Bab 19
Isabel juga tidak tahu apa yang dipikirkan Cedric. Begitu mobil tiba di mal, dia langsung membuka pintu dan menggendong Kelvin turun dari mobil.
Mal ini terdiri dari beberapa lantai di atas dan di bawah, semua kebutuhan ada di sini dengan penawaran menarik.
Kelvin sepertinya belum pernah ke tempat seperti ini, dia terlihat sangat bersemangat.
Isabel mengajak anak itu untuk memilih model pakaian di sebelah kiri dan merasakan perbedaan bahan pakaian di sebelah kanan. Wanita itu tampak begitu serius dan teliti.
Tentu saja mereka bertiga menjadi perhatian banyak orang, terutama para wanita yang sibuk memandangi Cedric yang tampan dan bermartabat itu.
Cedric tidak terlalu menyukai tempat seperti ini, jadi dia memerintahkan dengan suara rendah, "Jangan lama-lama."
Isabel balas menatap Cedric sambil menggelengkan kepala. "Maaf, Pak Cedric, ini nggak bisa buru-buru."
"Kulit anak-anak itu masih sensitif, jadi sebaiknya memilih pakaian dari bahan katun supaya lebih aman. Pakaian dengan tali seperti ini bisa mencekik leher anak-anak dengan mudah, jadi nggak cocok mereka pakai. Jadi, harus selektif sekali memilihnya. Kalau memang Pak Cedric nggak mau menunggu, silakan pergi. Aku bisa menjaga Kelvin dengan baik."
Sialan. Isabel ini sedang mengusirnya atau berharap dia akan pergi?
Cedric tidak mengacuhkan Isabel, ekspresinya terlihat dingin.
Isabel pun lanjut memilih. Dia menghabiskan seharian untuk memilih 30 set pakaian yang akhirnya membuatnya puas.
Saat Isabel hendak mengajak Kelvin pergi, seorang wanita dengan riasan tebal tiba-tiba menabraknya.
Kelvin yang tidak sigap pun langsung terdorong dan membentur pagar.
Pagar kaca itu langsung pecah, tubuh Kelvin pun terjun bebas ke bawah.
"Oh! Ah!"
"Astaga!"
Jatuh dari lantai dua dengan ketinggian enam meter seperti ini pasti akan berujung kematian!
Orang-orang yang menyaksikan insiden ini sontak memekik dengan kaget dan takut.
Cedric yang hendak membayar pun refleks menoleh ke sumber suara dan secara kebetulan melihat tubuh Kelvin terjun bebas. Ekspresinya langsung berubah. "Kelvin!"
Dia bergegas berlari mendekat.
Namun, Isabel yang berdiri sangat dekat dengan Kelvin sudah pulih dari keterkejutannya. Dia langsung melompat turun sambil memeluk Kelvin.
Mereka berdua terjun bebas di hadapan semua orang!
"Ah!" Orang-orang menjerit lebih kencang.
Dua detik kemudian .... Bruk!
Lantai atas dan bawah mal sontak menjadi ricuh.
Cedric sama sekali tidak menyangka Isabel akan bergegas melindungi Kelvin seperti itu. Dia tertegun sejenak, lalu akhirnya tersadar dan segera berbalik badan untuk turun.
Semua orang sudah mengerubungi aula yang luas itu.
Isabel dan Kelvin mendarat di atas sebuah istana balon. Terlihat jelas posisi Isabel-lah yang di bawah.
"Untung saja ada istana balon ini, kalau nggak mereka pasti sudah mati."
"Ibu itu hebat sekali, dia langsung sigap melompat turun demi melindungi anaknya."
"Apa mereka baik-baik saja?"
Cedric mendorong kerumunan dan melangkah mendekat. Dia segera melirik Kelvin untuk memastikan bahwa putranya baik-baik saja, lalu matanya tertuju pada Isabel yang berada di bawah Kelvin.
Wajahnya terlihat pucat dan alisnya mengernyit, dia pasti merasa kesakitan.
"Bagaimana kondisimu?" tanya Cedric.
Isabel merasa bagian dalam tubuhnya sakit, tetapi dia tidak mengacuhkannya dan menatap Kelvin dalam pelukannya. "Kelvin, kamu nggak apa-apa? Kamu terluka nggak?"
Ya ampun, Isabel masih saja mementingkan Kelvin!
Entah kenapa, hati Cedric jadi tergerak. Dia memeluk Kelvin dan berkata dengan sorot tatapan yang tajam, "Dia baik-baik saja, jadi kamu baring saja dulu."
Setelah itu, Cedric mengeluarkan ponselnya dan menelepon Kalia, "Cepatlah ke Mal Galaksi."
Kalia kebetulan sedang berada di rumah sakit terdekat, dia langsung menuju lokasi kejadian setelah mendengar situasinya. "Kelvin, kamu jatuh? Bagaimana kondisimu? Ayo sini, biar Paman Kalia periksa."
Sebagai putra kesayangan Cedric dan pewaris Keluarga Jeron, Kelvin tidak boleh sampai kenapa-kenapa.
Akan tetapi ....
"Kelvin nggak apa-apa, kamu periksa Isabel saja." Untuk pertama kalinya, Cedric tidak mengutamakan Kelvin dan malah menyuruh Kalia untuk memeriksa Isabel terlebih dahulu.
Tentu saja Kalia merasa sangat kaget. Sejak kapan Cedric jadi peduli pada orang lain?