Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4 Salah Orang

Harga tersebut setara dengan perancang ternama internasional, jelas terlalu mahal. Namun dari segi desain, gaun ini memang tidak kalah dengan merek ternama manapun. Gaun pengantin ini konon sudah didesain tiga tahun lebih dan tetap terlihat memukau. Gaston melirik Maura tanpa ekspresi. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu berkata dengan santai, "Selama kamu menyukainya, maka beli saja." Dia menyerahkan kartu itu kepada pramuniaga dengan santai. "Gesek saja, nggak ada kata sandinya." Lula dengan penuh semangat memeluk Gaston erat-erat. "Gaston, aku sangat mencintaimu!" Maura membuang muka, dia merasa sangat tertekan. Benar saja, delapan belas miliar lebih itu tidak seberapa bagi Gaston. Selama Lula menginginkannya, dia akan memberikannya tanpa ragu. Maura mengangguk, lalu memberi isyarat kepada asisten di sampingnya untuk menggesek kartunya. Asisten itu tidak menerima, dia menatap Maura dengan cemas. Bagaimana gaun ini boleh dijual? Gaun ini dirancang Maura untuk dirinya sendiri. Bohong jika mengatakan bahwa Maura rela, tetapi mereka akan bercerai, tidak akan ada lagi pernikahan. Jadi apa gunanya Maura menyimpannya? Dia terkekeh sambil berkata, "Bukankah Bos Monica pernah bilang? Bodoh kalau kita menolak bisnis yang datang." Terlebih lagi, gaun ini bisa dijual dengan harga tinggi kepada Gaston. Asisten dengan enggan mengambil kartu itu untuk menggeseknya. Maura sendiri yang memindahkan tangga, lalu menurunkan gaun pengantin dari lemari pajangan. Ketika tiba waktunya untuk mencobanya, Lula menunjuk ke arah Maura. "Kamu saja yang membantuku memakainya, nggak perlu orang lain." Maura melirik ke arah Gaston tanpa sadar. Membiarkan istri yang belum diceraikan membantu calon istri memakai gaun pengantin? Gaston bodoh bila membiarkan .... Sebelum Maura menyelesaikan pikirannya, dia mendengar Gaston berkata, "Bantulah dia." Gaston berdiri di bawah cahaya lampu sorot dengan tangan di saku. Separuh pakaiannya cerah, separuhnya lagi di bawah bayang-bayang. Dia tampak makin tinggi. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak mudah untuk didekati. Maura mendengus dalam hatinya, lalu tersenyum penuh arti. "Nggak masalah, ini sudah merupakan pekerjaanku." Membantu Lula mencoba gaun pengantin maupun serah terima dalam pernikahan. Gaston memandang Maura dengan dingin. Maura menafsirkan ekspresi pria itu sebagai peringatan. Dia memberi isyarat kepada Gaston sambil memegang gaun pengantin dan tersenyum profesional. "Jangan khawatir, aku akan membantu istrimu dengan baik." ... Ruang ganti pakaian M&M sangat luas, lebih dari cukup untuk dua orang. Maura mengganti gaun pengantin Lula tanpa mengubah ekspresinya. Gaun pengantin tersebut dibuat sesuai dengan ukuran Maura. Meski tubuh Lula sudah bagus, dia tetap saja sulit untuk mengenakannya, terutama di bagian pinggang. Dia mencoba sekuat tenaga, tetapi ritsletingnya tetap tidak bisa ditarik. Setelah mencobanya beberapa kali, mereka sedikit berkeringat. Maura tidak punya pilihan selain keluar untuk mengambil gunting. Dia setengah berlutut di belakang Lula, kemudian melepaskan beberapa kunci di pinggang gaun pengantinnya sehingga bisa menutup ritsletingnya. Lula menurunkan tubuhnya untuk menyesuaikan ujung roknya untuk mengusir suasana canggung. "Nanti ganti ukurannya saja." Lula memandang dirinya di cermin. Bagian atas gaun pengantin lebih cantik dan indah daripada gaun yang di etalase. Dia bak peri karena gaun ini. Lula menatap Maura yang sibuk di depannya. "Sudah berapa lama kamu mengenal suamiku?" Maura terdiam sejenak. Dia menegakkan tubuh, mengangkat alisnya lalu berkata, "Dia sudah bilang kalau dia salah orang." Lula memandang Maura di cermin, ekspresinya tampak santai. "Benar juga. Dia begitu sibuk setiap hari, bagaimana dia punya waktu untuk mengenal pramuniaga sepertimu?" Maura hanya tersenyum. Lula melanjutkan omongannya. "Cukup sulit bekerja di sini, bukan? Apakah di sini pakai sistem komisi?" Maura merapikan bagian pinggang Lula sembari berkata dengan santai, "Masih oke, aku nggak mendapat komisi apa pun." "Oh, kalau begitu kamu ini manajer toko?" Mata Lula berbinar seketika. Maura berpikir sejenak sebelum menjawab, "Bisa dibilang begitu." Dia dan Monica bertanggung jawab atas toko ini sehingga dia bisa disebut sebagai manajer toko. Lula membungkuk untuk mengeluarkan kartu nama dari tasnya. Kemudian dia berkata dengan menggoda, "Suamiku sangat menyukai desain Jill dan akan memesan jangka panjang untukku, tapi aku ingin desain Jill yang disesuaikan. Kalau bisa, tolong sampaikan. Suamiku adalah CEO Grup Abalos. Uang bukan masalah. Aku bisa memberimu imbalannya." Maura merasa ironis. Gaston menyukai desainnya? Kalau begitu tahukah Gaston bahwa desainer yang ingin dia cari untuk Lula adalah istri yang telah bersamanya selama tiga tahun? Maura tidak menerima kartu nama yang diberikan Lula kepadanya. Dia berkata dengan nada dingin, "Suamimu begitu hebat, dia seharusnya bisa menghubungi Jill sendiri. Sebaiknya kamu meminta suamimu saja." Lula tidak menyangka akan ditolak. Dia langsung marah. Dia menarik kembali kartu nama itu, kemudian berujar, "Memang benar, aku lupa kalau orang selevelmu seharusnya nggak bisa bertemu desainer ternama seperti Jill." Setelah selesai berbicara, Lula mendorong Maura menjauh, kemudian keluar dari ruang ganti. Ketika dia bertemu dengan Gaston yang berjalan mendekat, Lula langsung berubah menjadi kelinci kecil yang ditindas. Dia berujar dengan sedih, "Gaston, tolong gantikan pramuniaganya. Sikapnya sangat buruk."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.