Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 11

Jina Henderson adalah putri bungsu keluarga Henderson yang sangat dimanja oleh Yoel karena sangat menyayanginya. Karena itu, sifatnya menjadi begitu manja. Apa pun atau siapa pun yang tidak Jina sukai harus disingkirkan. Jina langsung mengomel bila ada hal kecil yang tak sesuai dengan keinginannya Jika tidak dipenuhi, dia akan mengamuk dan membanting segala macam barang. Barang-barang di kamarnya sering rusak dan harus diganti setiap dua minggu sekali. Ketika Sandra bertamu hari ini, dia terus saja menjelek-jelekkan Yunara agar Sandra senang. Begitu Yunara tiba, dia langsung menghina dan mengejek Yunara di depan Sandra. Karena ingin terlihat di hadapan Sandra, Jina sengaja mengajaknya makan malam, kemudian menggunakan kesempatan itu untuk mempermalukan Yunara dan membuat Sandra tertawa. Namun, ... Entah mengapa, Kakek dan Ayah justru membela Yunara si wanita jalang itu, bahkan memaksanya untuk berlutut di kuil. Jina langsung keberatan dan menunjuk-nunjuk Yunara. Selain itu, Jina menuding sang ayah dan kakeknya karena telah menyalahkan dirinya demi orang lain. Jordan, yang baru merasa lega, mulai terengah-engah. Tangannya menunjuk ke arah Jina dan tangan lainnya menutupi dada, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk beberapa saat. Yunara takut kejadian ini memengaruhi kesehatan Kakek Jordan. Dia buru-buru menyambangi sisi Kakek, sibuk memijit dan menekan titik-titik tertentu. "Kakek, sekarang harus tenang, ya. Jangan marah lagi." "Tolong, tetap tenang demi Samudra yang sangat lucu." Yunara tidak menyukai Jina, tetapi di rumah ini ada Kakek Jordan yang benar-benar peduli padanya dan sangat melindungi. Dia harap, Kakek Jordan senantiasa sehat. Melihat Jina masih saja menyulut emosi kakek Jordan, Yunara menatapnya dengan sorot mata tajam. "Ini sudah jam berapa, kamu masih saja menyulut emosi Kakek?" "Kalau sampai ada apa-apa sama Kakek, jangan pikir kamu akan lolos begitu saja!" Di keluarga Henderson, Yunara selalu diam dan sungkan berbicara keras-keras. Dia lebih sering diam, bagai bayangan tidak penting. Inilah kali pertama Yunara bicara setegas itu. Tatapannya bagai elang di langit yang tengah mengincar mangsa, bahkan tajamnya serasa menghujam hati. Tatapan itu membuat jantung Jina berdebar. Jina belum pernah melihat sisi galak Yunara sebelumnya. Hanya ditatap seperti itu sudah membuat bulu kuduknya meremang. Jina dikejutkan oleh tatapan Yunara, membuatnya hanya bisa berdiri mematung di tempat tanpa bicara sejenak. Untungnya, Kakek Jordan sudah mulai lebih baik. Napasnya pun sudah lebih lancar. Kakek Jordan menggenggam erat tangan Yunara, lalu menghela napasnya dengan berat. "Yunara, Kakek masih mengandalkan kamu waktu kritis begini." "Kakek mau berterima kasih padamu dengan yang kamu lakukan barusan. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku benar-benar akan dibunuh oleh makhluk kecil ini." Jordan sudah pulih seperti semula sebelum menatap Chris dengan tegas. "Kalau semua anak keluarga Henderson seperti dia, apakah menurutmu keluarga Henderson masih punya masa depan?" tanyanya. Chris melihat kekecewaan dari tatapan ayahnya, lalu bergegas menghampiri dan menarik Jina keluar. "Pergi berlutut di kuil!" Jina langsung menatap Wela. "Mama, tolong aku!" pintanya. Baru saja Wela berniat memohon belas kasih untuk putrinya, Sandra langsung berlutut di hadapan Jordan. "Kakek, semua salahku. Jina hanya membelaku. Semuanya kesalahanku, bukan kesalahan Jina. Kalau Kakek ingin menghukum, hukumlah aku." "Jina melawan Kakek, tapi Jina masih muda dan nggak paham apa-apa. Kakek adalah sosok orang tua yang bijaksana. Jadi, jangan tersinggung karena dia dan hukum aku saja." Rasa sakit hati tampak di wajah Yoel yang tampan ketika melihat Sandra berlutut memohon kepada kakeknya. Yoel langsung mendatangi sisi Sandra, kemudian mengangkat dan memeluk wanita itu. "Sandra, apa yang kamu lakukan? Yang harus menerima hukuman bukan kamu!" Kemejanya yang rapi berganti kusut hingga dasinya melenceng. Namun, pria itu tidak peduli. Sepasang matanya yang penuh cinta menatap Sandra lekat-lekat. Meskipun dibantu untuk berdiri, Sandra tetap bersikeras ingin berlutut. "Yoel, masalah ini karena aku. Jangan salahkan Jina." Untungnya, tubuh Yoel kuat untuk menopang tubuh Sandra yang lunglai. "Sandra, jangan begitu. Kondisimu lagi kurang baik." Menyaksikan Sandra berlutut di hadapan sang kakek untuk membelanya, Jina langsung berteriak dengan panik, "Kakek, jangan salahkan Kakak Sandra. Aku nggak akan mengucap kata-kata kotor lagi. Jangan salahkan dia!" "Ayah, lepaskan aku. Aku nggak akan bicara apa-apa lagi asalkan Ayah nggak menghukum Kakak Sandra." Wela segera merebut putrinya dari tangan Chris, lalu melindungi Jina di belakang punggungnya. Matanya menyiratkan rasa kesal saat menatap Yunara yang tengah menopang Kakek Jordan. "Yunara, puas kamu sekarang? Sudah tercapai keinginanmu, tuh!" Tatapan tajam Yoel pun turut jatuh kepada Yunara. Sorot mata pria itu setajam pisau yang mengiris hatinya perlahan. Tatapan tersebut membuat hati Yunara sangat sakit. Yunara tidak tinggal diam. Dia menarik napas dalam-dalam sambil mengumpulkan keberanian. Mata jernihnya menatap Yoel dengan tenang. "Nyonya Wela pasti bercanda. Mana mungkin aku puas dengan sesuatu yang nggak ada hasilnya seperti ini?" Yunara menahan semua tatapan sinis dan ejekan semua orang di keluarga Henderson selama ini karena dia mencintai Yoel dan mencintai keluarga Henderson. Tidak pernah melawan. Akan tetapi ... Ketika dia menuliskan namanya dalam perjanjian perceraian, dia memutuskan untuk tidak mencintai Yoel kembali dan tidak perlu lagi menuruti keluarga ini. Suara Yunara terdengar jelas oleh semua orang yang ada di situ. Lantas, Yunara menampilkan senyum simpul seraya melemparkan tatapan menantang ke arah Sandra yang dibela Yoel. "Nona Sandra cuma orang luar, apakah berhak ikut campur dalam urusan keluarga Henderson?" "Jina tubuhnya bongsor, tapi pikirannya dangkal. Nggak mungkin dia bisa terpikir untuk bicara seperti tadi. Kamu yang mengajari, 'kan?" Yunara bicara dengan suara yang tak terlalu keras, tetapi terdengar jelas, membuat semua orang di tempat itu terdiam. Terutama Sandra. Rencana busuknya langsung dibongkar Yunara, seakan-akan dia tengah dipermalukan di depan banyak orang. Sandra pun langsung menjelaskan pada Yoel karena khawatir pria itu menaruh pikiran buruk soal dirinya. "Yoel, bukan begitu. Aku nggak mau ikut campur urusan keluarga Henderson. Yunara cuma asal bicara! Aku dan Jina sangat dekat seperti saudara. Mana mungkin aku mengajarinya bicara begitu?" Yoel memegang tangannya kembali seraya melempar senyum penghiburan ke arahnya. "Aku percaya padamu!" serunya. Seruan singkat itu Yoel lontarkan guna menenangkan hati Sandra yang gelisah. Wanita itu terbatuk-batuk sebelum membenamkan dirinya dalam pelukan Yoel. Yunara melihat seluruh kejadian itu dengan jelas. Hatinya seketika hancur berkeping-keping, tak mungkin bisa utuh kembali seperti sediakala. Namun, dia makin yakin bahwa perceraian adalah pilihan paling tepat. Jina berteriak, "Yunara, kenapa kamu menggonggong terus seperti anjing? Aku nggak akan membiarkanmu menghina Kak Sandra! Kak Sandra nggak akan melakukan hal begitu! Lekas hentikan gonggonganmu!'" Bahkan, Jina berniat mengangkat tangan dan memukul Yunara. Jina pasti sudah menghambur ke arah Yunara jika tidak ditahan oleh Wela. Yunara menatap Jina penuh makna seraya melengkungkan sudut bibirnya. "Ini kali pertama kamu menunjukkan perilakumu yang mirip gundukan kotoran. Aku jadi bersemangat."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.