Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Mazaya langsung pergi setelah mengobrol dengan Pak Steven. Ada stasiun kereta di dekat hotel yang membuat perjalanan menjadi mudah. Ketika Mazaya ingin berjalan ke sana, sebuah mobil sport hitam berhenti di sebelahnya. Mazaya mundur selangkah. Lalu, jendela pintu kursi depan perlahan turun. Terdengar suara yang rendah dan dingin dari dalam mobil. "Masuk ke mobil." Pria yang mengemudikan mobil itu adalah Jimmy. Mengapa Jimmy bisa ada di sana? "Kamu bahkan nggak mengenali suami barumu, Profesor Mazaya?" Jimmy menyeringai dan nada suaranya sarkastis. Jimmy tidak ingin repot-repot memikirkan apakah Mazaya sedang jual mahal. Mazaya termenung. Mazaya masuk ke mobil tanpa mengajukan pertanyaan. "Halo, Pak Jimmy," sapa Mazaya dengan sopan. Setelah itu, Mazaya memasang sabuk pengaman. Jimmy melirik Mazaya sekilas tanpa mengatakan apa-apa dan menjalankan mobil. "Pulang ke mana?" "Universitas Alkana." Mazaya memberi jawaban singkat. Mobil melaju ke depan dalam jarak yang jauh. Suasana di dalam mobil hening dan canggung. Sulit dibayangkan bahwa mereka adalah pasangan suami istri yang baru membuat surat nikah. Setelah waktu yang lama, terdengar suara Jimmy rendah dan cuek. "Profesor Mazaya, aku nggak peduli dengan masa lalumu. Meskipun kita menikah secara kontrak, aku harap kamu bisa menjaga reputasi yang baik selama masa pernikahan dan jangan terlibat dalam berita skandal." "Apakah aku bisa mengharapkan hal yang sama dari Pak Jimmy?" Mazaya menundukkan tatapannya saat menanyai Jimmy. Jimmy melirik Mazaya sekilas sembari tersenyum dingin dan menjawab, "Tentu saja." Mazaya menyeringai acuh tak acuh. Mazaya tidak memercayai Jimmy. Belum lama yang lalu, Jimmy baru saja terlibat dalam berita skandal dengan artis besar internasional. Tak lama setelah itu, ada berita skandal tentang Jimmy dan nona keluarga elite, serta dengan putri dari raja judi .... "Apakah Profesor Mazaya pernah mempelajari ilmu psikologis? Kamu sangat memahami sifat manusia." Tentu saja Mazaya bisa mendengar sindiran di balik perkataan Jimmy. Mazaya membalas dengan tenang, "Pak Jimmy juga memiliki keterampilan berbahasa yang tinggi." Jimmy bertanya dengan tatapan mata muram, "Kamu lumayan dekat dengan Nyonya Sarah. Bagaimana kalian bisa berkenalan?" Mazaya menoleh untuk melihat pemandangan di luar jendela. Sesaat kemudian, Mazaya berucap, "Bukankah Pak Jimmy sudah menyelidikiku?" Jimmy mengernyit. Sebelum Jimmy bisa berbicara, dia mendengar suara Mazaya yang tenang dan dingin lagi. "Aku tahu Pak Jimmy juga belum tentu senang dengan pernikahan ini dan mungkin terpaksa. Nggak perlu khawatir. Seperti kesepakatan dalam surat perjanjian, aku akan menyingkir tanpa syarat saat Pak Jimmy ingin menikahi wanita yang kamu sukai nanti." "Aku juga menikah dengan Pak Jimmy karena tak berdaya. Kita sama-sama nggak butuh cinta, tapi butuh pernikahan. Kenapa kita nggak bisa kerja sama untuk mencapai situasi yang saling menguntungkan? Anggaplah aku mitra kerjamu." Mazaya tidak ingin repot-repot. Mazaya ingin segera memberitahukan pikirannya pada Jimmy supaya mereka dapat bekerja sama dengan baik. "Ada banyak pria unggul di sekitar Profesor Mazaya. Kenapa harus aku?" Jimmy bertanya dengan cuek, sama sekali tidak memercayai omongan Mazaya. "Bukan harus kamu, tapi kamu yang paling cocok saat itu. Pak Jimmy sangat unggul dan berbakat. Aku nggak mungkin menikah dengan sembarangan orang demi mengatasi kesulitanku." Mazaya memberi penjelasan dengan sangat tenang. Detik berikutnya, ponsel di dalam saku Mazaya berdering. Mazaya mengeluarkan ponsel dan melihat layarnya. Mazaya bergegas menjawab panggilan telepon. "Halo? Dokter Arjun?" Dokter Arjun berujar, "Nona Mazaya, kondisi Pak Albert memburuk dengan cepat. Kami nggak bisa melakukan apa-apa. Keluarga Madius sudah menyerah untuk melakukan pengobatan. Mereka ingin Pak Albert menikmati hari-hari terakhirnya dengan tenang dan pergi secara terhormat." Mazaya menekan ujung jarinya yang ramping ke kening. Lama kemudian, Mazaya menjawab, "Aku mengerti. Terima kasih." Albert Madius sangat baik pada Mazaya. Oleh karena itu, Keluarga Madius ingin mengikat Mazaya dengan kebaikan itu dan terus memeras sesuatu dari Mazaya. Sebelum putri Keluarga Madius yang sesungguhnya ditemukan, Mazaya yang merupakan nona gadungan telah berpisah dengan Keluarga Madius. Akan tetapi, Keluarga Madius enggan mengakui fakta tersebut. Keluarga Madius selalu memandang Mazaya sebagai milik Keluarga Madius dan mengontrolnya secara paksa. Keserakahan, keirian, kedengkian, dan kegelapan. Itulah sifat manusia yang Mazaya pahami dari mereka. "Pak Jimmy, seperti yang kamu bilang, semua ini hanya bagian dari kesepakatan. Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Mazaya mengantongi ponselnya dan berbicara dengan tenang pada Jimmy. Tanpa menunggu reaksi dari Jimmy, Mazaya berkata lagi, "Turunkan aku di belokan di depan." Jimmy menoleh pada Mazaya dengan heran. "Bukankah Pak Jimmy ingin merahasiakan pernikahan kita? Mobilmu terlalu mencolok." Mazaya sungguh berpemikiran matang. Sesaat setelah itu, Jimmy memberhentikan mobil di pinggir jalan. "Terima kasih. Pak Jimmy, selamat menikah." Setelah suara yang dingin itu selesai berbicara, pintu mobil ditutup. Jimmy menyalakan sebatang rokok dan menikmatinya dengan santai. Mazaya menyeberangi jalan raya dan menghilang di ujung jalan. Selamat menikah? Apa yang bisa dia rayakan dari pernikahan itu?

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.