Bab 21
Di Vila Seine.
Kelvin mengalami trauma akibat kecelakaan itu. Dia diam saja sepanjang malam dan menolak jauh-jauh dari Isabel.
Pada akhirnya, Kalia yang mengkhawatirkan kondisi Kelvin pun bersumpah Isabel tidak kenapa-kenapa, lalu akhirnya Kelvin mau pulang bersama Cedric.
Cedric menggendong Kelvin kembali ke kamarnya untuk mandi dan menidurkan putranya. Setelah itu, suasana kamar pun menjadi sunyi. Akan tetapi, entah kenapa Cedric merasa gelisah.
Saat pertama kali bertemu Isabel, Isabel menyebutnya buta, berlidah tajam dan kasar. Pada pertemuan kedua mereka, Isabel sedang berpelukan dengan seorang pria tua dan tidak punya harga diri. Pada pertemuan ketiga mereka, Isabel sekali lagi masuk ke vila sebagai Kate.
Cedric menganggap Isabel adalah seseorang dengan kepribadian dan perilaku yang buruk, tipe orang yang main bertindak tanpa berpikir terlebih dulu.
Namun, dari insiden hari ini, dia melihat sendiri bagaimana Isabel bergegas melompat dan memeluk Kelvin untuk melindungi anak itu. Jika bukan karena Isabel, mungkin sekarang Kelvin sudah tiada. Isabel bahkan tidak peduli dengan keselamatannya dan lebih mementingkan Kelvin.
Isabel bersikap dengan berani, tegas dan terlihat jelas dia mengutamakan Kelvin. Sepertinya Isabel bukan orang licik, melainkan wanita yang baik hati dan tulus.
Apa jangan-jangan Cedric salah paham terhadap Isabel?
"Tririring ...."
Lamunan Cedric sontak terbuyarkan oleh dering ponsel.
Cedric khawatir putranya akan terbangun, jadi dia mengeluarkan ponsel itu. Ternyata yang berdering adalah ponsel Isabel yang dia simpan sementara waktu setelah Isabel terjatuh.
Nama penelepon yang muncul di layar ponsel adalah "Cium, Cinta".
Apa ini panggilan sayang untuk pria? Sepertinya dekat sekali? Kenapa rasanya menyebalkan?
Cedric pun mengernyit menatap layar ponsel itu selama tiga detik, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia bangkit berdiri dengan perlahan, lalu pergi ke kamar Isabel di seberangnya sambil membawa ponsel itu.
Isabel sedang membasuh diri di kamar mandi dengan salah satu lengan digips. Dia sontak mengernyit saat mendengar pintunya diketuk.
Siapa yang mengetuk pintu larut malam begini? Apa jangan-jangan Kelvin masih mengkhawatirkannya dan ingin menemaninya?
Isabel segera menarik handuk dan membungkus tubuhnya, lalu berlari keluar.
Cklek! Pintu pun terbuka.
Ternyata orang yang berdiri di luar adalah Cedric!
Ekspresinya tetap dingin dan bermartabat seperti biasanya, dia berdiri diam dengan jas dan sepatu kulitnya. Auranya terasa begitu mendominasi.
"Kamu ditelepon pria," ujarnya dengan nada datar.
Hah? Pria?
Isabel yang kebingungan pun mengambil ponselnya, lalu membuka riwayat panggilan. Dia pun melihat nama kontak "Cium, Cinta" di sana.
Oh, ternyata Eleya yang meneleponnya dan Cedric salah paham.
Untung saja pria itu salah paham! Tamat sudah jika pria itu tahu tentang Eleya!
"Terima kasih, terima kasih. Ini sudah malam, jadi silakan kembali dan istirahat." Isabel menutup layar ponselnya dengan sedikit rasa bersalah.
Cedric pun mengernyit.
Sudah, begitu saja? Tidak ada penjelasan apa pun? Apa benar pria yang menelepon Isabel? Apa Isabel mendesaknya untuk pergi adalah karena dia pikir Cedric menghalanginya berbicara di telepon?
Entah kenapa, Cedric merasa kesal. Sedetik kemudian, dia jadi mempertanyakan dirinya sendiri. Apa hubungannya Isabel mau menelepon siapa dengan dirinya? Untuk apa juga Cedric memedulikannya?
Cedric pun mencibir dengan dingin, lalu berbalik badan hendak pergi.
Isabel juga hendak menutup pintu untuk menjawab telepon dari Eleya di dalam kamar.
Namun, dia kurang berhati-hati. Handuknya belum terikat dengan benar karena tangannya digips sehingga Isabel sontak terjatuh!
Bruk!
Handuk Isabel terlepas dari tubuhnya.
Cedric refleks menoleh ke sumber suara, lalu melihat ....