Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

Yunara teringat satu kalimat. Wanita yang tidak tegas, posisinya tidak akan kuat. Yunara memperlakukan keluarga Henderson seperti keluarganya sendiri dengan memberi segalanya pada mereka. Namun, balasan apa yang dia peroleh? Sandra diundang ke rumah untuk membuatnya kesal. Dia sering kali diolok-olok dan direndahkan di setiap kesempatan. Karena itu, Yunara tidak lagi menganggap mereka keluarga. Jina menghinanya dengan bilang bahwa dirinya menggonggong bak anjing dan dia balas menghina Jina seperti gundukan kotoran. Balasan itu benar-benar setimpal. Setelah Yunara mengucapkan kata-kata itu, pelayan yang berdiri di samping langsung paham. Orang yang mudah tertawa langsung menundukkan kepala dan menggigit bibir bawah kencang-kencang agar tidak tertawa terbahak-bahak. Beberapa orang terlambat beraksi hingga mereka menundukkan kepala dan berusaha keras untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Awalnya, Jina tidak paham. Namun, saat dia mendengar para pelayan menahan tawa, dia sadar bahwa Yunara memakinya. Yunara mengibaratkan dirinya seperti gundukan kotoran. Jina langsung marah, menunjuk hidung Yunara dan mengumpat, "Yunara, kamu wanita jalang! Berani menghinaku macam gundukan kotoran. Aku akan membunuhmu!" Jina murka, lalu melepas tangan Wela seraya berlari cepat ke arah Yunara. Dia mengangkat tangannya untuk memukul Yunara. Yunara sudah mempersiapkan diri, sehingga dia cekatan menahan pergelangan tangan Jina. Tamparan itu tak mengenai wajahnya. Tangan kanan Jina dicengkeram hingga tidak bisa bergerak. Dia kembali mengangkat tangan kirinya dan ingin memukul wajah Yunara lagi. Yunara tak memberi celah karena kedua tangannya memegangi pergelangan tangan Jina sedikit kencang. Jina merasa sakit hingga wajahnya menjadi pucat, tak bisa melontarkan makian lagi. "Yunara, aku hanya bilang dua kalimat, lho. Perlukah kamu sampai berbuat begini? Dasar wanita beracun!" Yunara tidak melepaskan cengkeraman dan tidak bicara. Sorot matanya garang dan menatap Jina dengan tajam. Dia sudah lima tahun menikah dan masuk dalam silsilah keluarga Henderson. Artinya, Jina Henderson telah merundungnya selama lima tahun. Dia berbuat seperti hari ini supaya Jina tahu bahwa Yunara bukan domba kecil yang bisa diintimidasi oleh siapa pun! Wela merasa lega melihat anak gadisnya tidak dipukul. Dia menatap Yunara dengan tajam diiring perasaan tidak senang. "Yunara, maksudmu apa? Jina hanya bilang beberapa kata soal kamu. Memangnya kamu seorang putri? Nggak boleh ada yang mengkritikmu?" 'Yunara yang menjengkelkan ini makin menjadi-jadi karena dirinya didukung Kakek Jordan.' 'Berani menentang Jina, berarti Yunara melawan Wela!' 'Apa pun yang terjadi, sikap angkuh wanita itu harus diruntuhkan!' Sebelumnya, Yunara menghormati ibu mertuanya sebagai seorang yang lebih tua dan benar-benar memilih untuk mengalah. Lagi pula ... Wanita ini adalah ibu Yoel. Ketika dia mencintai seseorang, berarti harus mencintai keluarganya juga. Dia harus menghormati, menghargai, dan berbakti kepada ibu mertuanya sebagaimana baktinya pada sang ibu kandung. Namun, Yunara tidak ingin mengalah lagi hari ini. Matanya menatap Wela dengan tajam. "Apa Jina hanya bicara beberapa kata? Banyak orang di sini yang menyaksikan kalau dia yang pertama kali menghinaku sebelum aku membalasnya. Kenapa? Hanya kalian yang boleh menghina orang lain? Orang lain nggak boleh balas?" "Nyonya, beginilah kehidupan pelayan! Dia memanggil siapa pun yang ditemuinya sebagai putri!" Yunara naik pitam. Siapa pun yang menyerang akan dia hadapi. Dia tidak menaruh sedikit pun rasa hormat pada ibu dan anak gadisnya ini. Kecaman Yunara membuat Wela tidak bisa berkata-kata. Jina sangat sakit hati hingga tak bisa bicara. Dia menatap Yunara penuh harap agar wanita itu bisa melepaskannya. Bisakah ... Yunara benar-benar mengabaikan tatapannya yang penuh harap. Sorot matanya jatuh pada Jordan. Wajahnya dihiasi senyuman tipis seraya berkata, "Kakek, seperti yang Kakek bilang, Jina memang nggak tahu aturan. Dia mesti diajari dengan baik. Kuil leluhur kurang pas untuknya, lebih baik dia salin Kitab Kehidupan Tak Terbatas. Nyonya Wela akan segera ulang tahun, 'kan? Cocok untuk memberkati Nyonya Wela." Mengurung Jina di kuil membuatnya akan berlutut semalam tanpa makan dan minum saja. Wela sangat sayang pada putrinya. Bagaimana mungkin Wela membiarkannya berlutut sepanjang malam tanpa makan dan minum? Wela pasti akan mencari berbagai cara untuk membebaskan putri kesayangannya dari hukuman atau diam-diam memberi makanan dan minuman kepada putri kesayangannya itu. Kalau begitu, bukankah hukuman Jina terlalu ringan? Sementara itu, jika dihukum menyalin kitab suci, Jina benar-benar harus menulisnya. Selain itu ... Sekalipun dia mendapat banyak bantuan, perbedaan tulisan bisa diketahui hanya dengan melihat sekilas. Jordan sangat senang dengan usulan ini. Dia melirik Yunara yang memberi isyarat setuju, lalu berkata kepada Chris, "Yunara benar! Lihatlah bagaimana kalian memanjakan Jina sampai seperti ini?" "Biarkan dia menyalin Kitab Kehidupan Tak Terbatas supaya bisa menenangkan pikirannya serta mendoakan orang tua. Itu bagus." Chris merasa jika ini semua adalah hal-hal sepele dan tidak perlu membuat ayahnya marah karena hal sesepele ini. Dia menjawab dengan cepat, "Baiklah!" Wela masih ingin memohon belas kasihan untuk putrinya. "Ayah, ini ..." Kakek Jordan dengan tegas berkata, "Cukup! Bawa Jina untuk menyalin Kitab Kehidupan Tak Terbatas!" "Salinlah dengan baik dalam waktu seminggu. Kalau sudah beres, tunjukkan padaku! Jika kamu berani berbuat curang atau menipu, jangan salahkan aku yang akan memberi hukuman keluarga yang lebih tegas!" Jina langsung dibawa pergi pengurus keluarga Henderson tanpa sempat membela diri. Sepanjang percakapan ini, Yoel hanya diam dan memperhatikan dengan sorot mata dingin. Akan tetapi ... Tatapannya terhadap Yunara menjadi lebih tajam. Wanita ini memang terlihat sangat berbeda. Setelah kekacauan mereda, Kakek Jordan duduk kembali dengan di kursi utama tanpa selera untuk makan. Dia menggandeng tangan Samudra. "Kalian makan saja, aku mau bawa Samudra main sebentar," jelasnya. Orang tua dan anak kecil itu pergi berjalan-jalan di luar. Dengan rasa hormat, Chris mengawasi ayahnya keluar dari ruang makan, lalu melihat Yoel tengah duduk tenang di sana yang makan dengan santainya. "Menurutmu, keluarga ini nggak cukup berantakan?" Chris tidak setuju Yoel mengundang Sandra untuk makan malam. Makan malam yang baik-baik saja menjadi kacau balau dan nyaris membuat ayahnya mengalami serangan jantung. Perihal ini tidak meninggalkan sedikit pun kesan baik wanita itu, Sandra, untuknya. "Yoel, kamu sudah menikah sekarang. Keluarga yang harmonis akan menguntungkan harga saham keluarga Henderson." "Kalau kamu nggak bisa menangani masalah emosional, akan susah buatku menyerahkan Grup Henderson ke tanganmu." Begitukah cara anakku menangani urusan? Mengajak wanita selingkuhannya dan sang istri duduk di meja yang sama, lalu terang-terangan membiarkan si wanita selingkuhan hadir di pesta keluarga Henderson. Anak laki-lakinya ini makin tertegun! Sandra melihat orang yang dia sukai tengah disalahkan, membuat dia segera membela Yoel, "Oh, bukan begitu. Ini bukan salah Yoel. Kalau Om ingin menyalahkan, salahkan aku saja!" "Aku nggak bisa melepas Yoel. Jadi, aku datang ke rumahnya untuk lihat-lihat. Nggak terasa sudah malam dan nggak disangka juga kalau Tante Wela mengajakku makan malam. Aku yang terima ajakannya dan harusnya aku nggak terima ajakan itu." Sambil berbicara, Sandra bangkit dan membungkuk berulang kali pada Chris. "Om Chris, maafkan aku! Semua salahku. Aku telah merepotkan Om. Aku nggak akan datang lagi ke rumah ini kelak." Setelah bicara, dia menangkup wajahnya dan berlari keluar. Melihat orang yang dia cintai pergi sambil menangis, Yoel segera bangkit dan mengejar Sandra. Chris dibuat marah oleh tindakan anaknya ini hingga berteriak keras pada anaknya yang pergi. "Yoel, sampai berani melangkah keluar dari pintu rumah hari ini, jangan salahkan kalau aku nggak mengakuimu sebagai anak!" Orang yang diajak bicara tampaknya tak menghiraukan dan tetap menyusul Sandra. Yoel menghilang dengan cepat dari pandangan orang banyak. Yunara duduk di kursinya, melihat pria itu berlalu secepat angin. Matanya tampak sangat kelam.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.