Jauhi Kevin
"Val, cowok lo baku hantam tuh sama si Pras. Di samping lapangan bola!" teriak Nadin yang tergopoh-gopoh menghampiri Valerie di dalam kelas.
"Maksud lo Kevin?"
"Iya, emang cowok lo ada berapa?"
"Serius?"
"Sumpah!"
Seketika Val beranjak dari duduknya, berlari menuju lapangan belakang. Rambut panjangnya yang dikuncir kuda bergoyang kiri kanan saat langkahnya semakin cepat.
Sesampainya Val di lapangan sepak bola, ternyata di sana sudah banyak sekali siswa bergerombol membentuk lingkaran. Menutupi dua orang yang sedang berkelahi seperti orang kesetanan.
Buru-buru Val mendekat, menyibak kerumunan, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Kevin sedang menindih Pras yang wajahnya sudah penuh dengan lebam-lebam. Sedangkan Kevin tampak tak jauh berbeda, sudut bibirnya sedikit robek dan mengeluarkan darah segar.
"Stoooop!" teriak Val dengan mata melotot sempurna, membuat kepalan tangan Kevin yang siap menghantam wajah Pras kini hanya menggantung di udara.
"Val," gumam Kevin, menoleh pada Val dengan wajah kusut berpeluh.
Namun tanpa di sangka, Pras justru memanfaatkan kesempatan itu untuk membalas pukulan Kevin tepat di rahangnya, membuat cowok tampan itu terjatuh seketika itu juga.
"Kevin!!!" pekik Val, buru-buru mendekati pacarnya yang terbaring di lapangan rumput.
"Ada apa ini?!" suara menggelegar milik Pak Seno seketika membuat para siswa yang bergerombol itu bubar. Tersisa beberapa yang masih memerhatikan Pras dan Kevin yang berwajah pias saat menyadari kedatangan guru BK itu.
"Kalian berdua, ikut saya ke ruang BK! Sekarang!" teriak Pak Seno dengan wajahnya yang garang.
Begitu sampai di ruang BK, Kevin dan Pras di ceramahi habis-habisan oleh Pak Seno selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Erlangga.
Pria dengan kepala plontos dan kumis tebal itu berkali-kali menunjuk-nunjuk wajah Kevin dan Pras bergantian.
Beberapa siswa sengaja mengintip dari balik jendela besar di ruang BK, termasuk Valerie. Jujur saja dia khawatir pada Kevin.
Sejak kedua orang tua Kevin meninggal setahun yang lalu karna kecelakaan, sikap Kevin mendadak berubah. Cowok belasan tahun itu gemar sekali membuat ulah.
Mulai dari balapan liar, tawuran dengan siswa yang satu sekolah maupun di luar sekolah Erlangga. Bolos mata pelajaran, jarang mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
Hal itulah yang membuat Kevin jadi murid langganan guru BK. Padahal, dulu Kevin termasuk cowok yang rajin dan teladan. Karna itulah Valerie terkesan padanya.
Namun, sekarang Kevin menjelma menjadi seseorang yang berbeda, dan hal itu membuat Valerie merasa sedikit kecewa sekaligus sedih dan iba pada pacarnya.
"Val, lihat tuh." Nadin menyenggol lengan Val, membuat gadis itu menoleh padanya.
"Apa?" mulutnya bergerak tanpa suara.
"Ituuu ...," tunjuk Nadin pada seorang pria dewasa yang sedang berjalan dengan elegan menuju ruang BK.
Seorang pria bertubuh tinggi, mengenakan kemeja slim fit bernada dark grey yang terlihat menempel pas di tubuhnya yang atletis.
Lengan kemejanya di gulung sampai siku, memperlihatkan otot-ototnya yang menyembul samar, membuat semua murid perempuan berdecak kagum saat melihatnya.
"Itu kakaknya Kevin, kan?" gumam Val yang tak melepaskan tatapannya dari pria tampan itu.
"Iyeees! Cucok ye kan? Ya Tuhan, gue mau deh daftar jadi sugar babynya," celutuk Nadin dengan tubuh meliuk-liuk kegirangan.
"Jangan sembarangan kalau ngomong."
"Sekarang kan lagi musim tuh sugar baby. Lo tau nggak, dia itu yang ngurusin bisnis properti peninggalan orang tua Kevin. Lo bayangin aja, betapa tajirnya tuh cowok."
Val mencebik, merasa tidak tertarik. "Gue nggak suka cowok yang udah tua."
"Yaelaaah, Val. Seumur Mas Ken itu belum tua kali. Justru lagi hot-hotnya. Bayangin aja kalau dia lagi meluk elo dengan tubuh sempurna itu. Duuuuh, pasti gue langsung pingsan deh," ujarnya sambil tersenyum-senyum.
"Tetep aja, dia itu udah om-om," sinis Val.
Nadin mengerling, "Om-om hot dan tampan kan? Palingan umurnya juga baru awal tiga puluhan."
"Beda sepuluh tahun sama kita, hanjir."
"Yang penting duitnya banyak."
"Gue nggak butuh duit. Lo nggak tau seberapa kaya keluarga gue?" Val mulai menyombongkan diri.
"Iyaa, gue tau. Nggak usah lo jabarin, semua orang juga udah tau, elo itu salah satu siswa paling tajir di sekolah ini, puas?!"
Val tersenyum penuh arti.
Namun tatapannya sekilas tertuju pada Ken yang langkahnya semakin dekat dengan tempatnya berdiri. Tak bisa di pungkiri, diam-diam Val juga terpesona.
Benar kata Niken, kakaknya Kevin itu memang tampan, seolah garis wajahnya terpahat dengan sempurna. Tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakannya.
"Selamat siang," sapa Ken saat masuk ke ruang BK.
Mendengar suara kakaknya, seketika Kevin berpaling. Menyembunyikan wajahnya yang lebam dan darah kering yang menghiasi sudut bibirnya.
***
"Kevin!" teriak Val saat Ken hendak membawa Kevin pulang ke rumah. Gadis itu berlarian mendekat. Seragamnya yang ketat membuat dadanya yang besar terlihat sangat menonjol, membuat Ken tanpa sadar menelan ludah saat melihatnya..
Namun ketika Val sudah berada di hadapannya, seketika Ken mengalihkan pandangan.
"Kamu mau pulang?" Val meraih jemari Kevin, sama sekali tidak merasa canggung. Padahal di sebelahnya sedang ada Ken.
"Iya," angguk Kevin.
"Nanti kabari aku ya kalau udah sampai rumah."
Kevin mengangguk dengan sudut bibir terangkat naik membentuk senyum samar.
"Nanti ku telpon," ucapnya seraya mengusap lembut kepala Val, membuat gadis itu tersenyum.
Sekilas Val melirik Ken yang sejak tadi hanya diam, namun terlihat jelas wajah tampannya itu menyimpan kemarahan. Val hanya khawatir, kalau nanti Kevin kena omel atau bisa saja kena pukul oleh kakaknya.
"Kev, kamu ke mobil duluan gih. Aku mau bicara sebentar sama dia," bisik Ken, membuat Kevin terkejut.
"Mau bicara apa?"
"Udahlah. Kamu sana duluan," bujuk Ken, dan akhirnya Kevin menurut. Cowok itu berjalan menuju tempat parkir dan menunggu di sana.
"Hai, Kak. Aku Val, pacarnya Kevin," Val mengulurkan tangan, namun Ken hanya mengangkat sebelah alis, terlihat meremehkan. Kedua tangannya yang dilesakkan ke dalam saku celana sama sekali tak bergerak. Tak berniat menyambut uluran tangan Val, membuat gadis itu kesal dan tersinggung.
"Jadi kamu orangnya?"
"Hm?" Val mengernyit tak paham.
"Kamu kan yang sudah mempengaruhi Kevin? Dulu dia seorang anak laki-laki yang baik, rajin dan tak pernah terlibat kegaduhan apapun di sekolah. Tapi sejak pacaran sama kamu, sikapnya jadi berubah," tuduh Ken dengan keji.
Seketika Val membelalak kaget, sama sekali tak menyangka dia bakal di tuduh macam-macam oleh pria asing ini.
Ganteng sih, tapi kelakuan minus! Batin Val kesal.
"Mulai sekarang, kamu jauhi Kevin. Jangan menempel padanya hanya karna dia punya banyak uang. Karna kamu cuma membawa pengaruh buruk padanya. Paham?!" tandas Ken sebelum berbalik dan melangkah pergi.
"Hei!! Tunggu!" teriak Val, membuat Ken menghentikan langkahnya.
"Lo pikir lo siapa?!" tantang Val tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan cara bicaranya sudah tidak menunjukkan kesopanan sama sekali.
"Lo belum tau siapa gue? Beraninya lo nuduh gue sembarangan! Kalau perlu, lo dan seluruh harga diri lo bisa gue beli sekarang juga!" bentak Val dengan mata melotot, membuat Ken mengerjap tak percaya.
Gadis remaja ini benar-benar berbahaya. Bagaimana bisa Kevin bergaul dengam cewek model begini?
Celaka!
***
Yang udah baca sampai sini, komen yuk.