Liora! Ini lebih baik kau lakukan dari sekarang!” serunya menyeringai puas, langsung melahap setengah dari cake yang berada di tangannya. “Idemu memang sangat pintar, Nyonya Harcourt.” Liora tidak jadi mengunyah makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Bahkan, bibirnya terbuka; melongo sempurna. Suara familier itu membuat tubuhnya menegang. Kepalanya dengan kaku menoleh ke samping, mendapati Christopher berdiri tidak jauh darinya, melipat kedua tangannya di dada dan memandangnya dengan senyum penuh arti. Perempuan itu tertegun setelah mengunyah tanpa benar cake tersebut dan masuk ke dalam tenggorokannya. “Kau ...” napasnya tercekat. Lidahnya terasa kelu dan gemuruh dalam dadanya tidak bisa membuat perempuan itu tenang mendapati kehadiran Christopher yang terlalu mendadak. Pria itu melangkah mendekat, merendahkan tubuhnya untuk berjongkok tepat di hadapan perempuan yang tidak sadar ketika beberapa noda cake itu tertinggal di permukaan bibir dan menyisakan di bagian jemari tangan kanannya. Liora menelan saliva susah payah, menganggap jika tidak ada siapa pun di sini kecuali dirinya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam di saat Liora tidak merasa kantuk sedikitpun. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Ikut mengisi perutku yang sedikit merasa lapar,” cetusnya menatap dalam manik hijau itu. Liora berdeham saat gemuruh dalam dadanya kian terasa kuat ketika manik biru itu jatuh menatap bibir dan juga dirinya yang duduk lesehan. Perempuan itu ingin lebih santai di saat rasa frustrasi terus saja mendesaknya. Tapi perempuan itu tidak tahu jika Christopher telah berada dalam satu ruangan bersamanya. “Kau makan seperti anak kecil.” Detak jantung Liora berpacu cepat saat jemari ramping itu mengusap sudut bibir kanannya dengan lembut. Di saat ia tersadar dan ingin menjauh, Christopher menahan lengan atas Liora, tidak membiarkan perempuan itu bergerak menjauh. “A-ku ... A-ku bisa mem-bersih-kannya,” gugupnya dan saat itupula Liora membeku, Christopher memajukan wajahnya dan membersihkan sudut bibir bagian kiri Liora dengan menyapukan lidahnya di sana. Tubuh Liora berdesir. Ia kaku dan tidak bisa bergerak, bahkan setelah pria itu berhasil menjauhkan wajahnya. Pria itu tersenyum penuh arti dan meraih tangan kanannya. Napas Liora tercekat saat ia tidak bisa menarik tangan kanannya, membiarkan dengan perlahan jemari tangan kanannya dikulum Christopher. Pria itu melakukannya dengan lembut, seolah mengantarkan sengatan listrik di dalam tubuhnya dan detak jantung yang semakin tidak keruan. Satu persatu hingga menemukan jemari kelingkingnya yang tidak ada noda sama sekali. “Seperti anak kecil, tapi aku sangat menyukai bagian ini, Sayang,” bisiknya meraih wajah Liora dan mendaratkan kecupan manis di bibir ranum perempuan itu. “Chris ... Apa yang kau lakukan? Menjauhlah!” seru Liora mundur dan di saat ia akan berdiri, pria itu sudah menariknya, kembali jatuh dan sudah dalam dekapan pria itu. “Kenapa kau menyuruhku menjauh? Aku tidak akan pernah pergi menjauh darimu, sekalipun kau memintanya.” Liora mengetatkan rahangnya, berusaha untuk memberontak dan tidak bisa mendapatkan celah apa pun selain mengendurkan tenaganya. Pria itu begitu kuat hanya merangkul pinggangnya. Tatapan perempuan itu begitu tajam, tapi dibalas senyum oenuh arti dari pria tampan yang kini berada satu ruangan dengannya. “Kenapa kau ingin membuat tubuhmu lebih berisi, hm?” Dalam hati Liora mengumpati pria yang ternyata sudah mendengar ucapannya sejak tadi. Ia menatapnya dengan penuh kebencian dan berucap tegas, “Agar kau menjauh karena jijik dengan tubuhku yang bisa saja lebih berat dan gemuk,” jelasnya menatap sengit Christopher yang kini tertawa kecil, meskipun tidak melepaskan rangkulannya. “Ada yang lucu dari keinginanku?!” Ia menatap tajam Christopher yang masih menyisakan tawa dalam suaranya. Pria itu mengedik santai. “Tidak ada, tapi aku sangat menyukai keinginanmu yang sekarang.” Liora terkesiap, menahan kedua telapak tangannya di dada Christopher saat pria itu membawanya merapat. “Jika kau ingin membuat tubuhmu sedikit lebih berisi atau bahkan berlebih ...” “Itu terdengar menarik dan seksi,” bisiknya tepat di depan wajah Liora dan tubuh perempuan itu merespons dengan getaran dan rona merah saat pria itu memandangnya dengan kabut gairah. “Aku bisa merasakan dan meremas kedua bagian ini dengan lebih penuh dan menggairahkan.” Liora mengumpat dalam hati bersamaan tubuhnya yang kian menegang, merasakan tangan Christopher meremas bokong dan salah satu dadanya yang masih berbalut crop top. “Benar, bukan? Bagian ini akan semakin membuatku terangsang untuk mengulum, menggigit atau bahkan meremasnya.” Liora membeliak sempurna mendengar ucapan nakal dan senyum dari pria berengsek itu. Perempuan itu tidak pernah berpikir seperti ini dan membuat Christopher bisa membalikkan keadaan. **

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.