Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3 Mau yang Ini

Maura segera berkata, "Tunggu sebentar, aku akan segera turun." Dia memakai riasan tipis secepat mungkin untuk menutupi lingkaran hitam di bawah matanya, lalu berganti pakaian sebelum turun ke bawah dengan sepatu hak tinggi. Melihat dua sosok familier di sofa aula dari kejauhan, langkah Maura terhenti, senyuman di bibirnya menghilang seketika. Sudah terlambat baginya untuk pergi. Melihat Maura, Gaston segera mengerutkan kening. Dia tiba-tiba berdiri, melangkah maju, meraih lengan Maura, kemudian menariknya. "Bagus, Maura! Kamu membuntuti kami sampai ke sini!" Maura mengerutkan bibir dan keningnya. Mereka akan bercerai, jadi dia tidak menjelaskan walau Gaston salah paham. Dia melepaskan tangan Gaston, lalu berkata sambil tersenyum sopan, "Pak Gaston, aku sedang bekerja. Tolong jaga sikapmu." Gaston mengerutkan kening dengan sinis bercampur ketidaksabaran. "Apakah kamu kekurangan uang hingga butuh menjadi pramuniaga?" Maura tertawa sinis. Maura tidak pernah menyembunyikan dari Gaston bahwa dia bisa merancang pakaian. Jika Gaston peduli padanya, dia akan menemukan desain yang biasanya digambar Maura. Akan tetapi karena tidak mencintai Maura, dia tidak pernah memikirkannya sedikit pun. Gaston bahkan berpikir jika Maura hanya bisa menjadi pramuniaga begitu pergi darinya. "Kita sudah bercerai. Bukan urusanmu walau aku menjadi pramuniaga. Apakah kamu nggak takut Nona Lula salah paham melihat tingkatmu sekarang?" Mereka telah menikah secara rahasia selama tiga tahun. Lula mungkin tidak tahu siapa Maura. Gaston menangkap poin pentingnya, lalu dia bertanya dengan raut dingin, "Cerai apa? Omong kosong apa yang kamu bicarakan?" Maura menatapnya sekilas. Malam itu dia fokus pada Lula sehingga dia mungkin tidak mendengar apa yang dikatakan Maura. Biasanya, Gaston tidak pulang ke "rumah", jadi wajar saja dia tidak melihat surat perceraian itu. Namun, Maura lalai. Dia melepaskan diri dari tangan Gaston dan berusaha untuk tetap tenang. "Bukan apa-apa. Surat perceraian akan dikirim ke perusahaanmu besok. Ingatlah untuk menandatanganinya!" Gaston ingin bertanya lebih banyak, tetapi dia melihat Lula berlari ke arahnya, kemudian memperlihatkan lesung pipinya yang manis. "Ada apa, Gaston?" Gaston segera mengubah ucapan yang akan dia lontarkan. "Nggak apa-apa, kenapa kamu ke sini?" Lula bersandar pada Gaston, kemudian dia berkata dengan lembut, "Kamu nggak keluar-keluar, jadi aku datang. Apakah kamu mengenal pramuniaga ini?" Suara Gaston terdengar dingin. Dia menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku salah orang." Mereka telah menikah selama tiga tahun, tetapi Maura bak orang asing bagi Gaston. Maura mencibir, tetapi dia terlalu malas untuk menghadapi Gaston lagi. Saat dia hendak pergi, Lula membawa Gaston berjalan mendekat, kemudian berujar, "Salah orang juga jodoh. Kami akan memberimu pekerjaan." "Bisakah kamu menunjukkan kepada kami gaun pengantin yang dirancang oleh Jill?" Meskipun Maura sudah memutuskan untuk melupakan cintanya, dia tetap tertegun di tempat. Apakah Gaston begitu tidak sabar? Mereka belum bercerai, tetapi Gaston sudah mau menikahi Lula? Gaun pengantin yang disebutkan Lula adalah satu-satunya yang dirancang Jill dalam beberapa tahun terakhir. Gaun itu masih digantung di posisi paling mencolok di toko M&M. Harga yang tertera sangat tinggi, semua orang mengerti bahwa gaun ini tidak untuk dijual. Gaun itu dibuat oleh Maura, jahitan demi jahitan, atas janji yang tidak akan ditepati Gaston. Setelah ragu-ragu sejenak, Maura membawa mereka berdua ke depan gaun pengantin itu. Melihat ekspresi terkejut dan gembira Lula, Maura mundur beberapa langkah. Ekspresi wajahnya perlahan meredup. Lula dengan bersemangat menunjuk gaun pengantin di etalase. "Aku mau gaun ini!" Gaston mengangguk tanpa ekspresi. "Boleh, cobalah." Asisten yang berjalan di samping mereka dengan hati-hati mengingatkan, "Pak, gaun ini nggak dijual ...." Sebelum dia selesai berbicara, Maura menyelanya, "Dijual, tapi harganya agak mahal. Delapan belas miliar tujuh ratus juta." Begitu mendengar harganya, Lula agak ragu.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.