Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Mau Bicara Apa?

"Val mana?" tanya Susan pada Marni, asisten rumah tangganya. "Belum pulang, Nyonya." "Belum pulang? Ini udah hampir jam empat sore lho." Susan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Mana sopir yang biasanya jemput Val? Coba panggil," perintahnya pada Marni yang segera berlarian keluar rumah untuk memanggil sopir. Tak berapa lama kemudian, sopir yang dipanggil datang menghadap Susan yang sedang duduk di ruang tengah. "Nyonya manggil saya?" "Valerie mana? Kok belum di jemput jam segini?" "Maaf, Nyonya. Tadi Non Valerie nelpon katanya mau pulang sama temannya, jadi saya dilarang datang ke sekolah." "Terus kamu turutin? Begitu?" Pria paruh baya itu menunduk dalam-dalam, tak berani menjawab. "Marni!! Ambilin hape saya!" teriak Susan dengan geram. Sesaat kemudian asisten rumah tangganya itu sudah membawa ponsel milik Susan dan mengulurkan pada majikannya. Wanita cantik yang memakai blouse maroon itu nampak menggulir ponselnya, mencari kontak Valerie. Namun saat dia menghubungi nomer Val, ternyata tidak tersambung. Ponsel Val mati, membuat Susan semakin cemas sekaligus kesal. "Kamu cari Val sekarang juga!" teriaknya pada sopir yang masih berdiri di hadapannya. "Cari sampai ketemu. Jangan pulang sebelum kamu menemukannya!" "Baik, Nyonya," sahut sopir itu, kemudian berbalik dan buru-buru keluar rumah membawa mobil untuk mencari Valerie. Susan kembali fokus pada ponselnya dan beberapa kali mencoba menghubungi ponsel anaknya, namun lagi-lagi Susan harus menelan kekecewaan karna panggilannya sama sekali tidak tersambung. "Kemana sih kamu, Val!" geram Susan seraya melempar ponselnya ke ujung sofa. "Maaf, Nyonya," ujar Marni mendekati majikannya. "Kenapa?" "Sepertinya Non Valerie pergi dengan teman laki-lakinya." "Teman laki-laki?" Marni mengangguk. "Dari mana kamu tau?" tanya Susan dengan raut wajah cemas. "Beberapa kali Non Valerie di antar pulang oleh anak laki-laki itu. Saya tidak tau dia siapa, tapi sepertinya teman sekolah Non Val, karna seragamnya sama," jelas Marni. "Kenapa kamu baru bilang sekarang?!" hardik Susan membuat Marni beringsut takut. "Saya nggak berani, Nyonya. Karna Non Val mengancam saya. Jadi saya di suruh tutup mulut, mana berani saya ngadu sama Nyonya," katanya membela diri. Seketika Susan meraup wajahnya dengan kedua tangan, merasa resah sendiri. Khawatir kalau anak perempuannya terlibat pergaulan bebas dengan lawan jenis. Baru saja Susan hendak meraih ponselnya, berniat menghubungi Valerie lagi, tiba-tiba saja ada sebuah mobil masuk ke pelataran rumahnya. Membuat Susan dan Marni menoleh bersamaan. Berharap, mobil yang datang adalah sopir yang membawa Val pulang. Buru-buru Susan dan Marni berjalan cepat menuju teras depan, namun wanita itu sedikit kecewa saat melihat bukan mobil sopirnya yang datang, melainkan mobil orang lain. *** Mobil milik Ken meluncur sempurna masuk ke dalam pelataran rumah mewah kediaman keluarga Val. Pria tampan itu sengaja mengantar Val sendirian tanpa membawa Kevin. Dia tidak ingin melibatkan adiknya ke dalam masalah ini. Sekalipun, semua kekacauan ini adalah ulah Kevin. "Kamu mau ikut turun?" tanya Val yang sudah mendekap tas sekolahnya, bersiap turun dari mobil. Ken mengangguk pelan. "Aku harus bicara serius sama orang tuamu." "Bicara apa? Jangan macem-macem ya!" Wajah Val berubah cemas. "Lebih baik kamu ngomong jujur sama mereka." "Nggak!" "Terus sampai kapan kamu mau merahasiakan semua ini? Bukankah orang tuamu seorang dokter? Mereka akan lebih mudah curiga padamu." "Bukan urusanmu." "Tentu saja hal ini adalah urusanku. Kamu sudah membuat kesalahan besar yang melibatkan adikku, bagaimana bisa aku tidak ikut campur?!" Val terdiam. "Turunlah. Kita bicara di dalam." Val masih diam. Jujur saja dia takut. Takut menghadapi kedua orang tuanya sendiri. "Valerie ... Sampai kapan kamu mau di sini terus?" Gadis itu menggigit bibirnya yang masih pucat. Dia sadar kalau cepat atau lambat kedua orang tuanya akan tau tentang masalah ini. Tapi Val belum siap kalau harus mengakuinya sekarang. Val takut, kedua orang tuanya pasti akan sangat kecewa padanya. Ragu-ragu Val membuka pintu mobil Ken, dan keluar dari sana. Sedangkan Ken dengan percaya diri berjalan di samping Val yang tertunduk lemah. Susan yang sudah menunggu di teras depan masih menatap heran pada anak perempuannya yang berjalan gontai mendekatinya. "Dari mana saja kamu?!" hardik Susan pada Val yang sudah berdiri di hadapannya. "Val ... Val main sebentar ke rumah teman, Mam." Kini tatapan Susan beralih pada Ken. Seorang pria dewasa yang umurnya terlihat jauh dari Val. Di mana Val berkenalan dengan lelaki perlente ini? "Dia teman kamu?" tunjuk Susan pada Ken. "Sejak kapan kamu berteman dengan pria dewasa, Val?" Val tidak menjawab, wajahnya tertunduk. Kepalanya pusing dan perutnya terasa mual. "Maaf, Tante. Bisa saya bicara di dalam?" kata Ken sopan. "Bicara apa?" Susan melipat kedua tangannya di depan dada seraya melayangkan tatapan tajam pada Ken. Belum sempat Ken menjawab pertanyaan Susan, tiba-tiba saja Val berlari masuk ke dalam rumah menuju toilet. Gadis itu tak bisa lagi menahan rasa mualnya dan akhirnya muntah-muntah di dalam kamar mandi. Susan yang menyadari hal itu, semakin merasa khawatir. Ada apa sebenarnya dengan anak perempuannya itu? Pulang terlambat di antar oleh pria dewasa, dan sekarang Val muntah-muntah di dalam kamar mandi. Berbagai pertanyaan tanpa jawaban berkecamuk di dalam kepalanya. Apalagi saat dia mengingat pria yang pulang bersama Val ingin bicara serius dengannya. Kira-kira, lelaki tampan yang sedang menunggu di ruang tamu itu, mau bicara apa? ***

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.